Kalavati (50 tahun) saban hari banting tulang buat membangun toilet umum di kawasan kumuh India. Kisahnya membuktikan, hal-hal kecil bisa membuat perubahan besar di masyarakat.
Iklan
Hujan sedang membasahi pagi di kota Kanpur, Uttar Pradesh, ketika Kalavati Devi hendak keluar rumah. Berteman angin dingin dan langit yang menggelegar, perempuan berusia 55 tahun itu melangkah ke stasiun bus terdekat.
Ia lalu menumpang dua bus dengan jurusan berbeda dan berjalan kaki sejauh lima kilometer untuk tiba di tujuannya: Rakhi Mandi, kawasan kumuh terbesar di Kanpur. Di sinilah ia bekerja, di antara 3500 kaum terpinggirkan India.
Hingga dua tahun silam kawasan kumuh ini belum punya toilet. Selokan yang melintang di sana sini meluap oleh kotoran dan sampah. Bau busuk menggelayut di udara. Perempuan tidak jarang harus buang air besar di udara terbuka, tanpa dinding dan pintu yang melindungi.
Toilet Umum demi Kesehatan
Pernah seorang nenek berusia 50 tahun diperkosa ketika hendak buang air besar. Kata orang dia dipukuli hingga babak belur dan kehilangan pita suara untuk selamanya. Seperti banyak kasus serupa, tidak seorangpun berani mengadukan kepada polisi.
Sanitasi yang buruk di Rakhi Mandi menggerakkan sebuah LSM lokal, Shramik Bharti, untuk membangun toilet umum. Proyek yang didukung program WaterAid asal Inggris ini antara lain mempekerjakan perempuan seperti Kalavati Devi.
"Dengan membangun toilet saya tidak cuma menjamin kebersihan lingkungan, tetapi juga menjaga martabat perempuan dan ibu-ibu," ujarnya.
Atasi Kemiskinan Lewat WC
Sepertiga warga dunia tidak punya akses ke toilet yang bersih dan aman. Padahal sarana sanitasi tidak hanya higienis, tapi juga membantu pendidikan dan pekerjaan. Ini berperan dalam pembangunan ekonomi.
Foto: Patrick Baumann
HAM dan Toilet
Di seluruh dunia, aktivis seperti di stasiun kereta Berlin ini menuntut sarana kebersihan yang lebih baik. Sekitar 30 persen penduduk di dunia tidak punya akses ke toilet yang lebih bersih dan aman. Sehingga lebih banyak manusia yang meninggal karena masalah kebersihan dibandingkan akibat malaria dan campak.
Foto: John Macdougall/AFP/Getty Images
Investasi bagi Kesehatan
Penyakit yang ditularkan lewat air, seperti typhus dan disentri, menyebar dengan cepat di daerah tanpa sarana sanitasi. Di Kibera salah satu wilayah termiskin di Afrika, ini bukan masalah baru. Warga buang air besar di kantong plastik dan membuangnya begitu saja. Kini didirikan toilet umum di daerah kumuh Nairobi tersebut. Jumlah warga yang jatuh sakit pun berkurang.
Foto: DW
Pekerjaan Kotor
Di beberapa wilayah India tanpa instalasi penyaringan air, masih ada pembersih kakus seperti perempuan asal Mudali ini. Sebenarnya sejak 20 tahun ada larangan untuk melakukan pekerjaan tersebut, karena dianggap sebagai pekerjaan budak. Tapi belum ada perusahaan yang dihukum karenanya. Di New Delhi, "manual scavenging" atau pembersihan kakus kering oleh manusia dilarang sejak awal tahun ini.
Foto: Lakshmi Narayan
Bertahan di Wilayah Krisis
Pada situasi krisis, sulit untuk memenuhi kebutuhan logistik bagi sarana sanitasi. Kadang harus mengantri berjam-jam hingga bisa buang air kecil. Pengungsi, seperti warga Somalia yang melarikan diri ke Tunisia, butuh sarana tambahan yang sayangnya tidak mampu disediakan infrastruktur setempat.
Foto: picture-alliance/dpa
Solusi Berkesinambungan
Di El Alto, dekat ibukota Bolivia La Paz, dikembangkan toilet yang mampu mengolah kotoran manusia menjadi pupuk. Para petani dari daerah sekitar memperoleh pupuk secara cuma-cuma dan rumput lapangan bola baru juga terawat karenanya.
Foto: Sustainable Sanitation/Andreas Kanzler
Bukan Tempat Ideal
20 juta warga Uni Eropa tidak punya akses ke instalasi sanitasi. Di wilayah pedesaan Eropa Timur, toilet dalam bentuk jamban atau kakus masih ditemukan dimana-mana. Akibatnya, air minum terkotori. Di daerah ini kurangnya kebersihan juga menghambat perkembangan ekonomi.
Foto: picture-alliance/CTK
Bantuan Terarah
Toilet sederhana adalah sarana termurah dalam upaya memerangi kemiskinan. Tirame Ayago, 55, (foto) kini memiliki kakus pribadi berkat bantuan Organisation Toilet Twinning. Dulu keluarganya sering sakit, kini ia bisa menabung uang yang biasanya dibutuhkan untuk pengobatan.
Foto: Richard Hanson
Tempat Sunyi dan Pemandangan Indah
Di tempat paling terisolasi di dunia, toilet harus berfungsi tanpa air, listrik atau instalasi penyaringan air. Toilet di Mount McKinley di Alaska menawarkan pemandangan spektakuler dari gunung tertinggi Amerika Utara. Tempat seperti itu memberi inspirasi penggemar toilet Luke Barclay untuk mengabadikannya dalam bukunya "A loo with a view" atau "Toilet dengan pemandangan".
Foto: Patrick Baumann
8 foto1 | 8
Dilahirkan di Sitapur, salah satu kawasan paling terbelakang di India, Kalavati dinikahkan di usia 14 tahun. Ia tidak pernah mengeyam bangku sekolah. Kehidupan sebagai kaum papa tidak mudah, tapi suaminya setidaknya selalu ada.
"Saya menikmati pekerjaan ini"
Hingga ketika suaminya meninggal dunia beberapa tahun lalu, Kalavati terpaksa membiayai kehidupan keluarga dengan bekerja membangun toilet. "Kerja adalah kerja. Setiap pekerjaan punya martabatnya sendiri," ujarnya. Saat ini ia membiayai putri tertuanya, Lakhsmi, seorang janda dengan dua anak, yang kini tinggal bersamanya setelah ditinggal mati sang suami.
Kalavati tidak mengeluh soal pekerjaannya yang tergolong berat. "Seberapa lama saya bekerja bergantung pada tenggat waktu sebuah proyek harus diselesaikan. Kadang-kadang kami bekerja hingga malam atau memulai sejak pagi sekali," ujarnya.
Tapi perempuan paruh baya itu puas. Ia bangga atas pekerjaannya itu. "Saya sudah menyempurnakan metode membangun pipa pembuangan, di mana aliran airnya tidak tersendat," imbuhnya. "Saya menikmatinya. Pekerjaan ini membuat saya bahagia dan perasaan itu selalu bisa mengusir rasa lelah."