1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Pendidikan

Membiayai Kuliah - Sebuah Tantangan

Armin Himmelrath

Sekitar 800 Euro dibutuhkan mahasiswa untuk satu bulan, demikian serikat mahasiswa. Biaya yang cukup tinggi – khususnya bagi mahasiswa asing.

Foto: DW

Savas Özel warga Jerman asal Turki berusia 26 tahun. Ia studi teknik mesin di Perguruan Tinggi Ilmu Terapan (FH) Gummersbach. "Disamping studi saya harus kerja sambilan", papar Savas, „sekarang saya bekerja sebagai perawat di sebuah panti jompo, guru les privat dan di serikat mahasiswa". Dengan cara ini ia membiayai hidupnya selama menjadi mahasiswa. Menurutnya, „satu pekerjaan saja, tidak cukup."

Jika perlu uang untuk membiayai hidup semasa kuliah, bisa menyambi kuliah dengan bekerja.Foto: Fotolia/ Tatjana Balzer

Karena Savas berkewarganegaraan Jerman, ia harus berhati-hati karena tidak boleh bekerja melebihi ketentuan waktu, karena harus kuliah. Kalau lebih, mereka akan kehilangan statusnya sebagai mahasiswa. Bagi warga UE ditetapkan peraturan berbeda sesuai negara asalnya.

„Pembiayaan kuliah bagi kebanyakan mahasiswa asing merupakan masalah besar", ungkap Achim Meyer auf der Heyde, sekretaris jenderal Serikat Mahasiswa Jerman. Lembaga ini sejak lama menuntut, agar peraturan tersebut dilonggarkan. Tetapi, sampai sekarang tidak berhasil.

Di beberapa perguruan tinggi masih diberlakukan uang semester kuliahFoto: Fotolia/N-Media-Images

Ada satu peraturan yang berlaku bagi semua mahasiswa warga negara manapun, yakni sedini mungkin memikirkan pendanaan studi. Bagian konsultasi sosial serikat mahasiswa di setiap perguruan tinggi Jerman dapat membantu jika bermasalah dengan pembiayaan. Ada kemungkinan untuk mendapat tunjangan negara yaitu BAföG (Bundesausbildungsförderungsgesetz), beasiswa atau kredit khusus bagi mahasiswa.

Kebanyakan mahasiswa, demikian pengalaman serikat mahasiswa, menggabungkan dua sumber dana. Seringnya dana dari orang-tua dan hasil kerja sambilan. Dua sumber dana terpenting bagi banyak mahasiswa. Tiga dari empat mahasiswa di Jerman terpaksa kerja sambilan untuk bisa membiayai studinya.

Selama hampir 40 tahun dengan adanya BAföG mahasiswa yang pendapatan orang-tuanya tidak melewati batas tertentu bisa mendapat bantuan negara. Sekitar seperempat mahasisiwa Jerman menerima tunjangan tersebut. Kekhususannya adalah dana itu harus dikembalikan setelah tamat kuliah, tetapi hanya setengahnya. Mahasiswa asing yang memenuhi persyaratan tertentu juga dapat mengajukan permohonan untuk mendapat BAföG. Bagi yang ingin mengetahui apakah dia berhak mendapat BAföG atau tidak, bisa konsultasi ke serikat mahasiswa di universitasnya.

Seperempat mahasiswa di Jerman memperoleh tunjangan negaraFoto: dapd

Mahasiswa yang berencana mengambil kredit, kalangan pakar menyarankan untuk mencari informasi sebanyak mungkin, agar tidak terlilit hutang di akhir studi nanti. „Lebih baik mengupayakan sumber dana yang ada", demikian pakar kredit Stefanie Laag dari Pusat Konsumen negara bagian Nordrhein-Westfalen.