Kepedulian sipil di Jerman bisa berujung pada kematian. Kasus Tugce ibarat membangunkan seluruh bangsa untuk bangkit melawan kekerasan dan praduga buruk terhadap warga migran.
Iklan
Seorang mahasiswi keturunan Turki, Tugce Albayrak, membela dua gadis dari serangan pelecehan seorang remaja pria pertengahan November lalu di sebuah restoran cepat saji di kota Offenbach. Akibat pembelaan itu, ia dipukul bagian kepalanya, hingga jatuh ke lantai beton pelataran parkir dan koma.
Para dokter yang berusaha menolong dengan memasang alat bantu medis yang mempertahankan kehidupannya akhirnya angkat tangan. Pada tanggal 28 November bertepatan dengan ulang tahun ke 23 remaja perempuan keturunan Turki itu, keluarga memutuskan mencabut semua alat bantu medis. Tugce dinyatakan meninggal beberapa saat kemudian.
Tersangka pelaku, seorang pria remaja berusia 18 tahun saat ini masih meringkuk di tahanan pemeriksaan. Tersangka diketahui sering berurusan dengan polisi terkait tindak pidana ringan. Hingga kini tersangka bungkam dan polisi menyidik ke semua arah. Kedua remaja putri di bawah umur yang dibela Tugce sudah memberikan kesaksian kepada polisi.
Jasad Tugce dimakamkan Rabu (03/12/14) seusai sholat lohor dengan dihadiri ribuan pelayat. Presiden Jerman Joachim Gauck bahkan sudah mengisyaratkan mempertimbangkan pemberian bintang tanda jasa bagi Tugce atas dedikasinya yang harus dibayar dengan nyawa itu.
Selamat Jalan Tuğçe
Karena berani membela orang yang lemah, Tuğçe jadi korban. Ia kini dimakamkan di kota kelahirannya. Langkah berani Tuğçe masih akan diingat dan jadi panutan setelah kepergiannya.
Foto: Reuters//K. Pfaffenbach
Perpisahan dengan Tuğçe
Air mata, bunga dan lilin. Upacara pemakaman Tuğçe yang dilakukan secara Islam dihadiri ribuan orang. Di mesjid, setelah sembayang zuhur dilayangkan doa bagi Tuğçe. Setelah itu ia dikuburkan di pemakaman kota kelahirannya, Bad Soden-Salmünster, dan hanya dihadiri keluarga dekat.
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Keberanian Tuğçe Menyentuh Dunia
Tuğçe ingin menolong dua remaja perempuan, dan akhirnya jadi korban kekerasan. Harian "La Stampa" di Italia menyebut Tuğçe "Malaikat dari Mc Donald’s". Media Turki membuat kepala berita, "Terima kasih Tuğçe, Kami Sayang Kamu," dan menunjukkan terkesan pada perhatian dan simpati dari masyarakat Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Roessler
Ikut Merasa Berduka
Pada hari ulang tahunnya yang ke-23, sekitar 1.500 warga ikut berjaga di luar klinik tempat ia dirawat. Itu juga menjadi hari kematiannya. Orang-orang yang menunggu di luar meletakkan bunga dan menyalakan lilin. Seorang pianis memainkan lagu yang paling disukai Tuğçe, "The River Flows In You".
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Bela Sungkawa dan Solidaritas
Orang-orang yang berkumpul di depan Klinik Sana di kota Offenbach membentangkan plakat bertulisan, "Hari ini, kita semua Tuğçe".
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Alat Pendukung Hidup Dimatikan
Hari kelahirannya (28/11) juga jadi hari meninggalnya. Alat-alat yang mendukung hidup mahasiswi itu dimatikan, setelah ia berada dalam keadaan koma. Orang tua Tuğçe mengambil keputusan itu setelah dokter memastikan, Tuğçe sudah mengalami mati otak. Foto: ibu Tuğçe memandang warga di luar dari jendela kamarnya di klinik.
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Mati Karena Ingin Menolong
Orang-orang mengucapkan selamat jalan bagi Tuğçe di depan klinik di Offenbach. Tuğçe harus membayar dengan hidupnya, karena ia ingin menolong orang lain.
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
Menyelamatkan Hidup
Tuğçe masih menolong orang lain setelah meninggal: ia menjadi penyumbang organ tubuh. Untuk itu di Jerman orang harus memiliki tanda pengenal khusus. Hanya beberapa jam setelah kepergiannya, orang tuanya menyetujui pengambilan organ untuk transplantasi.
Foto: picture-alliance/dpa
Ikut Merasakan Kesedihan
Presiden Jerman Joachim Gauck (foto) dan pemerintah negara bagian Hessen menyatakan bela sungkawa bagi keluarga Tuğçe. "Sangat menyakitkan kehilangan putri yang masih memiliki masa depan panjang seperti Tuğçe", demikian kata Perdana Menteri negara bagian Hessen, Volker Bouffier, dan wakilnya, Menteri Ekonomi Tarek Al-Wazir.
Foto: picture-alliance/dpa/Gambarini
Bintang Jasa Bundesverdienstkreuz
Lewat jejaring sosial puluhan ribu orang menyatakan kesedihan. Akun Facebook "Tuğçe zeigte Zivilcourage, zeigen wir ihr unseren Respekt" (Tuğçe tunjukkan keberanian, kita tunjukkan penghormatan) mendapat lebih dari 125.000 "likes". Petisi lewat internet yang mengajukan Tuğçe untuk mendapat bintang jasa Jerman Bundesverdienstkreuz ditandatangani lebih dari 160.000 orang Selasa malam.
Foto: picture alliance/AA/Kaman
Pertikaian di Depan Restoran Cepat Saji
Tuğçe hendak melindungi dua remaja perempuan yang dilecehkan beberapa pria. Oleh sebab itu seorang pria muda menunggu dan memukulnya di depan restoran cepat saji. Akibat pukulan itu ia jatuh ke tanah. Setelah itu ia berada dalam keadaan koma sampai dinyatakan meninggal.
Foto: picture-alliance/dpa
Saksi Ditemukan, Pelaku Diam
Peristiwa itu bisa direkonstruksi lewat rekaman kamera pengawas. Menurut jaksa, dalam interogasi pertama tersangka pelaku mengakui telah memukul Tuğçe. Setelah itu ia bungkam, dan sekarang berada dalam tahanan penyelidikan. Polisi kini meneliti delik serangan dengan akibat mematikan. Dua remaja perempuan yang ditolong Tuğçe kini telah melaporkan diri kepada polisi.
Foto: picture-alliance/dpa/Roessler
11 foto1 | 11
Pro kontra hukuman berat
Kini kasus kematian Tugce memicu lagi perdebatan panas terkait konsekuensi hukuman berat bagi pelaku, Menteri kehakiman Jerman menegaskan menolak memberikan hukuman berat, karena hal itu tidak akan mencegah kejahatan berat semacam itu. Ironisnya, menteri Maas juga mengimbau ditingkatkannya kepedulian sipil untuk mengurangi aksi kekerasan.
Sementara di sisi lain, para pembela hak asasi menuntut konsekuensi hukuman berat kepada pelaku semacam itu sebagai aksi penjeraan. Mereka juga menunjuk kasus serupa pada 2009 terhadap pengusaha Dominik Brunner yang juga harus meregang nyawa akibat membela empat siswa sekolah yang diancam dua remaja pria.
Terlepas dari pro kontra, lebih dari 160.000 sudah menyatakan dukungan lewat media sosial agar Tugce dianugerahi bintang jasa untuk dedikasinya itu. Almarhum Brunner mendapat bintang jasa atas pengorbanannya dan sebuah jalan di München juga diberi nama Brunner. Di jejaring sosial para simpatisan Tugce menulis: "juga jika bintang jasa tidak akan menghidupkan kembali kamu, tapi pemerintah layak menganugerahkannya. Kamu adalah panutan kami".