1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaArgentina

Piala Dunia 2022: Menanti Magis Messi

Hardimen Koto
Hardimen Koto
17 Desember 2022

Sorot sentral dunia kini tertuju pada Leo Messi. La Pulga, julukannya, kini selangkah lagi menuju kesempurnaan karirnya: juara dunia! Kolom pengamat sepak bola Hardimen Koto.

Messi rayakan gol yang dicetaknya ke gawang MeksikoFoto: Tom Weller/dpa/picture alliance

Messi masih berusia satu tahun ketika Argentina merebut Piala Dunia di Meksiko 1986. Hingga Messi beraksi pertama kali di Jerman 2006, dalam usia 18 tahun, gelar juara belum pernah lagi dicicip Albiceleste 

Lebih dari tiga dekade sejak Meksiko 1986,  Messi kini punya kesempatan besar: membawa Argentina juara dunia, sesuatu yang diimpikan oleh fans dan skuad Albiceleste. 

Ini semacam klimaks untuk sebuah kesempurnaan karir Messi: memahkotai Piala Dunia, satu-satunya gelar yang belum dia rengkuh. 

Ya, hanya itu. Untuk Argentina, dia sudah menyumbangkan Copa America 2021, menumbangkan Brasil. Juga gelar Finallisima, pertandingan antar-pemuncak dua hegemoni sepak bola dunia, Amerika Latin vs Eropa. Juni lalu, Messi cs sikat Italia 3-0 di Wembley, London. 

Sekarang pamungkasnya, kans terbaik di usia 35 tahun dalam Piala Dunia kelima, dan terakhir buat dia. 

Saat itu segera datang 18 Desember 2022, di Lusail Stadium, di area Lusail yang megah, sekitar 40 km dari ibukota Qatar, Doha. 

Di situ, di stadion tempat Arab Saudi membekuk Argentina 2-1 dalam partai pembuka, Messi dan kawan-kawan memainkan partai ketujuh Argentina sekaligus partai ke-64, partai penutup Piala Dunia ke-22 di Qatar 2022. 

Tentu Messi berharap hasil yang prima di turnamen termewah dalam sejarah 92 tahun Piala Dunia. 

Dan lawan Argentina dengan messiah Messi adalah Prancis, juara bertahan yang membekap laju lovely-team Maroko di semifinal. 

Di situlah Messi cs berusaha klimaks, juara untuk sebuah pengentasan karir Messi. Sekaligus gelar ketiga buat Argentina - total gelar yang juga diincar Prancis. 

Ayam Jantan, dalam enam laga sebelum final, tidak pernah beraksi di Lusail - stadion besar, megah berkapasitas 88 ribu seater. Sebaliknya, Argentina sudah empat kali bermain di sini. 

Ada hubungan? Tidak sih. Wong Argentina pernah kalah dari Arab Saudi di Lusail, tumbangkan Meksiko, dan menang adu penalti versus Belanda dan tampil perkasa meredam Kroasia di semifinal

Tapi setidaknya mereka paham setiap lekuk lapangan. Yang pasti juga, fans Argentina yang solid dan militan, support Messi dkk sepanjang waktu. 

"Kami ingin menang di Qatar 2022. Kami ingin Piala Dunia untuk Messi," sebut Angela, fans Tim Tango dalam percakapan dengan saya di Lusail. 

 Angela juga hadir di Brasil 2014, saat Argentina dikandaskan Jerman di final via gol Mario Götze.  

 "Dan ini adalah Piala Dunia terakhir Messi," ujarnya. 

Sepanjang enam kali aksi Messi di Qatar 2022, torehan Messi juga "waw": lima gol dengan 3 assist dan empat kali Man of the Match. Messi juga mencatatkan sederet rekor lain: caps terbanyak dan total gol terbanyak bagi Argentina. 

So, sangat terbuka kalau kemudian Messi memborong banyak hal dari Qatar: juara, top scorer dan best player. Komplit untuk sebuah kesempurnaan karir. 

Hanya saja, di sisi sebelah, Ayam Jantan Prancis, punya kedalaman skuad dengan superstar bernama Kylian Mbappe - teman satu klub Messi di Paris St. Germain. 

Mbappe adalah pelari kilat, yang juga sudah mengemas lima gol, yang punya mimpi juara dua kali beruntun, dan punya pengaruh besar untuk 'ketidak-suksesan' Messi meraih karir yang sempurna. 

Baiklah. Ini memang final Piala Dunia yang laik, ideal dan menjanjikan tontonan memukau: Argentina vs Prancis, Messi vs Mbappe. 

Piala Dunia yang magis dengan sorot sentral bernama Messi. 

 

Hardimen Kotopengamat, analis dan komentator sepak bola

*tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis.

Hardimen Koto Jurnalis dengan passion hebat untuk dunia olahraga.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya