1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIrlandia

Melawat ke Irlandia Utara, Biden Prioritaskan “Damai”

12 April 2023

Presiden AS, Joe Biden, memperingati 25 tahun Perjanjian Belfast yang mengakhiri perang saudara di Irlandia Utara. Konflik kembali menerawang usai ditutupnya perbatasan dengan Irlandia sebagai dampak Brexit.

Joe Biden di Irlandia Utara
Presiden AS, Joe Biden, tiba di BelfastFoto: Patrick Semansky/AP/picture alliance

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden disambut Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, dan elit politik Irlandia Utara di Belfast pada Rabu (12/04). Dia dijadwalkan berpidato untuk memperingati berakhirnya perang saudara antara kaum Unionis dan Nasionalis dalam Perjanjian Belfast 1998.

Di Belfast, Biden rencananya hanya akan hadir selama beberapa jam, sebelum bertolak ke Dublin, ibu kota Republik Irlandia, selama dua setengah hari untuk menemui Presiden Michael Higgins dan Perdana Menteri Leo Varadkar. 

Sosok yang acap membanggakan diri sebagai keturunan Irlandia itu juga akan bertemu saudara jauhnya. Moyang Biden lari dari bencana kelaparan dan bermigrasi ke Pennsylvania pada pertengahan abad ke-19.

Lawatan singkat Biden di Belfast dibayangi kebuntuan politik di parlemen.

Damai terancam di Belfast

Sejak Februari 2022, Dewan Irlandia Utara yang dibentuk sebagai wadah pembagian kekuasaan dalam Perjanjian Belfast itu tidak lagi bersidang.

Penyebabnya adalah sikap partai-partai Unionis yang menolak pelantikan sebagai protes terhadap protokol Brexit. Unionis dan Loyalis adalah kelompok dengan mayoritas Kristen Protestan yang menuntut penyatuan Irlandia Utara di bawah Kerajaan Inggris. Adapun kaum Nasionalis menginginkan penggabungan dengan Republik Irlandia.

Adapun Protokol Irlandia Utara adalah mekanisme bea cukai yang disepakati oleh Inggris dan Uni Eropa. 

Protokol tersebut disahkan karena Inggris ingin kembali menutup perbatasan antara Irlandia dan Irlandia Utara sebagai buntut Brexit. Langkah tersebut dianggap riskan karena melemahkan Perjanjian Belfast dan berpotensi kembali menghidupkan konflik.

"Meski memang ini saatnya untuk melihat kemajuan solid yang kita capai bersama, kita juga harus memperkuat komitmen dan menggandakan upaya untuk menepati janji yang kita buat pada tahun 1998," kata PM Sunak, Senin (10/04).

Mediasi Biden ditolak

Perjanjian Belfast pada 1998 disusul pembubaran sayap militer Loyalis dan Nasionalis, penarikan mundur pasukan Inggris, serta pembukaan perbatasan dengan Irlandia. 

Situasi kembali memanas setelah penutupan perbatasan. Bulan lalu, dinas rahasia Inggris menaksir ancaman teror di Irlandia Utara berada di level "sangat mengkhawatirkan." 

Inggris dan Uni Eropa sepakat merombak prokol di perbatasan dengan konsep baru bernama "kerangka kerja Windsor." Namun prokol baru itu belum mampu meyakinkan partai Unionis, DUP.

Biden dikabarkan akan berusaha meyakinkan partai-partai Unionis agar mau menerima protokol yang baru.

Namun mantan PM Inggris, Tony Blair, mengimbau Biden untuk tidak gegabah selama di Belfast. Sosok yang ikut merangkai Perjanjian Belfast itu memperingatkan sang presiden agar tidak menekan kelompok Unionis untuk menerima kesepakatan dengan Uni Eropa.

Kader senior DUP, Ian Paisley Jr., mengatakan partainya tidak sedang ingin digurui oleh Biden. "Kunjungan Irlandia sesungguhnya" bagi Biden bukanlah ke Belfast, tuduhnya. "Saya kira lawatannya ke sini hanya membuktikan bahwa Irlandia Utara tidak berarti penting."

Anggota parlemen DUP lain, Nigel Dodds, malah meminta Biden tidak berupaya memediasi. "Tekanan dari pemerintahan Amerika yang secara terbuka bersikap pro-nasionalis adalah bukan sama sekali tekanan terhadap kami," ujarnya dengan nada ironis.

rzn/hp (rtr,ap)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait