Apakah Anda memperhatikan manuver perwira yang “menonjol” akhir-akhir ini di kancah politik? Simak analisis terkini Aris Santoso.
Iklan
Pada Pilpres (pemilihan presiden) tahun ini, ada sejumlah nama purnawirawan jenderal yang melibatkan diri sebagai tim sukses bagi masing-masing kandidat. Salah satu purnawirawan yang sempat viral adalah Mayjen TNI (Purn) Muchdi PR (Akmil 1970). Pernyataan Muchdi untuk bergabung ke kubu Jojowi menarik untuk dicermati. Manuver politik Muchdi sempat menjadi berita besar sepanjang Februari lalu.
Sebagai mantan intel, dan kemudian terjun dalam politik praktis, pergerakan Muchdi ibarat mercusuar, sebagai sinyal kemana "arah angin” akan bergerak. Manuver Muchdi tidak muncul di ruang hampa, dia sudah berhitung siapa yang lebih berpeluang untuk meraih kemenangan.
Soal masa lalunya, yang dianggap sangat dekat secara personal dengan Prabowo, seolah "hangus” begitu saja. Peta jalan Muchdi dalam berpolitik, merupakan representasi purnawirawan pada umumnya, yang tak kunjung lelah dalam ikhtiar menggapai kekuasaan.
Pengalaman pahit
Bagi purnawirawan seperti Muchdi atau koleganya yang lain, tentu sudah belajar dari pengalaman sebelumnya, bagaimana beratnya mencapai kekuasaan, setelah tidak lagi memakai seragam jenderal. Mengikuti pilpres atau pilkada hanyalah salah satu cara untuk memenuhi aspirasi kekuasaan, meski hasilnya tidak selalu sesuai harapan.
Berdasar catatan selama ini, purnawirawan lebih sering menuai kekalahan dalam pilkada. Bahkan purnawirawan sekelas Agum Gumelar (Akmil 1968) saja, bisa mengalami kekalahan, baik dalam pilpres (2004) maupun pilkada (Jabar, 2008). Kasus terbaru adalah pengalaman Mayor (Purn) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY, Akmil 2000), yang kalah dalam Pilkada Gubernur Jakarta (2017). Kegagalan AHY tersasa lebih pahit, karena dia berani korbankan prospek kariernya yang cerah di TNI.
Berdasar pengalaman (pahit) seperti itulah, sebagian besar purnawirawan lebih aman bila memilih sebagai tim sukses, ketimbang bertarung sendiri dalam pilkada atau pilpres. Menjadi tim sukses relatif lebih mudah, berdasarkan alasan, resiko yang ditanggung tidak terlalu besar, seandainya proyek politiknya ternyata kandas.
Maju dalam langsung dalam kontestasi, diperlukan sumber daya yang lebih besar, terutama dana. Mengingat aktivitas politik di Indonesia membutuhkan biaya yang teramat besar. Hanya purnawirawan sekelas Prabowo, yang berlatar belakang keluarga kaya-raya (keluarga besar Sumitro Djojohadikusumo), yang sanggup maju secara rutin sejak Pilpres 2004. Sementara purnawirawan jenderal lain, dengan sumber daya lebih terbatas, akan lebih memilih sebagai tim sukses.
Pertanyaan berikut yang bisa diajukan adalah, mana yang lebih bermakna bagi seorang purnawirawan, maju sebagai petarung (seperti PS), atau sekadar menjadi relawan? Kalau dihubungkan dengan latar belakang para purnawirawan tersebut, yang rata-rata berasal dari kecabangan infanteri, sebenarnya memang lebih teruji ketika mereka maju langsung, sesuai kebiasaan pasukan infanteri yang selalu berada di garis depan dalam medan tempur.
Namun semuanya kembali pada pilihan masing-masing. Bisa jadi pola pikir memang sudah berubah setelah pensiun. Pada titik ini pilihan Prabowo menjadi penting, dia tetap maju ke palagan, meski tidak ada jaminan bakal menuju kejayaan.
Akrobat Panglima Menuju Istana
Berulangkali manuver Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyudutkan Presiden Joko Widodo. Sang jendral ditengarai memiliki ambisi politik. Inilah sepak terjang Nurmantyo membangun basis dukungan jelang Pemilu 2019.
Foto: Reuters/Beawiharta
Wacana Tentara Berpolitik
Ambisi politik Gatot Nurmantyo sudah tercium sejak akhir 2016 ketika dia mewancanakan hak politik bagi anggota TNI. Menurutnya prajurit saat ini seperti "warga asing" yang tidak bisa berpolitik. Ia mengaku gagasan tersebut cepat atau lambat akan terwujud. "Ide ini bukan untuk sekarang, mungkin 10 tahun ke depan, ketika semua sudah siap."
Foto: Reuters/Beawiharta
Petualangan di Ranah Publik
Bersama Nurmantyo, TNI berusaha kembali ke ranah sipil. Lembaga HAM Imparsial mencatat Mabes TNI menandatangani "ratusan" kerjasama dengan berbagai lembaga, termasuk universitas dan pemerintah daerah. TNI tidak hanya dilibatkan dalam urusan pemadaman kebakaran hutan, tetapi juga pertanian dan pembangunan infrastruktur seperti pada proyek pembangunan jalan Transpapua.
Foto: Imago/Zumapress
Menggoyang Otoritas Sipil
Februari silam Nurmantyo mengeluhkan pembatasan kewenangan panglima TNI dalam hal pengadaan senjata. Pasalnya Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengeluarkan peraturan yang mengembalikan kewenangan pembelian sistem alutsista pada kementerian. Dengan ucapannya itu Nurmantyo dinilai ingin mengusik salah satu pilar Reformasi, yakni UU 03/2002 yang menjamin otoritas sipil atas militer.
Foto: Reuters/Beawiharta
Polemik Dengan Australia
Akhir Februari Nurmantyo secara mendadak membekukan kerjasaman pelatihan militer dengan Australia. Keputusan Mabes TNI dikabarkan mengejutkan Istana Negara. Presiden Joko Widodo akhirnya mengambil sikap mendukung keputusan Nurmantyo dan ikut memperingatkan Australia. Namun sejumlah pejabat tinggi di Canberra menilai kasus tersebut selayaknya diselesaikan tanpa keterlibatan publik.
Foto: Imago/Zumapress
Genderang Xenofobia dari Cilangkap
Bukan kali pertama Nurmantyo membidik Australia. Oktober 2016 dia menyebut negeri jiran itu terlibat dalam "perang proxy" melawan Indonesia di Timor Leste dengan tujuan "memecah belah bangsa." Ia juga mengklaim ancaman terbesar terhadap Indonesia akan berasal dari kekuatan asing yang "berebut energi dari negara equator yang kaya sumber daya alam."
Sejak berakhirnya Pilkada DKI Nurmantyo juga aktif mendekat ke kelompok konservatif muslim. Ketika Kapolri Tito Karnavian mengklaim kepolisian menemukan indikasi makar pada aksi demonstrasi 212 di Jakarta, Nurmantyo mengatakan dirinya "tersinggung, karena saya umat muslim juga." Panglima juga berulangkali memuji pentolan FPI Rizieq Shihab sebagai sosok yang "cinta Indonesia."
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Teladan di Astana Giribangun
Isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia yang disebarkan kelompok Islam konservatif dan sejumlah tokoh seperti Kivlan Zein dan Amien Rais disambut Nurmantyo dengan mewajibkan prajurit TNI untuk menonton film propaganda orde baru Pengkhianatan G30-S PKI. Setelah melontarkan wacana tersebut, Nurmantyo mengunjungi makam bekas Presiden Soeharto yang menurutnya patut menjadi "tauladan" prajurit TNI
Foto: picture-alliance/dpa
Peluru Panas ke Arah Istana
Polemik terakhir yang dipicu Panglima TNI adalah isu penyelundupan senjata api sebanyak 5500 pucuk. Ia mengklaim laporan tersebut berasal dari data akurat dinas intelijen. Pemerintah mengklarifikasi pembelian itu untuk Kepolisian dan Badan Intelijen Negara. Namun Nurmantyo enggan meluruskan pernyataannya tersebut. (rzn/yf-sumber: antara, detik, cnnindonesia, kompas, tempo, aspi, ipac)
Foto: picture-alliance/Photoshot/A. Kuncahya
8 foto1 | 8
Menjaga militansi
Dalam sebuah arus besar, selalu ada pengecualian kecil, termasuk dalam hal loyalitas purnawirawan. Dalam kubu Prabowo Subianto (PS) misalnya, terdapat nama yang memang sejak awal sudah mendukung Prabowo, termasuk ketika PS gagal berkali-kali. Setidaknya ada dua purnawirawan yang kesetiaannya pada PS tidak diragukan, yaitu Mayjen Purn Gleny Kairupan (Akmil 1973) dan Letjen Purn Y Suryo Prabowo (lulusan terbaik Akmil 1976).
Gleny adalah teman dekat Prabowo saat taruna di Akmil, dan sudah bergabung dengan Gerindra sejak awal berdiri. Sementara Suryo Prabowo adalah kolega PS di Kopassus dan Kostrad, dan selalu bersama saat bertugas di Timor Timur. Pada kubu Prabowo, jumlah purnawirawan yang tergabung dalam tim sukses memang lebih sedikit, tapi yang jelas mereka lebih militan dan solis.
Hal ini berdasar pertimbangan, sebagaimana disinggung sekilas di atas, bahwa dalam hitungan di atas kertas, kemenangan bagi Prabowo, bisa disebut tipis. Ini pula yang menjadi alasan Muchdi PR untuk loncat ke kubu Jokowi.
Namun dalam kondisi sesulit apa pun, tetap ada teman setia yang terus mendampingi Prabowo, salah satu yang bisa disebut adalah Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen. Dengan segala kontroversi yang melekat pada dirinya, Kivlan tetap menunjukkan loyalitasnya pada Prabowo. Serangan Kivlan terhadap Wiranto baru-baru ini, adalah bagian dari wujud perang yang belum usai antara Wiranto dan Prabowo.
Lulusan Akmil yang acapkali digunakan sebagai rujukan, soal bagaimana keterlibatan purnawirawan dalam tim sukses, adalah purnawirawan Akmil 1965. Keterlibatan mereka sudah dimulai pada Pilpres 2004, saat pemilihan langsung pertama kali diadakan. Purnawirawan (asal) Akmil 1965 tersebar di berbagai kubu, dan biasanya memegang posisi kunci.
Dalam kubu Megawati misalnya, terdapat nama Mayjen (Purn) Theo Sjafei, figur kepercayaan Megawati sejak lama. Theo adalah jenderal yang masuk dalam lingkaran Benny Moerdani, yang memang sudah memiliki agenda untuk mengorbitkan Megawati sejak Orde Baru, dan terbukti sukses melalui rekayasa Peristiwa 27 Juli (1996).
Kemudian ada lagi Letjen (Purn) M. Maruf dan Mayjen (Purn) Syamsir Siregar yang bergabung dalam di tim sukses SBY-Jusuf Kalla. Ketika SBY keluar sebagai pemenang Pilpres 2004, M. Maruf sempat masuk dalam kabinet sebagai Mendagri, dan Syamsir Siregar sebagai Kepala BIN, sebagai bagian dari politik "balas budi”.
Kompensasi yang konkret seperti ini, tentu menjadi daya tarik tersendiri, dan menjadikan tren purnawirawan sebagai tim sukses tidak akan pernah berakhir. Seperti ditunjukkan Letjen (Purn) Yunus Yosfiah, salah satu eksponen Akmil 1965, yang masih aktif dalam tim sukses kubu Prabowo.
Kopassus Dalam Pusaran Sejarah
Dalam sejarahnya Komando Pasukan Khsusus banyak terlibat menjaga keutuhan NKRI. Tapi di balik segudang prestasi, tersimpan aib yang menyeret Kopassus dalam jerat pelanggaran HAM.
Foto: Getty Images/AFP/R.Gacad
Heroisme Baret Merah
Tidak ada kekuatan tempur lain milik TNI yang memancing imajinasi heroik sekental Kopassus. Sejak didirikan pada 16 April 1952 buat menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan, satuan elit Angkatan Darat ini sudah berulangkali terlibat dalam operasi mengamankan NKRI.
Foto: Getty Images/AFP/R.Gacad
Kecil dan Mematikan
Dalam strukturnya yang unik, Kopassus selalu beroperasi dalam satuan kecil dengan mengandalkan serangan cepat dan mematikan. Pasukan elit ini biasanya melakukan tugas penyusupan, pengintaian, penyerbuan, anti terorisme dan berbagai jenis perang non konvensional lain. Untuk itu setiap prajurit Kopassus dibekali kemampuan tempur yang tinggi.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Mendunia Lewat Woyla
Nama Kopassus pertamakali dikenal oleh dunia internasional setelah sukses membebaskan 57 sandera dalam drama pembajakan pesawat Garuda 206 oleh kelompok ekstremis Islam, Komando Jihad, tahun 1981. Sejak saat itu Kopassus sering dilibatkan dalam operasi anti terorisme di Indonesia dan dianggap sebagai salah satu pasukan elit paling mumpuni di dunia.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Terjun Saat Bencana
Segudang prestasi Kopassus membuat prajurit elit Indonesia itu banyak dilirik negeri jiran untuk mengikuti latihan bersama, di antaranya Myanmar, Brunei dan Filipina. Tapi tidak selamanya Kopassus cuma diterjunkan dalam misi rahasia. Tidak jarang Kopassus ikut membantu penanggulangan bencana alam di Indonesia, seperti banjir, gempa bumi atau bahkan kebakaran hutan.
Foto: picture-alliance/dpa
Nila di Tanah Seroja
Namun begitu Kopassus bukan tanpa dosa. Selama gejolak di Timor Leste misalnya, pasukan elit TNI ini sering dikaitkan dengan pelanggaran HAM berat. Tahun 1975 lima wartawan Australia diduga tewas ditembak prajurit Kopassus di kota Balibo, Timor Leste. Kasus yang kemudian dikenal dengan sebutan Balibo Five itu kemudian diseret ke ranah hukum dan masih belum menemukan kejelasan hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa
Pengawal Tahta Penguasa
Jelang runtuhnya ejim Orde Baru, Kopassus mulai terseret arus politik dan perlahan berubah dari alat negara menjadi abdi penguasa. Pasukan elit yang saat itu dipimpin oleh Prabowo Subianto ini antara lain dituding menculik belasan mahasiswa dan menyulut kerusuhan massal pada bulan Mei 1998.
Foto: picture-alliance/dpa
Serambi Berdarah
Diperkirakan lebih dari 300 wanita dan anak di bawah umur mengalami perkosaan dan hingga 12.000 orang tewas selama operasi militer TNI di Aceh antara 1990-1998. Sebagaimana lazimnya, prajurit Kopassus berada di garda terdepan dalam perang melawan Gerakan Aceh Merdeka itu. Sayangnya hingga kini belum ada kelanjutan hukum mengenai kasus pelanggaran HAM di Aceh.
Foto: Getty Images/AFP/Stringer
Neraka di Papua
Papua adalah kasus lain yang menyeret Kopasus dalam jerat HAM. Berbagai kasus pembunuhan aktivis lokal dialamatkan pada prajurit baret merah, termasuk diantaranya pembunuhan terhadap Theys Eluay, mantan ketua Presidium Dewan Papua. Tahun 2009 silam organisasi HAM, Human Rights Watch, menerbitkan laporan yang berisikan dugaan pelanggaran HAM terhadap warga sipil oleh Kopassus.
Foto: Getty Images/AFP/A.Berry
8 foto1 | 8
Menjadi pragmatis
Dalam timses capres (khususnya Jokowi – Maruf Amin), terdapat dua generasi purnawirawan yang perannya terlihat menonjol (dibanding generasi lainnya), yaitu Akmil 1970 dan Akmil 1981. Akmil 1970 sudah mengambil peran sejak Pilpres 2014, karena pada saat itu, eksponen Akmil 1970 sudah dalam status purnawirawan.
Lulusan Akmil 1970 yang menjadi motor pada Pilpres 2014, adalah Luhut Panjaitan (lulusan terbaik) dan Fachrul Razi, dengan membentuk komunitas Bravo 5. Bisa dimengerti bila Muchdi PR kemudian "hijrah” ke kubu Jokowi, sebab bila tidak, dia akan "kesepian”, mengingat koleganya sesama Akmil 1970, sebagian besar sudah bergabung di kubu Jokowi.
Dari pengamatan lapangan, tampak telah terjadi transisi dalam generasi tim sukses. Peran kelompok Bravo 5 tidak lagi sebesar pada Pilpres 2014, mengingat faktor usia. Mereka sudah digantikan oleh generasi yang lebih baru, dengan nama sandi Cakra 19. Motor Cakra 19 adalah generasi Akmil 1980-an, seperti Lodewijk Paulus (Akmil 1981, Sekjen Partai Golkar), Andogo Wiradi (Akmil 1981, mantan Deputi V KSP), Eko Wiratmoko (Akmil 1982, Sekjen Cakra 19), dan seterusnya.
Saat masih bertugas di Kopassus dulu, Lodewijk dan Andogo dikenal sangat dekat dengan Prabowo. Namun begitulah, tidak ada kawan atau lawan abadi dalam politik. Pragmatisme seperti itu sudah didahului senior mereka, seperti Muchdi PR atau Suaidi Marassbesy (Akmil 1971). Karir politik Suaidi boleh dikata lengkap, sebagai pendukung Wiranto (Pilpres 2004), SBY (Pilpres 2009), dan kini tiba-tiba namanya tertera dalam deretan pendukung Jokowi.
Di tengah lautan nama-nama purnawirawan, yang mungkin masih terdengar asing bagi generasi milenial, terselip nama Brigjen (Purn) Herwin Suparjo (Akmil 1984, infanteri), yang saat ini dalam posisi sebagai Wakil Direktur Kampanye TKN Pasangan 01. Perwira ini sedikit "misterius”. Saat aktif dulu nyaris tidak pernah terdengar beritanya, karena senantiasa bertugas di bidang intelijen.
Herwin adalah fenomena menarik. Bahwa organisasi tentara ternyata memiliki figur-figur spesialis yang bergerak "di bawah tanah”. Ini mengingatkan pada gerakan mahasiswa dekade 1980-an dan 1990-an, yang selalu bergerak secara klandestin, dalam melawan rezim Orde baru. Rupanya metode "bawah tanah” selalu ada dalam setiap zaman.
Penulis:
Aris Santoso, sejak lama dikenal sebagai pengamat militer, khususnya TNI AD. Kini bekerja sebagai editor buku paruh waktu.
Menteri Baru Buat Indonesia
Sejumlah nama baru masuk dalam kabinet Jokowi, lainnya mengalami pergeseran. Fokusnya jelas terlihat, mengggenjot sektor ekonomi. Mampukah mereka membawa Indonesia lebih baik baik ke depan?
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Wajah baru dan geser-menggeser
Presiden Joko Widodo telah mengumumkan susunan baru kabinet di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Ada 9 nama baru masuk dalam jajaran kabinet dan 3 menteri cuma bergeser jabatan dalam perombakan kabinet jilid II.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Dia yang pulang
Pengunduran diri Sri Mulyani dari jabatannya sebagai direktur eksekutif Bank Dunia yang bermarkas di Washington DC, Amerika Serikat mengagetkan petinggi Bank Dunia. Sri Mulyani yang kini menempati posisi sebagai menteri keuangan berujar: “Saya bangga bisa membantu presiden.”
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Dia yang diduga terkait pelanggaran HAM
Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto terpilih menjadi menteri koordinator politik hukum dan keamanan (menko polhukam) menggantikan posisi Luhut Binsar Panjaitan. Berbagai LSM HAM, termasuk Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mengecam penunjukkannya, mengingat Wiranto diduga berada di balik sejumlah kasus pelanggaran HAM.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/A. Hikmal
Dia yang terseret kasus Freeport
Luhut Binsar Panjaitan yang sempat disinggung dalam kasus Freeport yang beken dengan istilah "Papa Minta Saham" digeser ke posisi menteri koordinator kemaritiman menggantikan Rizal Ramli.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Kepada mereka Jokowi berharap
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional dijabat oleh Sofyan Djalil (tampak dalam foto). Menteri Perdagangan dijabat Enggartiasto Lukita, Menteri Perindustrian dijabat Airlangga Hartanto. Posisi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi kini dijabat Eko Putro Sanjoyo
Foto: Reuters/Beawiharta
Bersama membangun Indonesia
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dijabat Bambang Brojonegoro (foto). Menteri Ekonomi Sumber Daya Manusia (ESDM) dijabat Archandra Tahar yang menggantikan Sudirman Said. Sementara Menteri Pendayaan Aparatur Negara (PAN) yang baru adalah Asman Abnur.
Foto: Getty Images/AFP/M. Riley
Investasi dan pendidikan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dijabat oleh Thomas Lembong yang sebelumnya memangku jabatan menteri perdagangan. Jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sekarang dipegang oleh Muhadjir Effendy.
Foto: picture-alliance/dpa/EPA/M. Tsikas
Membenahi transportasi tanah air
Sementara kepada menteri perhubungan yang baru, Budi Karya Sumadi, presiden Jokowi memberikan PR cukup berat, yakni membenahi konektivitas transportasi laut, udara, dan darat termasuk jalur kereta api.
Foto: Getty Images/AFP/J. Kriswanto
Harapan
Presiden Joko Widodo berharap menteri-menteri dalam posisi baru ini dapat membantu menyelesaikan perekonomian bangsa dan mengurangi kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan yang miskin