1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mencapai Target Iklim "Tugas Raksasa" bagi Jerman

12 Januari 2022

Menteri Ekonomi dan Iklim Jerman Robert Habeck menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan iklim selama ini. Jerman "tertinggal drastis" dan harus mereduksi emisi karbon "tiga kali lipat" untuk mencapai target iklim.

Menteri Ekonomi dan Iklim Jerman, Robert Habeck
Menteri Ekonomi dan Iklim Jerman, Robert HabeckFoto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance

Jerman harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi ketertinggalan yang parah pada perlindungan iklimdan infrastruktur energi terbarukan, kata Menteri Ekonomi dan Iklim Robert Habeck (Partai Hijau) hari Selasa (11/01) kepada wartawan di Berlin, ketika memaparkan "Neraca Kebijakan Iklim" Jerman hingga saat ini. Jerman akan gagal mencapai target iklim tahunan dan harus dikembalikan ke "jalur target iklim" yang benar, tegasnya.

Robert Habeck menjelaskan, kemungkinan besar target iklim 2022 tidak akan terpenuhi. Dia juga mengakui akan sulit untuk memenuhi target iklim pada tahun 2023. Tanpa perubahan serius, Jerman juga akan gagal memenuhi target pengurangan gas rumah kaca sebesar 65% pada tahun 2030, dibandingkan dengan tahun 1990.

"Kami memulai dengan ketertinggalan drastis," kata Menteri Ekonomi dan Iklim Jerman itu. Dia bertujuan meningkatkan pangsa energi terbarukan Jerman menjadi 80% pada tahun 2030, dan netral iklim pada tahun 2045.

Menteri Ekonomi dan Iklim Jerman, Robert Habeck, dalam konferensi pers di Berlin, 11 Januari 2022Foto: MICHELE TANTUSSI/REUTERS

'Tugas raksasa' yang perlu waktu

"Semua ini adalah tugas raksasa. Dan itu akan memakan waktu beberapa tahun sampai kita melihat kesuksesan," tegas Robert Habeck. Untuk itu tingkat pengurangan emisi karbon tahun-tahun mendatang harus tiga kali lipat dari saat ini.

"Sementara emisi karbon rata-rata telah turun 15 juta metrik ton per tahun selama dekade terakhir, itu sekarang harus turun sebanyak 36-41 juta metrik ton per tahun mulai sekarang hingga 2030," katanya.

Untuk itu, Robert Habeck menuntut "program perlindungan iklim segera" - dengan undang-undang, peraturan, dan langkah-langkah lain yang sudah berlaku pada akhir tahun. Langkah-langkah yang disiapkan sejauh ini adalah:

- Lebih banyak turbin angin dan pembangkit listrik tenaga surya

- Kepastian perencanaan untuk instalasi energi terbarukan, melonggarkan beberapa aturan tentang di mana turbin angin dapat dibangun

- Undang-undang yang mensyaratkan rata-rata 2% persen lahan digunakan untuk tenaga angin

- "Paket percepatan tenaga surya", yang berarti semua bangunan baru harus dilengkapi dengan panel surya

- Sistem subsidi yang andal untuk proses produksi industri yang netral terhadap iklim. Perubahan ini berarti pemerintah federal akan mengambil alih lebih banyak pendanaan energi terbarukan daripada konsumen energi

- Investasi baru dalam listrik dari "hidrogen hijau"

Paket pertama undang-undang dan rencana mendesak diharapkan akan disetujui oleh kabinet pada bulan April mendatang, dan disahkan parlemen sebelum istirahat musim panas. Paket lebih lanjut diharapkan akan dirancang selama musim panas untuk disetujui pada akhir tahun.

Jerman perlu tenaga kerja di sektor energi

Robert Habeck juga menekankan bahwa Jerman akan membutuhkan imigrasi yang signifikan untuk menghentikan kekurangan tenaga kerja yang bisa membahayakan transisi energi. Di sektor ini "ada 300.000 lowongan pekerjaan hari ini, dan diperkirakan akan meningkat menjadi satu juta dan lebih," katanya. "Jika kita tidak menutup kesenjangan tenaga kerja itu, kita akan memiliki masalah produktivitas yang nyata."

Martin Kaiser, Kepala Politik Iklim Internasional di Greenpeace Jerman, mengatakan kepada DW bahwa dia menyambut baik komitmen tersebut, tetapi koalisi pemerintah akan dinilai berdasarkan apa yang berhasil dicapai sampai 2023.

"Jadwal yang dia berikan ambisius, dan ini adalah mandat yang jelas kepada para menteri di bidang konstruksi, transportasi, pertanian, dan lingkungan untuk segera memulai dengan tindakan segera (di bidangnya) masing-masing." Lalu awal tahun depan, pemerintah "akan dinilai berdasarkan apakah target iklim terpenuhi," kata Martin Kaiser.

hp/ha (dpa, AFP, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait