Kecintaan pada alam membuat pemburu badai menyerempet bahaya. Laporan mereka dapat menyelematkan nyawa.
Iklan
Sven Lüke adalah pemburu badai. Setiap kali ada laporan badai, tornado dan hujan es pemuda 37-tahun itu langsung berangkat ke lokasi cuaca buruk. „Kadang jaraknya sejauh 700 kilometer,“ ungkap Lüke. Baginya memburu badai adalah hobi yang menelan banyak waktu pribadi. Petir dan halilintar dipotret dan direkam dengan video, kemudian data tersebut dikirim olehnya ke Dinas Layanan Cuaca Jerman (DWD) dan pusat klimatologi lainnya.
DWD mendukung kegiatan pemburu badai seperti Lüke. Semakin tepat pantauan cuaca dan datanya, maka semakin cepat peringatan dapat disebar ke masyarakat, ungkap Andreas Friedrich, ahli badai di DWD: "Kami berharap akan semakin banyak relawan di Jerman yang memantau perubahan cuaca dan mengumpulkan data." Saat ini ada sekitar 80 orang pemburu badai di Jerman. Sebagian besar tergabung dalam jaringan sosial, atau dalam yayasan, seperti "Skywarn".
Negara Paling Rentan Dilanda Cuaca Ekstrem
Lebih dari setengah juta orang meninggal dunia akibat 15.000 bencana cuaca yang melanda Bumi dalam dua dekade terakhir. Berikut adalah daftar muram negara yang paling rentan terkena dampak cuaca buruk di dunia.
Foto: AP
1. Honduras
Sebanyak 61 fenomena cuaca eskrem melanda Honduras antara 1996-2015. Termasuk yang paling parah adalah Hurikan Mitch tahun 1998 yang menelan korban hingga 7.000 orang dan menciptakan kerugian senilai 3,4 milyar Dollar AS. Honduras langganan bertengger di urutan teratas Indeks Risiko Iklim Global sejak hampir tiga dekade terakhir.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/D. Bartletti
2. Myanmar
Dari 41 bencana cuaca yang dialami Myanmar selama dua dekade terakhir, Siklon Nargis yang 2008 silam menewaskan 140.000 orang dan membuat 2,4 juta penduduk kehilangan rumah adalah yang paling parah. Rata-rata jumlah korban jiwa akibat cuaca ekstrem di Myanmar antara 1995-2016 mencapai 7145 orang per tahun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi di dunia.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
3. Haiti
Serupa dua negara teratas, Haiti juga langganan bertengger di urutan tiga besar daftar muram ini. Tahun 2008 menandakan tahun bencana cuaca paling buruk di negara miskin tersebut. Empat hurikan sekaligus, Fay, Gustav, Hanna, dan Ike, merenggut ribuan nyawa, memusnahkan 80% hasil panen dan menciptakan kerugian sebesar 5% dari total Produk Domestik Bruto senilai 17 milyar Dollar AS.
Foto: A.Shelley/Getty Images
4. Nicaragua
Serupa Honduras, Nicaragua mencatat bencana cuaca paling buruk saat badai Mitch mengamuk 1998 silam. Hasilnya 3.800 orang tewas dan negara mencatat kerugian senilai satu milyar Dollar AS. Dalam dua dekade terakhir negeri di tepi Karibik ini mengalami setidaknya 44 bencana akibat cuaca buruk.
Foto: picture alliance/AP Photo
5. Filipina
Tidak heran jika Filipina sering dijuluki negeri seribu topan dan badai. Pasalnya jiran Indonesia itu dilanda 283 bencana cuaca dalam dua dekade terakhir. Yang terparah adalah Badai Haiyan (2013) yang menewaskan lebih dari 10.000 penduduk dan menciptakan kerugian senilai hampir 3 milyar Dollar AS. Haiyan adalah salah satu topan super terkuat yang pernah dicatat dalam sejarah.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Malasig
6. Bangladesh
Negeri di tepi Teluk Bengal ini rajin disambangi musibah banjir. Rata-rata setiap tahun 5.000 orang meninggal dunia sebagai dampaknya. Banjir terburuk dalam sejarah Bangladesh terjadi 1998 silam. Ribuan orang tewas dan hampir 75% wilayah negeri terendam air. Diperkirakan 30 juta penduduk kehilangan tempat tinggal.
Foto: Imago
7. Pakistan
Sebanyak 133 bencana cuaca melanda Pakistan antara 1996-2015. Catatan paling buruk ditoreh oleh bencana banjir 2010 yang menelan sekitar 2.000 korban jiwa dan melenyapkan rumah milik lebih dari 20 juta penduduk. Pakistan rajin dilanda banjir lantaran curah hujan yang tidak jarang mencetak rekor tertinggi.
Foto: S. Berehulak/Getty Images
8. Vietnam
Tidak berbeda dengan Filipina, Vietnam rajin disambangi badai dan topan. Dalam dua dekade terakhir Global Climate Risk Index mencatat setidaknya 206 fenomena cuaca ekstrem melanda negeri jiran itu. Setiap tahun pemerintah di Hanoi merugi lebih dari dua milyar Dollar AS akibat cuaca buruk
Foto: Reuters
9. Guatemala
Negeri kecil di Amerika Tengah ini sering dilanda bencana banjir atau badai. Sementara fenomena El-Nino yang mengganas tahun lalu menyebabkan bencana kekeringan yang menghanguskan cadangan pangan milik 3,4 juta penduduk. Sebanyak 74 fenomena cuaca ekstrem dialami Guatemala dalam dua dekade terakhir.
Foto: ddp images/AP Photo/Rodrigo Abd
10. Thailand
Banjir 2011 di Thailand menenggelamkan 20.000 kilometer persegi sawah dan perkebunan, serta melenyapkan rumah milik 13,6 juta penduduk. Sebanyak 65 dari 77 provinsi terendam banjir. Pemerintah mengalami kerugian 46 milyar Dollar AS. Dalam dua dekade terakhir, Thailand mengalami 135 bencana cuaca ekstrim yang telah menelan belasan ribu korban jiwa.
Foto: AP
10 foto1 | 10
Kerjasama dengan dinas layanan cuaca
Sven Lüke mendirikan "Skywarn" sepuluh tahun lalu. Peralatannya tidak banyak untuk mendata cuaca. Sebuah alat navigasi GPS, sebuah tablet komputer dan ponsel. Itu saja. Ia dapat mengakses data radar DWD secara cuma-cuma, sehingga tahu sebahaya apa awan yang tengah diburunya.
Pantauannya disampaikan lewat ponsel. Kode lima misalnya, bisa berarti badai, dan tiga berarti hujan es. Biasanya hanya ancaman besar yang dilaporkan, seperti badai yang kecepatannya lebih dari 90 kilometer per jam.
Kekuatan Mematikan Angin Topan
Angin topan punya kekuatan luar biasa. Dampak yang ditinggalkan adalah kerusakan dan kekacauan. Bagaimana topan terwujud dan apakah ada perbedaannya?
Foto: picture-alliance/dpa
Topan Monster Haiyan
Topan Haiyan yang menyapu Filipina setahun lalu mungkin adalah angin topan terkuat yang pernah terjadi. Kecepatannya mencapai 350 km/jam. Para ilmuwan menduga, perubahan iklim yang menyebabkan angin topan tersebut sedemikian parahnya. Tapi ini belum terbukti. Faktanya, laut semakin hangat dan memanaskan badai.
Foto: Reuters
Badai Tropis
Hurricane, Taifun dan Cyclone, tiga nama untuk fenomena cuaca ekstrim. Di pesisir Amerika Utara diberi nama Hurricane, di Asia Timur atau Asia Tenggara, Taifun dan di kawasan India, disebut Cyclone. Walaupun namanya berbeda, namun terciptanya dengan cara yang serupa, dengan kekuatan penghancur yang sama pula.
Foto: dapd
Mata Badai
Akibat rotasi Bumi aliran udara juga mulai berpusing menciptakan mata badai berdiameter hingga 50 km. Citra mata badai ini menunjukan langit nyaris tidak berawan dan angin mati.
Foto: picture-alliance/dpa
Angin Topan Mencapai Daratan
Jika topan melanda kawasan pesisir, energinya melemah, karena tidak ada lagi suplai uap air panas. Kerusakan hebat biasanya ditimbulkan massa air yang dibawai badai dari laut. Misalnya pada saat topan Nanmadol melanda Cina Agustus 2011. Topan menumpahkan muatan massa airnya, akibatnya hujan lebat merendam kawasan bencana.
Foto: picture-alliance/dpa
Kekacauan Terprediksi
Gelombang pasang setinggi 4 meter, kebakaran, putus aliran listrik, dan tanggul jebol. Sandy melanda dengan kecepatan lebih 145 Kilometer per jam di Amerika Utara. Yang paling parah dilanda topan ini adalah New Jersey dan New York. Penduduk sudah diperingatkan dan dampak kerusakannya tepat seperti yang diramalkan para pakar meteorologi.
Foto: Reuters
Rekor Kecepatan Badai
Akibat udara hangat yang naik ke atas, tercipta semacam belalai khas bagi angin puting beliung atau tornado. Di sini kecepatannya amat fantastis, bisa mencapai 500 km per jam. Tornado di keluarga badai, adalah juaranya dalam hal kecepatan. 'Belalai' ini menyedot semua benda yang ada di lintasannya, dan menggilingnya hingga hancur.
Foto: Fotolia/Daniel Loretto
Dampak Kerusakan
Sebuah Tornado meninggalkan jejak kehancuran di lintasannya sejauh dan selebar beberapa kilometer. Kawasan Midwest di Amerika disebut "JalurTornado" karena terkena bencana alam tersebut hingga ratusan kali dalam setahun. Di sana angin dingin dan kering dari utara, bertemu angin panas dan lembab dari Teluk Meksiko.
Foto: picture-alliance/dpa
7 foto1 | 7
Jaringan pemburu badai
Setiap tahunnya sekitar 40 hingga 60 badai menyapu Jerman. Jauh lebih sedikit memang dari Amerika Serikat, yang mengalami sedikitnya 1000 badai setiap tahun.
Kecintaan pada kehebatan alam membuat Sven Lüke rajin berkunjung ke negara paman Sam itu. Di Amerika Serikat ada puluhan ribu pemburu badai yang memasok Dinas Meteorologi dengan informasi, ungkap Andreas Friedrich setengah iri. Ia tahu bahwa jaringan itu meningkatkan ketepatan sistem peringatan cuaca di Amerika Serikat, sehingga berhasil menurunkan jumlah korban.
Di Jerman, Sven Lüke akan mengaku berbohong, bila mengatakan satu-satunya alasan dia untuk memburu badai adalah untuk melindungi masyarakat.
Bencana Alam Dilihat dari Angkasa
Satu perspektif lain ditunjukkan foto-foto yang diambil dari ruang angkasa. Kengerian bencana yang melanda di bumi tampak menunjukkan kesan yang mendalam, jika dilihat dari ketinggian.
Foto: NASA
Raksasa Terbangun
Setiap kali terbangun dari tidurnya, gunung berapi selalu mendatangkan ketakutan. Tahun 2009, Gunung Sarychev, terletak di Kepulauan Kuril, Rusia, meletus. Pada saat yang sama, Stasiun Ruang Angklasa Internasional ISS tepat berada di atasnya, dan awak ISS berhasil mengabadikan foto ini.
Foto: NASA
Kering menjadi Pemenang
Salah satu misi satelit observasi bumi --- seperti Proba-V milik Badan Antariksa Eropa--adalah membuat foto-foto yang memungkinkan dilakukannya pelacakan perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Foto yang - diambil bulan April 2014, Juli 2015 dan Januari 2016 (kiri ke kanan) ini - memperlihatkan proses mengeringnya Danau Poopo di Bolivia akibat dampak perubahan iklim.
Foto: ESA/Belspo
Jangan Bermain Api
Setiap tahunnya, kebakaran hutan memusnahkan jutaan hektar hutan dan ekologi di berbagai belahan dunia, seperti juga di Indonesia. Tampak dalam foto yang diambil tanggal 15 September 2015 ini, Pulau Sumatera dan Kalimantan diselimuti asap tebal dari kebakaran hutan.
Foto: NASA/J. Schmaltz
Hujan yang Tidak Diharapkan
Tahun 2013, Eropa diguyur hujan berkepanjangan. Hal ini menyebabkan banyak sungai besar meluap, termasuk juga Sungai Elbe. Tampak dalam foto, lumpur yang dibawa Sungai Elbe menutupi wilayah sekitar Wittenberg, di negara bagian Sachsen-Anhalt.
Foto: NASA/J. Allen
Titik Pusat Badai
Badai angin kerap menyebabkan kerusakan hebat. Informasi cuaca yang di susun berdasarkan laporan dari satelit sangat penting untuk memonitor perkembangan badai, seperti: intensitas, arah pergerakan, kecepatan angin. Foto yang diambil pada 25 November 2015 di Samudera Pasifik, dekat Meksiko, ini membantu untuk memprediksi kekuatan badai tropis Sandra, yang mencapai kecepatan 160 km/jam.
Foto: NASA/J. Schmaltz
Gletser Lenyap di Argentina
Satelit memerankan peran penting dalam memantau perubahan iklim. Misalnya, lewat informasi yang dikirim dari ruang angkasa, ilmuwan dapat mendokumentasikan bagaimana gletser di seluruh dunia meleleh, dan menyebabkan peningkatan permukaan air laut. Foto yang diambil dari Stasiun Luar Angkasa Internasional ISS, ini menunjukkan proses melelehnya gletser Upsala di Argentina antara 2002-2013.
Foto: NASA
Mengerti Badai Pasir
Badai pasir di Timur Tengah disebut "Haboob" kerap menerjang wilayah padang pasir. Pada September 2015, satelit berhasil mengabadikan badai pasir hebat tengah bergerak ke wilayah pemukiman. Foto seperti ini dapat memberikan gambaran untuk memahami pola bagaimana badai terbentuk, untuk memprediksi kekuatan badai dan mengambil antisipasi yang diperlukan.
Foto: NASA/J. Schmaltz
Gunung Telanjang
Nama ini digunakan NASA untuk menggambarkan Gunung Shasta di Kalifornia, Amerika Serikat. Gunung yang memiliki selimut salju ini merupakan sumber air penting di kawasan. Namun hamparan salju secara bertahap menghilang. Foto yang diambil pada tahun 2013, saat terjadi bencana kekeringan parah ini, memperlihatkan bagaimana salju yang menutupi gunung tersebut telah menghilang hampir seluruhnya.