Kandidat di Jerman sadar betul mereka harus menjual program bukan janji dengan pendekatan personal langsung di jalanan. Eko Prasojo, peserta pemantau pemilu Jerman, bercerita kepada DW Indonesia.
Iklan
Museum Sejarah Jerman "Haus der Geschichte" mendadak ramai dipadati puluhan akademisi dari berbagai negara. Salah satunya, ada juga akademisi asal Indonesia, Eko Prasojo. Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia itu menjadi salah satu peserta pemantau pemilu yang diundang lembaga beasiswa Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) untuk mengikuti proses demokrasi di Jerman.
Kepada DW Indonesia, Eko Prasojo pun bercerita perjalanan mereka ketika memantau proses pemilu di Bad Godesberg. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika ikut terjun mengikuti kampanye salah satu kandidat partai CDU, Claudia Lücking-Michel.
"Kami mengikuti Claudia membagikan brosur dan menemui setiap orang yang lewat. Saya melihat bagaimana Claudia meyakinkan orang-orang di jalan mengenai program yang akan diusung," ujar lulusan doktor dari Hochschule Speyer, Jerman tersebut.
Bagi ahli administrasi negara tersebut karakteristik pemilih di Jerman menjadi hal yang khas yang membuat proses demokrasi di negara ini berbeda jauh dengan di Indonesia. "Yang menarik adalah mereka tidak memilih calon berdasarkan janji-janji politik yang palsu atau "money politics", tapi apakah seorang calon bisa menawarkan program yang menjadi masalah utama di masyarakat Jerman. Jadi memang lebih pada membangun argumentasi mengapa masyarakat harus memilih calon yang bersangkutan."
Poster Kampanye Pemilu di Jerman
Autentik? Xenofobia? Berkelit? Segelintir kata yang dipakai dalam poster kampanye pemilu di Jerman tahun ini. DW mengajak Anda melihat bagaimana partai politik berusaha menggaet pemilih lewat selembar poster.
Partai Kristen Demokrat (CDU)
Setelah tiga periode duduk di kursi legislatur, Kanselir Angela Merkel tak lagi asing dengan poster pemilu. Dengan anggaran 20 juta Euro atau 3 miliar Rupiah, partai berhaluan konservatif ini menggantung 22.000 papan poster di seluruh Jerman. Penggunaan desain bendera Jerman menegaskan patriotisme partai, sedangkan fokus utama slogan kampanye adalah isu keamanan, keluarga dan lapangan kerja.
Foto: picture alliance/dpa/B.Pedersen
Partai Sosial Demokrat (SPD)
Partai berbasis serikat pekerja ini mempertahankan gaya klasiknya lewat penggunaan warna merah dan logo berbentuk persegi. Poster terkonsentrasi pada isu pendidikan, keluarga, pensiun, investasi dan kesetaraan gaji. Di akhir kampanye yang bernilai 24 juta Euro atau 36 miliar Rupiah ini, SPD akan menyiapkan kampanye kejutan tepat jelang hari pemilihan, yang hingga kini masih menjadi rahasia.
Partai Liberal Jerman (FDP)
Lebih dari 5 juta Euro atau 75 miliar Rupiah telah dihabiskan partai Liberal ini berkampanye lewat poster. Dengan potret hitam putih, FDP tampil total lewat kemasan pemasaran modern yang berpusat pada satu pria: Christian Lindner. Pemilih, sayangnya, akan kesulitan membaca teks padat pada poster ini. "Ketidaksabaran juga merupakan kebijakan", tertera pada slogan.
Partai Hijau
Partai Hijau tetap setia pada jati diri mereka dengan berfokus pada topik klasik seperti lingkungan hidup, integrasi dan perdamaian. "Lingkungan bukan segalanya. Tapi tanpa lingkungan, segalanya tak berarti," demikian bunyi slogan partai bernama resmi Aliansi '90 ini. Hal lain yang juga setia muncul pada poster adalah logo Partai Hijau berbentuk bunga matahari.
Alternatif untuk Jerman (AfD)
Penghargaan untuk poster paling kontroversial, tak bisa ditampik lagi, jatuh kepada partai berhaluan ekstrem kanan AfD. Poster menampilkan seorang perempuan hamil yang tersenyum, terkesan polos, sampai slogan berikut terbaca: "Warga Jerman Baru? Kita ciptakan sendiri." Pada poster berbeda berlatar belakang tiga perempuan yang memakai bikini, AfD menanyakan: "Burka? Kami suka bikini.":
Partai Kiri
Partai Kiri tampaknya mengerahkan segala upaya untuk dapat menggunakan sebanyak mungkin ragam bentuk huruf. Dengan menggabungkan fon huruf dan permainan kata, slogan ini berbunyi: "[Warna-warni] Manusia. Tegas melawan kebencian haluan-kanan." Uang sewa yang terjangkau, pensiun yang lebih adil dan penghentian ekspor senjata menjadi isu utama yang diusung partai berhaluan kiri ini.
6 foto1 | 6
Membangun Budaya Politik Ala Jerman
Eko Prasojo memiliki analisa tersendiri mengapa Jerman baik warga maupun politisinya memiliki kedewasaan dalam berpolitik.
"Pertama dari sisi sejarah. Jadi demokrasi ini sudah sejak lama, dan dengan berbagai kesulitan kemudian perang dan konflik yang terjadi dalam sejarah Jerman," kata Eko sambil memaparkan terperinci perjalanan sejarah Jerman. "Selain itu, partai politik memainkan peran penting, dan proses pendidikan politik berjalan. Partai politik juga memiliki basis nilai yang jelas untuk ditransformasi kepada setiap anggota partai, sehingga dalam keputusan politik mereka menggunakan ideologi mereka, baik berkoalisi maupun keputusan dalam parlemen."
Berkaca dengan kondisi di Indonesia, maka pendidikan politik sejak dini menjadi koreksi bagi Indonesia agar dapat memiliki pemilih yang rasional, kata Eko lebih lanjut.
Debat TV antar Calon Kanselir Jerman
01:36
Moderator Debat
Saat Pilkada Jakarta lalu, Eko sempat ditunjuk KPU DKI Jakarta sebagai moderator debat bersama Tina Talisa. Ia pun turut mengamati debat pemilu di Jerman dikemas oleh stasiun televisi. Dari hasil diskusi bersama pemantau pemilu lainnya, Eko berkesimpulan meski terkesan konservatif dibandingkan program siaran langsung di Indonesia, debat kandidat di Jerman menjadi gambaran langsung situasi masyarakatnya.
"Saya pikir ini menunjukkan kualitas demokrasi di Jerman. Isu-isu penting tentang imigran, hubungan dengan Turki dibahas dengan perspektif berbeda sesuai argumentasi masing-masing calon, Merkel atau Schultz... Meski sama seperti di Indonesia, banyak pemilih di Jerman memiliki tingkat pendidikan politik yang cukup mempengaruhi mereka untuk memilih sesuai dengan harapan atau kepentingan politik mereka".
ts/vlz
7 Fakta AfD: Partai Anti Islam di Jerman
Banyak yang belum tahu, partai AfD yang anti Islam, anti Eropa dan anti imigran didirikan oleh segelintir elite dan profesor. Dengan cepat partai didukung kelompok yang frustrasi terhadap politik pemerintah di Berlin.
Foto: picture-alliance/dpa/K.-D. Gabbert
Didirikan Kaum Elite Jerman
Partai Alternatif untuk Jerman-AfD didirikan oleh kelompok elite, antara lain Bernd Lucke profesor ekonomi makro, Alexander Gauland, mantan sekretaris negara partai Kristen CDU, Konrad Adam, penerbit dan mantan wartawan koran kenamaan FAZ serta politisi dan Doktor ilmu kimia Frauke Petry (foto). Mula-mula program AfD memprotes secara terbuka politik pemerintah Jerman terkait krisis mata uang Euro
Foto: Getty Images/J. Koch
Pendukung Partai AfD
AfD resmi didirikan Mei 2013. Siapa pendukung AfD? Lembaga Riset FORSA menunjukkan, dari pemilu di negara-negara bagian Jerman, 70% pemilih AfD adalah lelaki dari kisaran umur rata-rata dia atas 50 tahun dan tidak terikat salah satu agama. Juga banyak pendukung partai liberal FDP yang menyebrang mendukung AfD. Jumlah anggota partai AfD kini mencapai lebih 17.000 orang.
Foto: DW/B. Gräßler
Partai Populis Kanan Anti Islam
Partai Alternatif untuk Jerman semula menuntut dibubarkannya zona mata uang Euro. Untuk menarik simpati banyak pemilih, AfD memilih retorika sebagai partai populis kanan dan memberi tekanan khusus pada program anti Islam. AfD juga gelar kampanye anti Yahudi dan sentimen rasisme. Inilah resep yang membuat AfD sukses meraih kursi di parlemen Jerman dan parlemen Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Sukses di Negara Bagian Jerman
AfD raup sukses dalam pemilu regional di sedikitnya 10 negara bagian Jerman. Bahkan di dua negara bagian di kawasan timur Jerman, AfD raih lebih 20 persen suara. Juga di tiga negara bagian di barat, partai anti Islam dan anti Yahudi Jerman ini meraih perolehan suara lebih 12% . Keterangan partai menyebutkan AfD meraih seluruhnya 485 mandat di berbagai parlemen regional dan lokal.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Wolf
Terwakili di Parlemen Eropa
Setahun setelah didirikan, dalam pemilu Parlemen Eropa 2014, ironisnya partai anti Uni Eropa ini meraih 7,1 persen suara. Terwakili dengan 7 mandat di Parlemen Eropa dan diterima bergabung dalam fraksi Konservatif dan Reformis Eropa-EKD. Tahun 2016 AfD diusir dari fraksi EKD setelah anggotanya Beatrix von Stoch dukung usulan penggunaan kekerasan senjata terhadap pengungsi.
Foto: Picture-alliance/dpa
Dimusuhi Partai Mainstream Jerman
Partai AfD dimusuhi partai mainstream, Kristen Demkrat-CDU maupun Sosial Demokrat-SPD. Yang terutama beradu keras lawan keras adalah pengikut partai kiri otonom. Dalam kongres partai di kota Köln baru-baru ini, lebih 50.000 demonstran gelar aksi menentang AfD. Juga partai-partai besar menolak koalisi dengan partai populis kanan ini.
Foto: Reuters/S. Loos
Dipuji di Luar Negeri
Ironisnya, di saat partai dimusuhi banyak kalangan di Jerman, pujian mengalir dari luar negeri, khususnya dari Inggris. Kelompok pendukung Brexit dan yang skeptis terhadap Uni Europa memuji haluan partai AfD. Bahkan seorang tokoh partai anti Eropa di Inggris-UKIP, Douglas Carswell memuji partai populis kanan ini, dengan menyebut, jika ia warga Jerman, pasti memilih AfD dalam pemilu.