Pasangan Jokowi telah ditentukan. Tapi apakah kita lupa rekam jejak KH. Ma’ruf Amin dengan kiprahnya di MUI yang tidak begitu sejalan dengan perlindungan hak-hak minoritas? Demikian kritik Kalis Mardiasih.
Iklan
Jokowi telah memilih KH Ma'ruf Amin. Tim sukses Jokowi-Ma'ruf membuat jargon Nasionalis-Relijius atau Umara-Ulama dengan visualisasi seorang Jokowi yang berjalan dengan menggandeng tangan ulama keturunan Syaikh Nawawi Banten itu.
Konon, strategi ini dirancang untuk membendung kampanye hitam yang menuduh Jokowi anti-Islam dan menguatnya arus populisme Islam yang kian mengkhawatirkan. Sudah segenting itukah kondisi bangsa sehingga Jokowi fokus berkepentingan membendung politik identitas yang mengatasnamakan agama dibanding merespons isu lain yang dapat membangun sentimen positif akan dirinya?
Bagaimana pun, keputusan telah diambil. Mau tak mau, kita hanya dapat mengusahakan untuk mengawal kedua pasangan capres-cawapres. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan sebagai warga negara, tentu saja dengan memberi masukan-masukan.
Jokowi sebagai petahana, selain diapresiasi akan prestasi sepanjang lima tahun memimpin negeri, tentu sekaligus objek evaluasi yang menarik akan visi nawacita yang ia janjikan sejak periode lalu.
Pada tahun 2014, pasangan Jokowi-JK unggul dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa karena dianggap mewakili aspirasi pro-rakyat, demokratis hingga harapan wajah baru sejarah Indonesia. Prabowo, selain berangkat dari kalangan militer juga erat dengan sejarah kelam Orde Baru yang membungkam kemerdekaan berpendapat.
Siapa Yang Masuk Bursa Cawapres 2019?
Bursa calon wakil presiden memanas kurang dari setahun menjelang Pilpres 2019. Sejumlah nama besar saat ini diisukan bakal menemani dua calon terkuat, Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Siapa saja?
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Mahfud MD
Dari sekian banyak nama yang santer diisukan bakal mendampingi Joko Widodo pada Pilpres 2019, Mahfud MD termasuk yang paling berpotensi terpilih. Selain tidak berasal dari salah satu partai koalisi, ia juga memiliki reputasi tak tercela di kalangan pemilih muslim. Mahfud yang pernah aktif di Mahkamah Konstitusi dipercaya bisa membantu pemerintahan Jokowi mengawal penegakan hukum di Indonesia.
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
Muhaimin Iskandar
Sejauh ini Cak Imin adalah satu-satunya pemimpin partai yang terang-terangan mendeklarasikan ambisinya merebut kursi cawapres. Kepada Jokowi atau Prabowo politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini menawarkan dukungan kaum muslim NU yang berjumlah mayoritas di Jawa Tengah dan Timur. Meski mendukung Jokowi, Muhaimin juga dikabarkan bermain mata dengan Prabowo untuk dipasangkan dalam Pilpres 2019
Foto: picture-alliance/Pacific Press/A. Ally
Airlangga Hartarto
Serupa Cak Imin, Airlangga Hartarto didaulat sebagai cawapres pendamping Jokowi oleh partainya sendiri, yakni Golkar. Kendati begitu peluang milik putra bekas menteri perindustrian di era Orde Baru, Hartarto Sastrosoenarto, ini diyakini tidak besar. Golkar pun sudah mengumumkan bakal tetap mendukung pemerintahan Joko Widodo, dengan atau tanpa Airlangga Hartarto sebagai pendampingnya.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Indahono
Sri Mulyani
Adalah kinerja dan reputasinya yang menempatkan Sri Mulyani dalam bursa calon wakil presiden. Namanya dikabarkan terjaring dalam daftar bakal cawapres versi PDI-P bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiatsuti. Namun Sri mengaku tidak berambisi menduduki jabatan wakil presiden. Ia hanya berharap kembali dipercaya menggawangi Kementerian Keuangan.
Foto: picture-alliance/AA/S. Corum
TGB Zainul Majdi
TGB banyak mendapat sorotan usai mendeklarasikan dukungannya kepada Joko Widodo pasca Pilkada 2018. Klaim tersebut sontak mengundang kritik dari Partai Demokrat yang menaunginya. TGB masuk dalam bursa cawapres lantaran kedekatannya dengan pemilih muslim. Selain merupakan cucu KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, pendiri Nahdlatul Wathan, Gubernur NTB ini juga berasal dari kalangan cendikia Islam.
Foto: Gemeinfrei
Anies Baswedan
Nama Anies Baswedan adalah yang paling panas dibahas dalam bursa cawapres untuk Prabowo Subianto. Keberhasilannya menumbangkan Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI 2017 dianggap sebagai pencapaian politik yang sekaligus menempatkan namanya untuk menduduki salah satu jabatan tertinggi di tanah air. Anies bahkan digadang-gadang bakal maju sebagai calon presiden, meski tanpa dukungan Gerindra.
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
Agus Harimurti Yudhoyono
Sejak Pilkada DKI 2017 hingga kini Agus Harimurti Yudhoyono (ki.) sudah bergerilya mencari suara. Ambisi sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono, menempatkan putranya di jabatan tertinggi di dalam negeri membuat Partai Demokrat sibuk mencari rekan koalisi untuk Pilpres 2019. Jika koalisi Gerindra-Demokrat menjadi kenyataan, duet Prabowo dan AHY diyakini bakal menajdi kenyataan.
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
Ahmad Heryawan
Saat ini Ahmad Heryawan sedang mencari pekerjaan baru setelah lengser dari jabatannya sebagai gubernur Jawa Barat. Sebagai politisi PKS, Aher membawa banyak keuntungan pada Prabowo Subianto: Dukungan pemilih muslim, mesin partai yang efektif dan pengalaman birokrasi. Selain Anies, Aher adalah nama yang paling santer diisukan bakal mendampingi Prabowo. rzn/hp (detik, kompas, tirto.id, katadata)
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
8 foto1 | 8
Ketika itu, kalangan yang mendambakan Indonesia lebih pluralis yang berasal dari para aktivis, akademisi, jurnalis, seniman hingga artis, ramai-ramai mendukung Jokowi dengan mengampanyekannya sebagai "orang baik”.
Dikemanakan hak minoritas?
Berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin, dukungan tersebut jadi surut mengingat rekam jejak KH Ma'ruf Amin dengan kiprahnya di MUI yang tidak begitu sejalan dengan perlindungan hak-hak minoritas. Selama menjadi Ketua MUI, KH Ma'ruf Amin adalah aktor yang mengeluarkan fatwa sesat, satu yang paling provokatif adalah kepada Ahmadiyah, yang mendorong meningkatnya kekerasan kepada jamaah Ahmadiyah selama 15 tahun terakhir.
Yang paling mutakhir,KH Ma'ruf Amin memberi kesaksian dalam persidangan kasus Ahok yang mengakibatkan vonis bersalah atas kasus penistaan agama kepada mantan Gubernur DKI tersebut.
Seribu Lilin Buat Ahok
Ribuan warga menyalakan lilin di kota-kota besar di Indonesia untuk menyatakan solidaritas untuk Basuki Tjahaja Purnama setelah divonis penjara dua tahun atas dakwaan penodaan agama. Berikut foto-fotonya.
Foto: Reuters/Antara/S. Kurniawan
Solidaritas dalam Lilin
Menyusul vonis penjara dua tahun buat Basuki Tjahaja Purnama dalam kasus penodaan agama, ribuan warga berkumpul di sejumlah kota di Indonesia sembari menyalakan lilin. Mereka antara lain berdemonstrasi di Tugu Proklamasi, Jakarta, dan Tugu Yogyakarta.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Roszandi
Duka dan Dukungan
"Kita semua di sini mungkin sedih dan terpuruk, saya yakin Pak Ahok butuh support dan dukungan teman-teman semua," kata koordinator Solidaritas Rakyat Jakarta untuk Keadilan, Nong Darol, seperti dilansir Detik.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Husni
Merambat ke Timur
Aksi bakar seribu lilin juga dilakukan masyarakat Minahasa Utara. Selain itu ribuan lain melakukan aksi serupa di Manado. Sementara di Papua, seratusan warga dilaporkan berkerumun di Taman Imbi yang terletak di jantung Kota Jayapura untuk memrotes hukuman penjara atas Ahok. "Ini aksi spontanitas warga yang cinta damai, anti radikalisme, dan kekerasan," kata seorang warga kepada Liputan6.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Roszandi
Membangun Harapan
Sastrawan senior, Goenawan Mohamad, yang mengikuti aksi massa di Tugu Proklamasi, menulis lewat Twitter, "ketika harapan hilang, di hari itu juga harapan dibangun kembali." Selain tokoh lintas agama, Nana Riwayatie yang merupakan kakak angkat Ahok turut hadir. Ia menyampaikan apresiasi atas dukungan masyarakat.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Roszandi
Persatuan di Tugu Proklamasi
Kepada Detik, Charol Vernando, salah seorang simpatisan Ahok mengatakan Tugu Proklamasi dipilih "karena menyimbolkan proklamasi di Indonesia, menyimbolkan persatuan dan kesatuan Indonesia."
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Demonstrasi Lewat Lagu
Sebelumnya warga juga berkumpul di depan markas Brigade Mobil di Depok setelah Ahok dipindahkan dari Cipinang. Aksi serupa digelar di Balai Kota ketika ribuan warga berkumpul sembari menyanyikan lagu nasional di bawah panduan Addie MS.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Solidaritas Lintas Negara
Aksi solidaritas untuk Basuki Tjahaja Purnama juga akan digelar di sejumlah kota besar di luar negeri, antara lain di Kanada, Amerika Serikat, Australia dan Jerman. Menurut undangan yang disebarkan di Perth, Australia, aksi tersebut dilakukan untuk menyatakan dukungan kepada Pancasila dan kebhinekaan di Indonesia. (ed:rzn/ap)
Foto: Reuters/Antara/S. Kurniawan
7 foto1 | 7
KH Ma'ruf Amin boleh mendapat kesempatan menyampaikan visi dan misi kebangsaan yang lebih demokratis sekali lagi.
Akan tetapi, hal tersebut hanya mungkin terjadi jika sosoknya dilepaskan dari PBNU, MUI atau persona sakralitas ulama yang seakan tak boleh digugat. Integritas dan komitmen demokrasi kalangan NU dan komunitas santri sedang diuji.
Toh, salah satu tradisi luhur Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar Indonesia, adalah terbuka dengan kritik, bahkan dari dan oleh kalangan internalnya sendiri. Jika tak percaya, bacalah potongan surat berikut.
"…Belum lagi masalah umat itu sendiri yang sudah sekian lama ditelantarkan dan seolah hanya mempunyai fungsi sebagai alat pengukuh kedudukan belaka. Sekarang semua itu Bapaklah pemimpin puncaknya. Bapak "dipaksa” ndandani atau paling sedikit harus setiap saat menghadapi secara langsung kenyataan-kenyataan yang memprihatinkan itu.”
Siapa Calon Pemimpin Indonesia?
Hasil survey Saiful Mujani Research Centre belum banyak mengubah peta elektabilitas tokoh politik di Indonesia. Siapa saja yang berpeluang maju ke pemilu kepresidenan 2019.
Foto: Imago/Zumapress
1. Joko Widodo
Presiden Joko Widodo kokoh bertengger di puncak elektabilitas dengan 38,9% suara. Popularitas presiden saat ini "cendrung meningkat," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan.
Foto: Reuters/Beawiharta
2. Prabowo Subianto
Untuk sosok yang sering absen dari kancah politik praktis pasca pemilu, nama Prabowo masih mampu menarik minat pemilih. Sebanyak 12% responden mengaku akan memilih mantan Pangkostrad itu sebagai presiden RI.
Foto: Reuters
3. Anies Baswedan
Selain Jokowi dan Prabowo, nama-nama lain yang muncul dalam survey belum mendapat banyak dukungan. Gubernur terpilih DKI Jakarta, Anies Baswedan, misalnya hanya mendapat 0,9%.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Agung Rajasa
4. Basuki Tjahaja Purnama
Nasib serupa dialami bekas Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama. Sosok yang kini mendekam di penjara lantaran kasus penistaan agama itu memperoleh 0,8% suara. Jumlah yang sama juga didapat Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Foto: Getty Images/T. Syuflana
5. Hary Tanoesoedibjo
Pemilik grup MNC ini mengubah haluan politiknya setelah terbelit kasus hukum berupa dugaan ancaman terhadap Kepala Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto. Hary yang tadinya beroposisi, tiba-tiba merapat ke kubu Presiden Joko Widodo. Saat inielektabilitasnya bertengger di kisaran 0,6%
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Ibrahim
6. Agus Yudhoyono
Meski diusung sebagai calon pemimpin Indonesia masa depan, saat ini popularitas Agus Yudhoyono masih kalah dibanding ayahnya Soesilo Bambang Yudhoyono yang memperpoleh 1,9% suara. Agus yang mengorbankan karir di TNI demi berpolitik hanya mendapat 0,3% dukungan.
Foto: Getty Images/AFP/M. Naamani
7. Gatot Nurmantyo
Jumlah serupa didapat Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang belakangan terkesan berusaha membangun basis dukungan. Nurmantyo hanya mendapat 0,3%. Meski begitu tingkat elektabilitas tokoh-tokoh ini akan banyak berubah jika bursa pencalonan sudah mulai dibuka, klaim SMRC.
Foto: Imago/Zumapress
7 foto1 | 7
Potongan paragraf tersebut adalah surat terbuka Gus Mus kepada KH Ali Maksum tahun 1981 di Majalah Bangkit. Setelah Gus Dur wafat, banyak dari kita, utamanya di Jawa yang mencari peran pengganti Gus Dur pada sosok Gus Mus.
Siapa sangka Gus Mus yang bijak itu, pada tahun 1981 ternyata menulis surat terbuka yang begitu tegas kepada KH Ali Maksum Krapyak. Ketika itu, KH Ali Maksum adalah mahaguru yang paling ia cintai, yang ketika itu menjabat sebagai Rais Aam PBNU.
Gus Mus sendiri, akhirnya juga menjadi Rais Aam pada 2010-an sepeninggal KH Sahal Mahfudh, sekaligus menolak untuk mengambil jabatan itu kembali pada Muktamar NU ke 33 di Jombang pada tahun 2015.
Maka, ketika KH Ma'ruf Amin dipilih Presiden Jokowi untuk mendampinginya sebagai calon wakil presiden pada helatan pemilihan umum 2019, kritik kepada tokoh ulama NU sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia itu seharusnya adalah hal yang biasa-biasa saja. Mereka yang merasa NU tidak perlu marah ketika Ma'ruf Amin diperbincangkan di mana-mana.
Jokowi di Tengah Pemimpin Dunia
Pertemuan APEC di Beijing menjadi kesempatan pertama Joko Widodo berkiprah di panggung internasional. Di tengah konflik antara Vladimir Putin dan Barack Obama, Shinjo Abe dan Xi Jinping, ia masih mampu mencuri perhatian
Foto: picture-alliance/dpa/Sergei Ilnitsky
Penampilan Perdana di Panggung Internasional
Kehadiran Presiden RI Joko Widodo di pertemuan puncak Asian Pacific Economic Cooperation di Beijing, Cina, termasuk yang paling ditunggu. Untuk pertama kalinya kecakapan diplomasi Jokowi diuji di panggung internasional. Selain kepala negara dan pemerintahan, ia juga bertemu dengan nama-nama tersohor dari dunia bisnis.
Foto: Reuters/K. Lamarque
Antara Obama dan Putin...
Padahal pertemuan APEC kali ini penuh bumbu konflik. Presiden AS, Barack Obama misalnya untuk pertama kali bertatap muka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sejak konflik meletus di Ukraina Timur.
Foto: Reuters
Atau Shinzo Abe dan Xi Jinping
Sumber prahara lain adalah pertemuan PM Jepang Abe dan tuan rumah Xi Jinping. Ketegangan antara Jepang dan Cina terkait kepulauan Diaoyu alias Senkaku terasa pada pertemuan kedua kepala pemerintahan tersebut. Di antara dua konflik besar itulah Joko Widodo mencari tempat di atas panggung internasional pertamanya sejak terpilih.
Foto: Reuters
Mencuri Perhatian
Kendati dirundung konflik yang mengintai, pemimpin dunia tetap menyempatkan diri bertemu dengan presiden baru Indonesia itu. Bersama Cina, Rusia, Vietnam dan beberapa negara lain, Jokowi berbicara mengenai investasi di bidang kelautan. Sementara Barack Obama lebih banyak mengangkat isu keamanan dan terorisme.
Foto: Reuters/Kevin Lamarque
"Ini kesempatan buat kalian"
Tanpa basa basi Jokowi mengundang dunia bisnis agar berinvestasi di Indonesia. Pidatonya yang dalam bahasa Inggris sederhana tanpa naskah itu mendapat pujian dari berbagai pihak. Antara lain karena ia berjanji mengentaskan masalah terbesar yang dihadapi para investor asing di Indonesia. "Ini kesempatan buat kalian," ujarnya.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Selanjutnya di Brisbane
Setelah melawat ke Cina, Jokowi dijadwalkan akan menapaki panggung diplomasi lain di Australia, yakni pada pertemuan negara-negara G20 di Brisbane. Serupa dengan APEC 2014, agenda utama pertemuan G20 yang melibatkan AS, Rusia, Jerman dan Jepang itu akan lebih banyak membahas program pemulihan ekonomi, investasi di bidang infrastruktur dan masalah keamanan regional.
Foto: picture-alliance/dpa/Sergei Ilnitsky
6 foto1 | 6
Siapa yang membesarkan NU?
Kritik pertama tentu saja kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Berulangkali, PBNU menegaskan identitas Ma'ruf Amin adalah NU yang sebenarnya. PBNU seperti berhasrat memberi jawaban mengapa Ma'ruf Amin dan bukan Mahfud MD, yang sebelumnya disebut tidak mewakili NU.
Sebuah pernyataan yang mengecewakan, mengingat NU selama ini bukan saja berbentuk jam'iyyah, tetapi NU ada sebab orang-orang biasa yang selama ini diklaim sebagai statistik yang membesarkan eksistensi NU.
Cuplikan pidato Ma'ruf Amin setelah deklarasi cawapres perihal arruju, warruju, tsumma ruju juga cukup mengejutkan. Ia menegaskan bahwa PKB adalah kendaraan warga NU alias sudah seharusnya warga NU mendukung gerak PKB.
Padahal, tepat sehari sebelum deklarasi, KH Ahmad Mustofa Bisri telah mengingatkan lewat akun twitternya,”Para pengurus/pemimpin NU yang harus bersikap hati-hati dalam menyampaikan pernyataan-pernyataan; terutama bila berkaitan dengan politik praktis. Dan sebaiknya tak usah bicara politik praktis di kantor NU. Bukan tempatnya.” Khittah NU, menurut Gus Mus adalah Nahdlatul Ulama, yakni kebangkitan cendekiawan Islam, bukan partai. Pernyataan itu sejalan dengan seruan Gus Dur di masa lalu untuk kembali ke Khittah 1926.
Dunia Hitam Putih Ali Khamenei
Ayatollah Ali Khamenei adalah loyalis garis keras konsep Wilayatul Faqih yang diwariskan Khomeini. Demi gagasan itu pula ia rela membunuh ribuan aktivis dan memenjarakan ulama-ulama besar Syiah yang tidak sependapat.
Foto: azzahra
Mullah Tak Dikenal
Di hari-hari revolusi Iran melawan Syah Reza Pahlevi, seorang jurnalis kiri bernama Houshang Asadi mendapati dirinya menempati sebuah sel kecil bersama seorang mullah tak dikenal di penjara Moshtarek. Mereka lalu menjalin persahabatan. Ketika Asadi dibebaskan, keduanya menangis sembari berpelukan. Sang Mullah pun berbisik "jika Islam berkuasa, tidak ada lagi tangisan kaum tak berdosa."
Foto: Inn.ir
Pengkhianatan Seorang Teman
Dua puluh tahun kemudian mullah yang sama memerintahkan penangkapan Asadi lantaran dugaan pengkhianatan. Jurnalis itu disiksa dan diancam hukuman mati karena bekerja untuk koran kiri dan berideologi Komunis. Nama sang mullah adalah Sayid Ali Hosseini Khamenei, aktivis revolusi yang kemudian menjadi presiden dan kelak diangkat sebagai pemimpin spiritual Iran.
Foto: Getty Images/AFP/A. Joe
Loyalitas Absolut
Penggalan kisah dari Moshtarek itu menggambarkan sosok Khamenei yang loyal dan berani melakukan apapun untuk melindungi warisan mentornya, Ayatollah Khomeini. Ia tidak hanya memerintahkan pembunuhan terhadap ribuan aktivis dan politisi, tetapi juga berani melucuti kekuasaan ulama-ulama besar Syiah lain yang berani mempertanyakan legitimitas kekuasaannya.
Foto: Fararu.com
Pertikaian Para Ulama
Padahal Khamenei bukan pilihan pertama Khomeini buat menjaga warisan revolusi berupa sistem kekuasaan para Mujtahid, Wilayatul Faqih. Status tersebut awalnya diserahkan pada Ayatollah Hussein-Ali Montazeri. Terlepas dari loyalitasnya, Khamenei memiliki kelemahan besar. Dia bukan seorang Ayatollah dan sebabnya tidak memenuhi syarat mengemban otoritas tertinggi dalam Islam.
Foto: www.amontazeri.com
Roda Nasib Berputar
Karir Khamenei berubah ketika Montazeri mulai mengritik tindak-tanduk Khomeini memberangus suara-suara yang bertentangan. Puncaknya adalah ketika sang pemimpin revolusi memerintahkan Dewan Ulama Qum mencabut gelar keagamaan Ayatollah Kazem Shariatmadari dan menutup sekolahnya lantaran mengritik penyanderaan pegawai Kedutaan Besar AS di Teheran. Sejak itu Montazeri menjadi musuh Wilayatul Faqih
Foto: Khamenei.ir
Tahta Tanpa Gelar
Dinamika ini menempatkan Khamanei, seorang Mujtahid kelas menengah yang lebih sering berjuang melawan rejim Pahlevi ketimbang mempelajari ilmu agama, dalam posisi teratas daftar pewaris Khomeini. Ia buru-buru dideklarasikan sebagai pemimpin spiritual tanpa pernah mengenyam pendidikan tinggi untuk menjadi Ayatollah. Gelar itu baru disematkan padanya setelah beberapa tahun berkuasa
Foto: Nahand.info
Gurita Kekuasaan Khamenei
Sejumlah pengamat meyakini, Khamenei dipilih lantaran dianggap mudah dikendalikan. Kendati cerdas dan memiliki riwayat panjang revolusi, dia dinilai tidak memiliki karisma seorang Khomeini. Namun sang imam perlahan membangun basis kekuasaan absolut dengan menggandeng Garda Revolusi dan menempatkan perwakilan di hampir setiap lembaga penting pemerintah.
Foto: Khamenei.ir
Melawan Ulama
Serupa Khomeini, ia juga aktif memberangus suara-suara yang bertentangan, bahkan memenjarakan sejumlah ulama besar yang tidak mendukung konsep Wilayatul Faqih seperti Ayatollah al-Shirazi, Hassan Tabatabaei Qomi, Montazeri dan Ayatollah Jooybari. Sebab itu pula Wilayatul Faqih gagal diterapkan di Irak lantaran ditolak oleh Ayatollah Al-Sistani, ulama Syiah paling berpengaruh di negeri jiran.
Foto: Jamnews
Pertikaian Sunyi Kekuasaan Absolut
Kini Khamenei berada di ujung usia. Berulangkali dia menghilang dari hadapan publik dan dirawat di rumah sakit. Sang pemimpin besar digosipkan menderita kanker prostata. Panggung politik Iran pun tenggelam dalam pertikaian sunyi merebutkan kekuasaan absolut. Khamenei yang belum siap membawa Iran keluar dari gaung revolusi diyakini akan menunjuk sosok yang juga loyal pada warisan Khomeini.
Foto: ISNA
9 foto1 | 9
Namun, narasi baru tetap dapat dikembangkan jika Jokowi-Ma'ruf Amin melihat kontestasi elektoral ini sebagai pesta demokrasi rakyat, bukan sekadar tarik ulur kepentingan segelintir orang di sekeliling mereka.
Kaidah Fikh yang dipakai KH Ma'ruf Amin mungkin sulit mencari jalan tengah perihal perkara teologis, sehingga, pada kaidah percabangan yang lain ia justru patut dikawal. Bagaimana Fikh kebangsaannya berbicara tentang strategi ekonomi, pembangunan humanis dan institusi pemerintahan yang efektif dan bersih.
Percakapan tak patut di media perihal mahar politik harus segera digantikan dengan narasi yang terkait hajat hidup rakyat. Juru bicara yang konon banyak jumlahnya seharusnya adalah penyambung lidah rakyat, bukan dagelan politik di layar televisi nasional.
Jokowi-Ma'ruf bisa memulai pendekatan kepada mereka yang marjinal dan minor, namun tentu saja bukan dengan cara tiba-tiba blusukan masuk ke bawah jembatan atau gorong-gorong.
Jokowi Dikejar Dosa HAM Hingga ke Eropa
Presiden Joko Widodo membidik kerjasama bisnis untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tapi betapapun sang presiden berusaha menghindar, ia tetap dikejar dosa HAM masa lalu
Foto: Reuters/H. Hanschke
Sambutan Kenegaraan
Jerman mempersiapkan upacara kenegaraan buat menyambut Presiden Indonesia Joko Widodo. Di jantung Eropa dia menyisakan waktu tidak barang sehari. Jokowi terutama membidik kerjasama pendidikan kejuruan buat calon tenaga kerja muda. Dengan cara itu sang presiden ingin menempatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pondasi pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Foto: DW/R.Nugraha
Dikejar Dosa
Namun Jokowi tidak sepenuhnya bisa melepaskan diri dari isu Lingkungan dan Hak Azasi Manusia. Selama kunjungannya di Berlin sang presiden diiringi aksi demonstrasi berbagai kelompok, antara lain organisasi lingkungan Rettet den Regenwald. Sementara International People Tribunal 65 menyerahkan petisi yang berisikan tuntutan kepada pemerintah untuk menyelesaikan isu HAM masa lalu.
Foto: DW/R.Nugraha
Sentilan Sang Pendeta
Agenda serupa juga menantinya di Istana Bellevue, saat bertemu dengan Presiden Jerman, Joachim Gauck. Gauck yang bekas pendeta itu membahas hak minoritas dan hubungan antar agama di Indonesia. Ia juga menyentil sang presiden ihwal hukuman mati. Jokowi berkilah Indonesia sedang dalam darurat narkoba
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Sohn
Berguru ke Jerman
Setelah bertemu Gauck, Jokowi bergegas menemui Kanselir Angela Merkel yang terpaksa menunggu selama tiga menit di kantor kekanseliran di Berlin. Bersama perempuan paling berkuasa di Bumi itu Jokowi membahas berbagai kerjasama ekonomi, terutama pendidikan vokasi dan juga isu terorisme.
Foto: DW/R.Nugraha
Terjebak Isu HAM
Namun serupa dengan Gauck, Merkel turut membahas "kasus HAM di Indonesia, terutama di Aceh dan Papua." Soal isu pembantaian 1965, Jokowi akhirnya angkat bicara ketika sudah tiba di London. "Saya belum memutuskan apa-apa," ucapnya membantah klaim Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Panjaitan.
Foto: Reuters/H. Hanschke
Bergegas Mengejar Pertumbuhan
Tanpa membuang banyak waktu presiden beserta rombongan langsung terbang ke London, lalu Belgia dan Belanda dengan selang waktu satu hari. Di Eropa Jokowi membidik perjanjian perdagangan bebas yang ia canangkan akan selesai dalam dua tahun. Selain kerjasama pendidikan vokasi dengan Jerman, Jokowi juga menggandeng Inggris untuk membenahi industri kelautan.
Foto: DW/R.Nugraha
6 foto1 | 6
Di seberang Istana, setiap Kamis, masih berdiri para penyintas kasus HAM berat dengan baju dan payung hitam yang setia menanti komitmen negara. Kasus-kasus korupsi raksasa yang perlu mendapat pengawalan juga hendaknya tidak tebang pilih, entah itu kasus yang melibatkan partai koalisi atau tidak.
Jokowi-Ma'ruf juga boleh berdialog dengan para perempuan yang beberapa tahun terakhir menjadi simbol perjuangan rakyat.
Sudah sejak lama, media kita penuh sesak dengan wajah laki-laki yang membicarakan kekuasaan dan saling membongkar aib masing-masing dengan amat melukai hati rakyat. Sementara wajah perempuan di media ialah wajah kemiskinan, wajah anak-anak dengan gizi buruk, hingga wajah kasus pornografi dan desas-desus perselingkuhan.
Faktanya, para petani perempuan yang memperjuangkan hak atas tanah bukan hanya mewakili pertarungan pemodal dan wong cilik, namun juga menyoal cara pemimpin melihat negara. Perjuangan kaum tani adalah narasi pembangunan Indonesia seutuhnya. Perjuangan perempuan adalah narasi keberlanjutan generasi dan masa depan bangsa.
Soal keberagaman bangsa ini, sama-sama sulit berharap narasi dari dua belah kubu yang sama-sama mempertontonkan diskriminasi kepada minoritas pada titik ekstrem yang berbeda. Sementara, satu-satunya hal yang bisa diupayakan oleh rakyat adalah memperkuat simpul-simpul sosial agar tidak ter(di)cerai berai oleh gelombang kebencian apapun.
Kalis Mardiasih adalah penulis opini lepas dan penerjemah. Bergiat sebagai riset dan tim media Jaringan nasional Gusdurian Indonesia.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia adalah sepenuhnya opini penulis dan menjadi tanggung jawab penulis.
Bagaimana komentar Anda atas opini di atas? Anda bisa sampaikan dalam kolom komentar di bawah ini.
Solidaritas Untuk Kendeng, Aksi Semen Kaki Berlangsung di Jerman
Aksi menyemen kaki bukan hanya dilakukan petani Kendeng di Indonesia. Di Jerman, aksi serupa dilakukan dengan tujuan serupa, menolak pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng.
Foto: Marianne Klute
Mereka menyemen kaki
Aksi protes yang diwarnai aksi menyemen kaki dilakukan bertepatan dengan rapat umum pemegang saham PT. HeidelbergCement di Kota Heidelberg, Jerman, pada tanggal 10 Mei 2017. Puluhan orang, termasuk warga Jerman ikut serta dalam aksi inii sebagai bentuk solidaritas bagi petani Samin yang menolak pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng
Foto: Marianne Klute
Memrotes pemegang saham perusahaan induk
Seperti diketahui, HeidelbergCement adalah perusahaan semen yang berkantor pusat di Heidelberg, Jerman. Produsen semen terbesar ketiga di dunia ini juga pemegang saham mayoritas PT Indocement, salah satu pabrik semen di Indonesia. Melalui anak usahanya tersebut, HeidelbergCement berencana membangun pabrik di Pati, Jawa Tengah, yang mendapat tentangan dari komunitas Samin.
Foto: Privat
Roadshow Samin vs Semen di Jerman
Kebetulan, rapat umum pemegang saham perusahaan Jerman tersebut bertepatan dengan pemutaran film dokumenter Samin Vs Semen di 10 kota di Jerman, April hingga Mei 2017. Film ini mengisahkan perjuangan komunitas Samin menolak kehadiran pabrik semen di pegunungan Kendeng. Tak urung aksi solidaritas pun digelar untuk isu tersebut.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Warga Jerman ikut menyemen kakinya
Berbagai elemen masyarakat Jerman bergabung dalam aksi solidaritas terhadap petani Samin di Kendeng. Puluhan individu maupun perwakilan organisasi ikut dalam aksi yang digelar di Heidelberg, hari Rabu (10/05). Beberapa orang bahkan menyemen kakinya, seperti yang dilakukan petani Samin saat aksi di Indonesia.
Foto: Marianne Klute
Solidaritas bersama
Selain Watch Indonesia, organisasi lainnya yang mengundang Dandhy dan Gunarti untuk memberi pemaparan situasi isu semen dalam bentuk roadshow film Samin vs Semen di Jerman adalah Südostasien Informationsetlle, Retten Regenwald, Heinrich-Böll Stiftung. Akomodasi keduanya di Jerman juga dibantu secara gotong royong oleh warga yang simpati dengan perjuangan petani Samin.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Memberi pemahaman seputar konflik semen
Pembuat film Dandhy Laksono menjelaskan tujuan dari kampanye komunitas Samin ke Jerman:"Tujuannya adalah agar film yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman ini ditonton oleh warga Jerman, sehingga bisa memberikan tekanan sosial dan politik kepada pemerintah Jerman dan Indonesia, agar perusahaan induk Heidelbergcement berpikir ulang mengenai pendirian pabrik semen di Kendeng."
Foto: DW/A. Purwaningsih
Merusak tatanan sosial an lingkungan
Gunarti, petani Samin dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) yang ikut dalam perjalananpemutaran dan diskusi film Samin vs Semen di Jerman, memaparkan pendirian pabrik semen di pegunungan merusak tatanan sosial dan lingkungan di wilayah mereka berada.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Terkatung-katung lagi
Adapun dalam pertemuan dengan para pemegang saham di HeidelbergCement, hasilnya kurang memuaskan bagi Yvonne Kurz dari Watch Indonesia yang mendampingi Dandhy dan Gunarti. Yvonne menceritakan, para pemegang saham sejauh ini belum dapat memutuskan apakah akan melanjutkan pembangunan pabrik semen di Pati atau tidak.
Foto: Marianne Klute
Indonesia kelebihan semen
Ada dua alasan yang disampaikan para pemegang saham kepada Yvonne, mengapa belum ada keputusan soal pabrik semen di Pati. Pertama, sudah ada sebuah pabrik semen yang berdiri di dekat Pati, yakni di Rembang yang didirikan oleh PT Semen Indonesia. Kedua, menurut Yvonne, pemegang saham sendiri mengakui sudah ada kelebihan produksi semen di Indonesia. (Ed:ap/yf/foto:B.Dengen/M.Klutte)