Kekuatan Al-Qaeda Satu Dekade Tewasnya Osama bin Laden
2 Mei 2021
Al-Qaeda sekarang telah bermutasi menjadi sesuatu yang sangat berbeda dibanding masa kepemimpinan Osama bin Laden. Namun pakar mengatakan, belum saatnya menulis obituari tentangnya.
Iklan
Sepuluh tahun setelah Osama bin Laden tewas, organisasi Al-Qaeda yang ia dirikan kini dinilai tidak lagi segarang jaringan teror yang telah menyerang Amerika Serikat pada 11 September 2001 silam. Namun Al-Qaeda tetap menjadi ancaman meski kini memiliki struktur kepemimpinan yang sangat berbeda.
Setelah terbunuh di Pakistan oleh pasukan khusus AS, posisi bin Laden sebagai pemimpin Al-Qaeda digantikan oleh seorang asal Mesir bernama Ayman al-Zawahiri yang dinilai kurang kharismatik.
Selama itu pula Zawahiri harus tiarap. Kemungkinan besar ia berada di sekitar perbatasan Afghanistan-Pakistan, di tengah spekulasi apakah dia masih hidup atau tidak. Sementara Al-Qaeda sekarang telah bermutasi menjadi sesuatu yang sangat berbeda.
"AQ (Al-Qaeda) pusat adalah bayangan dari dirinya yang dulu," kata Barak Mendelsohn, pakar terorisme di Haverford College di Pennsylvania. "Keberhasilan terbesar Zawahiri adalah mempertahankan Al-Qaeda tetap hidup."
Saat AS memburu bin Laden
Pada hari-hari setelah serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS), misi negara tersebut tampak jelas: Memburu dan menghukum para pelakunya.
AS pun memutuskan bahwa Al-Qaeda dan pemimpinnya, Osama bin Laden, telah merencanakan serangan ini dari Afghanistan, dilindungi oleh para penguasa Taliban yang radikal. Saat itu, Taliban adalah pemerintahan yang telah dijatuhi sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dikucilkan oleh Barat karena menginterpretasi hukum Islam secara keras.
Remaja Afghanistan Skeptis Masa Depan Bersama Taliban
Generasi Z Afghanistan dibesarkan dalam 17 tahun perang dan kehadiran militer internasional. Masa depan yang mengikutsertakan perdamaian dengan Taliban menimbulkan perasaan penuh harapan sekaligus rasa takut.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Sulta Qasim Sayeedi, 18, model
Sayeedi sering merambah Facebook, YouTube dan Instagram untuk mempelajari dunia fesyen dan model serta mencari inspirasi dari selebriti favoritnya, seperti Justin Bieber. "Kami khawatir, jika Taliban datang, kami tidak bisa lagi mengelar mode show," katanya. Namun ia juga berujar, sudah saatnya perdamaian datang.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Maram Atayee, 16 tahun, pianis
"Hal yang paling mengkhawatirkan bagi saya, jika Taliban kembali, saya tidak bisa bermain musik lagi," kata Maram Atayee. Ia belajar main piano di sekolah musik di Kabul. Bagus, jika pemerintah mencapai kesepakatan damai dengan Taliban. Dan nanti akses untuk bermusik harus terbuka bagi semua orang, dan hak-hak perempuan harus dijaga. Demikian tuntutan Atayee.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Hussain, 19, penata rambut
"Saya optimis mendengar Taliban ikut proses perdamaian," kata Hussain yang punya salon di Kabul. Seperti banyak warga muda Afghanistan lainnya, ia dibesarkan di Iran, di mana jutaan warga Afghanistan mengungsi. "Itu akan jadi akhir perang dan konflik di negara kami." Tapi ia juga berkata, ingin agar Taliban mengubah kebijakan dan tidak bersikap seperti dulu.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Mahdi Zahak, 25, seniman
Tentu ada harapan bagi perdamaian, kata Zahak. "Tetapi kita bisa benar-benar mendapat perdamaian adalah jika Taliban menerima kemajuan yang sudah terjadi di negara ini dalam 17 tahun terakhir, dan membiarkan orang lain menikmati hidup mereka."
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Kawsar Sherzad, 17, atlet bela diri
"Perempuan Afghanistan sudah punya banyak pencapaian di dunia olah raga. Jadi saya optimis Taliban akan menerima kemajuan perempuan ini," demikian ungkap Sherzad. Untuk wawancara, atlet cabang olah raga Muay Thai ini berpose di sebuah klub di Kabul.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Nadim Quraishi, 19, pemilik toko game
"Kami ingin melihat berakhirnya konflik di negara ini. Kami punya harapan besar, perdamaian akan berlangsung lama antara pemerintah dan Taliban," kata Quraishi. Untuk foto, ia berpose di depan toko gamenya di Kabul.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Zarghona Haidari, 22, bekerja di toko buku
"Saya tidak terlalu optimis tentang perdamaian di negara ini." kata Haidari, yang bekerja di sebuah toko buku di Shahr Ketab Centre. Ia menambahkan, "Saya tidak yakin, Taliban akan mencapai kesepakatan perdamaian dengan pemerintah."
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Mohammad Jawed Momand, 22, dokter
"Perdamaian menuntut semua pihak untuk meletakkan senjata, dan memikirkan pendidikan serta kemakmuran di negara ini," demikian dikatakan Momand. Laporan demografi Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan 60% dari 35 juta populasi Afghanistan berusia di bawah 25 tahun. Demikian keterangan Sumber: Reuters (Ed.: ml/as)
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
8 foto1 | 8
Sebelum peristiwa 9/11, AS sebenarnya telah mengawasi Afghanistan dari kejauhan, kadang-kadang meminta Taliban untuk menyerahkan bin Laden. Pernah juga pada tahun 1998 AS menembakkan beberapa rudal jelajah ke pangkalan Al-Qaeda di Afghanistan timur.
Namun setelah 9/11, koalisi yang dipimpin AS pun menginvasi dan menggempur Taliban hingga menyerah dan mengusir mereka dari kekuasaan. Kepemimpinannya melarikan diri, pejuangnya kehilangan kendali atas seluruh bangsa.
Setelahnya, perburuan bin Laden pun memakan waktu 10 tahun. Namun akhirnya bin Laden berhasil dilacak ke tempat persembunyiannya di Pakistan, jaraknya hampir 100 kilometer dari Islamabad. Tim Navy Seal AS pun menyergap dalam kegelapan dan membunuhnya.
Iklan
Desentralisasi Al-Qaeda
Kini, setelah 10 tahun Osama bin Laden tewas, Barak Mendelsohn, pakar terorisme di Haverford College di Pennsylvania mengatakan bahwa alih-alih menjadi pusat pengambilan keputusan yang koheren, kepemimpinan Al-Qaeda sekarang lebih mirip "dewan penasihat" yang mengarahkan dan membantu para jihadis di seluruh dunia.
"Di bawah pengawasan Zawahiri, Al-Qaeda telah menjadi semakin terdesentralisasi, dengan otoritas terutama berada di tangan para pemimpin afiliasi Al-Qaeda," demikian terungkap dalam laporan terbaru dari wadah pemikir Counter Extremism Project (CEP).
Perempuan Afghanistan - Dulu dan Sekarang
Situasi perempuan di Afghanistan banyak mengalami kemunduran sejak dekade 1960an. Ironisnya foto-foto masa lalu ini justru menunjukkan kehidupan modern kaum hawa yang kini tertutup dan terisolir berkat kekuasaan Taliban.
Foto: picture-alliance/dpa
Bebas Berkarya
Dua mahasiswi kedokteran di Universitas Kabul menyimak penjelasan dosen (ka) tentang sebuah organ manusia. Gambar ini diambil tahun 1962. Dulu kaum perempuan aktif berkarya di Afghanistan dan tidak kesulitan mengenyam pendidikan tinggi.
Foto: Getty Images/AFP
Tertutup dan Terisolasi
Sejak Taliban berkuasa, semua perempuan diwajibkan mengenakan burka di tempat-tempat umum. Saat kekuasaan kelompok radikal itu runtuh seiring invasi militer Amerika Serikat, perempuan dibebaskan. Tapi hingga kini cuma sedikit yang berani melepaskan burka.
Foto: Getty Images/A. Karimi
Mode Barat di Jalan Ibukota
Dua perempuan berbusana modern meninggalkan gedung Radio Kabul pada Oktober 1962. Sejak Taliban berkuasa pada dekade 1990an, semua instansi pemerintah dipaksa memecat pegawai perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa
"Sumber Malapetaka"
Seorang jurubicara Taliban pernah berucap, wajah perempuan "adalah sumber malapetaka buat laki-laki yang bukan muhrim." Tidak banyak yang berubah di Afghanistan sejak demokrasi berjejak.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Morenatti
Persamaan Hak
Pertengahan dekade 1970an perempuan masih menjadi pemandangan normal di lembaga pendidikan tinggi. 20 tahun kemudian universitas dilarang menerima mahasiswi. Kini konstitusi baru Afghanistan menggariskan persamaan antara perempuan dan laki-laki.
Foto: Getty Images/Hulton Archive/Zh. Angelov
Pendidikan Dini
Empat miliar Dollar AS dikucurkan buat memperbaiki situasi kaum perempuan di Afghanistan sejak 2001. Kini organisasi nirlaba Oxfam mencatat sebanyak empat juta bocah perempuan duduk di bangku sekolah. Namun tekanan sosial terhadap perempuan tidak banyak berubah.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Tanpa Batasan Gender
Mahasiswi di Kabul tahun 1981 tidak jengah berkumpul dengan teman laki-lakinya. Dua tahun sebelumnya serdadu Uni Soviet menyerbu negara itu. Invasi Soviet berujung pada sepuluh tahun perang berdarah. Setelahnya, Taliban merebut kekuasaan.
Foto: Getty Images/AFP
Bukan Cuma Burka
Masalah perempuan di Afghanistan tidak banyak berhubungan dengan burka. Tapi kaum perempuan hingga kini masih dibatasi dalam hubungan sosial. Buat mereka ada aturan tak tertulis tentang apa yang boleh dibicarakan, siapa yang boleh ditemui dan kemana seorang perempuan boleh berpergian.
Foto: W.Kohsar/AFP/GettyImages
Perempuan Bersenjata
Sekelompok serdadu perempuan Afghanistan terlibat dalam perayaan setahun revolusi April tahun 1979. Generasi pertama perempuan di militer ini kelak akan menjadi salah satu tulang punggung angkatan bersenjata baru yang dibentuk setelah invasi AS.
Foto: picture-alliance/Bildarchiv
Berjilbab di Medan Perang
Dalam hal ini cuma penampilannya saja yang berubah. Sejak dibentuk kembali tahun 2001, militer Afghanistan kembali menerima perempuan. Khatol Mohammadzai bahkan menjadi perempuan pertama yang mencapai pangkat jendral bintang empat di Hindukush.
Foto: imago/Xinhua
10 foto1 | 10
Kepastian akan hidup matinya Zawahiri pun tidak jelas. Di akhir tahun 2020, muncul kembali laporan yang belum dapat dikonfirmasi bahwa Zawahiri meninggal akibat penyakit jantung. Ini adalah laporan terbaru setelah beberapa tahun sebelumnya beredar rumor bahwa ia sebenarnya telah meninggal. Dia kemudian muncul dalam video yang mengecam penderitaan minoritas muslim Rohingya di Myanmar.
Tetapi tidak adanya tanggal pasti di video itu mempersulit konfirmasi apakah ia masih hidup atau sudah meninggal. Para analis pun telah mencatat umurnya yang luar biasa panjang sejak dia bergabung dengan lingkaran jihadis empat dekade lalu di Mesir.
Belum waktunya tulis obituari
Ketidakpastian atas susunan kepemimpinan Al-Qaeda semakin nyata pada Agustus lalu setelah pembunuhan Abdullah Ahmed Abdullah di Teheran, Iran. Ia adalah orang nomor dua pada kelompok di bawah Zawahiri dan dikenal dengan nama samaran Abu Mohammed al-Masri. Jika Zawahiri masih hidup, itu berarti Al-Qaeda dipimpin oleh seorang pria yang kemungkinan besar sedang sakit.
AS menawarkan hadiah 25 juta dolar bagi yang bisa menyerahkan Zawahiri dan menempatkannya dalam daftar teroris yang paling dicari. Tapi para analis mengatakan para pejabat tampaknya tidak terlalu peduli tentang dia, dan tidak melakukan upaya terbuka untuk memburunya.
ISIS, yang saat itu berada pada puncaknya, lantas mencuri panggung Al-Qaeda di media internasional dengan radikalismenya yang mendominasi jaringan sosial media. Alih-alih bergabung, kedua kelompok itu malah bertempur di berbagai medan perang di Timur Tengah dan Afrika.
Kini, bagaimanapun nasib Zawahiri, zamannya diperkirakan akan segera berakhir dan para ahli sepakat ada satu kandidat calon penggantinya di masa depan, yakni Saif al-Adel, sesama orang Mesir.
Colin Clarke, direktur penelitian di lembaga pemikir Soufan Center di AS, menambahkan bahwa "penting untuk membedakan antara organisasi Al-Qaeda dan gerakan yang dipacu olehnya."
"Bagi sebagian orang, pusat Al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden dan wakilnya Zawahiri adalah peninggalan zaman dulu," katanya, namun menambahkan bahwa: "… Masih terlalu dini untuk menulis obituari grup ini."