Seorang Jerman berkata dia tidak merasa nasionalis sebagai warga Jerman, sehingga saya merasa saya harus langsung mencari tahu kenapa. Oleh Aloysius Efraim Leonard
Foto: Aloysius Efraim Leonard
Iklan
Ketika mendengar kata ‘Jerman,' sering kali yang pertama muncul di benak kita adalah sekumpulan orang kulit putih dengan hobi minum bir dan berbicara dengan nada kasar seolah sedang bertengkar. Tapi, siapa yang menyangka bahwa ternyata stereotipe – streotipe tersebut tidak sepenuhnya benar. Berbeda dari prasangka, Jerman merupakan sebuah negara yang terdiri dari beragam budaya. Bukan hanya budaya asli mereka yang berasal dari nenek moyang secara geografis, tetapi juga budaya dari orang–orang pendatang atau imigran yang ikut mewarnai Jerman menjadi sebuah negara yang sangat menarik.
Multikulturalisme yang dimiliki Jerman, ternyata memiliki kisah yang unik. Seperti yang diketahui, Jerman merupakan salah satu negara Eropa yang membuka pintu yang cukup lebar bagi imigran, baik sebagai pengungsi atau refugee, maupun bagi mereka yang ingin bekerja atau belajar di negara ini. Bahkan, sering disebutkan bahwa kondisi tersebut mengakibatkan populasi orang non-kulit putih di Jerman hampir tinggal 50% dari seluruh penduduknya. Sebagian besar imigran berasal dari Turki dan negara–negara Timur Tengah serta Eropa lainnya, dan Asia. Datangnya arus besar imigran ini, juga ternyata mengubah persepsi orang Jerman sendiri mengenai nasionalismenya.
Aloysius Efraim LeonardFoto: privat
Dalam sebuah diskusi yang saya ikuti saat berkuliah di Jerman, seorang mahasiswi lokal mengeluarkan sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan saya. Ia berkata kurang lebih, "Saya tidak tahu apakah saya merasa nasionalis, terutama terhadap Jerman. Saya hanya merasa saya nasionalis ketika pertandingan sepak bola atau saat saya di luar negeri. Saya terkadang merasa saya lebih seperti orang Eropa dibandingkan seperti orang Jerman.” Apa yang dikatakan mahasiswi di kelas saya tersebut juga diiyakan oleh beberapa pelajar Jerman lainnya. Pernyataan tersebut tentu saja cukup mencengangkan bagi saya, terutama karena selama di Indonesia, kita selalu diajarkan untuk bersikap nasionalis hingga membela negara dari penjajah atau ancaman terhadap Indonesia. Sehingga, selama beberapa saat, pola pikir tersebut membuat saya menyamaratakan bahwa nasionalisme merupakan suatu hal yang normal, yang dimiliki oleh setiap orang di dunia. Ternyata, hal itu berbeda di Jerman.
Mencari latar belakang persepsi tentang nasionalisme
Saya akhirnya memutuskan untuk mencoba mencari tahu latar belakang pandangan dan persepsi orang Jerman mengenai nasionalisme. Ternyata, pandangan orang Jerman terhadap nasionalisme seringkali berubah atau adaptif sesuai perkembangan zaman. Perubahan ini tampak jelas utamanya pasca-Perang Dunia II. Nasionalisme sering diasosiasikan dengan para Nazi. Selain itu, pemisahan Jerman melalui Tembok Berlin bukan hanya memisahkan orang Jerman secara fisik atas barat dan timur, melainkan juga secara mental—seakan terdapat tembok juga yang memisahkan identitas dan loyalitas mereka ke Jerman Barat atau Jerman Timur, sesuai dengan tempat mereka tinggal.
Kemudian Jerman disatukan, Tembok Berlin diruntuhkan. Para pemimpin Jerman hendak menyatukan dua kelompok orang yang selama ini terpisah, tetapi mereka tidak bisa menggalakkan nasionalisme yang terlalu berlebihan. Akibatnya, terdapat perbedaan persepsi, karena orang Barat dianggap liberal dan lebih bebas, sementara orang Timur dianggap lebih konservatif. Nasionalisme Jerman pun dicoba untuk didasarkan pada kesatuan Jerman secara politik, bukan secara kebanggaan terhadap ras, seperti yang digunakan oleh para Nazi pada Perang Dunia II.
Döner KebabFoto: Aloysius Efraim Leonard
Persepsi nasionalisme Jerman ini juga akhirnya mendukung kehadiran para imigran ke Jerman. Kebanyakan orang Turki, misalnya, awalnya hadir di Jerman Barat sebagai Gastarbeiter atau pekerja tamu, untuk membantu meningkatkan perekonomian Jerman pasca perang. Mereka pada akhirnya menetap dan berkeluarga, sehingga mengubah demografi awal negara ini. Pemerintah Jerman pun menyadari hal ini dan akhirnya memberlakukan prinsip kewarganegaraan jus soli, atau kewarganegaraan berdasarkan tanah kelahiran, bukan jus sanguinis, berdasarkan silsilah darah. Hal ini menyebabkan mereka yang memiliki orang tua kebangsaan Turki tetapi lahir di Jerman dapat dianggap sebagai warga negara Jerman. Orang Jerman akhirnya bukan hanya mereka yang memiliki kulit putih dan berambut pirang, melainkan juga mereka yang berambut hitam dan berkulit lebih gelap.
Sampai hari ini, Jerman juga masih membuka pintunya bagi para imigran, seakan ingin menunjukkan bahwa ia sekarang bukanlah yang dahulu, yang takut terhadap mereka yang bukan merupakan ras Arya. Namun sekarang, multikulturalisme yang dimiliki Jerman kembali terancam, karena persepsi nasionalisme Jerman mulai berubah lagi. Partai–partai sayap kanan dan bahkan beberapa partai sayap kiri mulai menggaungkan keinginan mereka untuk memutihkan kembali Jerman dengan mengurangi jumlah imigran yang datang dengan berbagai alasan yang mereka punya. Apa yang akan terjadi pada kebhinekaan negara ini di masa depan, tidak ada yang tahu.
Komik Tentang Budaya Orang Jerman
Penasaran seperti apa sih kebiasaan orang Jerman? Berikut ini melalui seri DW "Jerman banget," kartunis Miguel Fernandez menampilkan potret budaya dan kehidupan orang-orang Jerman.
Selalu bayar tunai
Sebagian besar orang Jerman terbiasa membawa banyak uang cash dan membayar apapun secara tunai. Mereka merasa bisa merekapitulasi uang yang mereka keluarkan dengan lebih baik. Terlebih, pembayaran tunai membuat transaksi lebih pribadi.
Hari Minggu digunakan untuk beristirahat
Anda diperbolehkan mencuci pakaian, tetapi tidak untuk mobil Anda. Di sebagian besar 16 negara bagian Jerman, tempat pencucian mobil tutup pada hari Minggu, begitu juga supermarket, dan toko-toko lainnya. Hari Minggu merupakan hari istirahat dan relaksasi di Jerman, meskipun kafe dan restoran masih tetap buka.
Keselamatan nomor satu
Penggunaan helm sepeda memang tidak diwajibkan oleh pemerintah Jerman, tetapi banyak orang memilih untuk menggunakannya dan bahkan banyak pula yang memakai helm hasil modifikasi sendiri.
Hasrat pribadi
Akhirnya, Anda mendapatkan kedamaian dan ketenangan untuk mencurahkan waktu untuk pasangan Anda dan keinginan terpendamnya. Sangat disayangkan jika mereka tidak cocok dengan ide Anda sendiri.
Bangsa mobil
Mobil telah menjadi jimat yang harus dimiliki orang Jerman. Para pemilik mobil dengan penuh kasih memoles kendaraan mereka pada hari Sabtu. Kini, krisis perubahan iklim menjadi tantangan kecintaan orang-orang Jerman terhadap mobil mereka, setidaknya hingga diluncurkannya mobil listrik.
Ramah api
Orang-orang Jeman sering dikenal dengan karakter yang konservatif dan pragmatis. Tetapi terkadang ada hal-hal yang bisa lepas kendali. Band asal Jerman, Rammstein melakukan Tur Eropa 2019 dan selalu menghadirkan kembang api yang dipasang saat mereka tampil. Seorang kritikus musik menilai "Anda tidak perlu kritikus musik tetapi kritikus panggangan".
Dilarang membangun tembok tambahan
Tidak tahan dengan tetangga Anda? Tidak keberatan membangun tembok tambahan? Anda dapat mempertimbangkan untuk membangun dinding untuk menandai wilayah Anda dengan jelas. Namun, perlu diketahui bahwa undang-undang di Jerman menentukan ketinggian maksimal dan bahan yang dapat digunakan untuk membuat batasan tersebut. Jadi jangan coba bangun tembok di rumah tanpa izin tertulis dari pihak berwenang!
Sesuatu yang miring itu menyiksa
Beberapa dekade sebelum kartunis Fernandez bermain dengan gagasan bahwa lukisan yang miring tidak dapat ditoleransi bagi otak orang Jerman, komedian Loriot juga menunjukkan dalam satu sketsa tahun 1976 upaya sederhana meluruskan lukisan di dinding justru menyebabkan hasil yang hancur. Pelajaran yang bisa dipetik dari tindakan tersebut adalah terkadang lebih aman mengabaikan gambar yang miring.
Apa kamu bisa berbicara Denglisch?
Bahasa Jerman telah mengadopsi begitu banyak istilah bahasa Inggris sehingga fenomena tersebut dijuluki "Denglisch," penggabungan Deutsch dan bentuk Jerman untuk kata Inggris. Jika Anda bekerja di bidang teknologi atau periklanan di Jerman, Anda pasti akan mendengar lebih dari beberapa kata campuran, tetapi Anda masih harus terus belajar bahasa Jerman untuk sementara waktu.
Kiamat sudah dekat?
Menjelang akhir pekan dan libur panjang di Jerman dan ketika toko-toko akan tutup lebih dari satu hari, maka Anda akan melihat kejadian aneh di supermarket Jerman dimana orang-orang membeli banyak makanan hingga bisa untuk mengisi bunker.
Simpan tanggalnya!
Pakar terapis pasangan merekomendasikan jadwal kencan seks teratur Anda dengan pasangan. Janji tersebut ditandai dengan baik di kalender dan menurut stereotip, orang Jerman tidak mengacaukan jadwal yang direncanakan.
Halaman rumah adalah segalanya
Banyak orang Jerman menganggap halaman mereka sebagai sesuatu yang sakral, bahkan memberikan kesan bahwa tidak masalah jika polisi muncul di pagar depan rumah untuk mengevakuasi daerah tersebut setelah peringatan tornado. Pemilik rumah tidak akan meninggalkan urusan halaman mereka sampai mesin pemotong rumput dimatikan dan disimpan kembali.
Larangan mutlak penerbangan malam
Orang-orang yang tinggal di dekat bandara juga ingin tidur. Sebagian besar bandara Jerman memiliki batasan ketat dan jam malam, termasuk di bandara terbesar Jerman di Frankfurt. Jadi, jika Anda adalah seorang alien yang bepergian melalui galaksi selama beberapa dekade, atur waktu pendaratan Anda dengan benar!
Tidak rakus, tapi efisien
Orang-orang Jerman yang sedang berlibur dan yang sedang berhemat, mereka terkenal mampu menumpuk makanan di atas piring sarapan yang kecil. Beberapa menganggap "pertarungan prasmanan" itu serius: siku, lutut, dan alat pemotong digunakan seolah-olah sebagai senjata, diimplementasikan dengan tujuan mengklaim barang rampasan sebanyak mungkin.
Gunting kuku berguna untuk banyak hal
Di seluruh dunia, Jerman dikenal karena akurasinya. Dan, seperti yang mereka katakan dalam bahasa Jerman "ketertiban adalah setengah dari kehidupan!" Apakah ada cara yang lebih baik untuk menjaga keadaan tetap rapi selain menggunakan gunting kuku untuk memotong rumput Anda?
Modis
Kaus kaki putih dan sandal, tas dan t-shirt suvenir yang dibeli pada liburan terakhir di Mediterania? Jerman memang tidak dapat bersaing dengan Prancis dalam hal fashion, namun mereka memiliki gaya berpakaian tersendiri.
Humor yang tidak sopan
Orang Jerman tidak dikenal karena humor mereka. Seperti yang diamati oleh penulis Amerika, Mark Twain hampir 150 tahun yang lalu, lelucon Jerman tidak cocok untuk bahan tertawaan. Dan ketika mereka mencoba menunjukkan sisi lucu mereka, hal itu menjadi sesuatu yang berlebihan.
Tepat waktu
Di Jerman, Anda akan sering mendengar pepatah "lima menit terlalu dini untuk tepat waktu; tepat waktu adalah terlambat; dan terlambat tidak dapat diterima." Lelaki dalam kartun ini mungkin berharap terlambat menghadiri rapat tepat waktu.
Lagu kebangsaan? Apa itu?
Anak-anak muda tidak belajar lagu kebangsaan di sekolah. Anda biasanya hanya mendengar lagu Jerman sebelum pertandingan sepak bola internasional dan acara olahraga besar lainnya.
Memanjakan peliharaan
Orang Jerman sangat memanjakan peliharaan mereka, terlebih pada binatang anjing. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering membawa anjing peliharaannya bepergian.
Khawatir barang bawaan
Orang Jerman mungkin suka membanggakan bir atau roti dari negara mereka dan merasa apapun yang dibuat negaranya pasti jauh lebih baik dari apa yang mereka temukan di luar negeri. Tetapi jika sebuah koper hilang atau tertunda dalam perjalanan, mereka akan merindukan barang-barang tersebut.
Tidak pernah terlalu dini memperbaiki keadaan
Orang Jerman senang pergi ke toko perangkat keras dan menambahkan semua jenis alat-alat tersebut ke koleksi mereka. Menurut stereotip, mereka juga akan memiliki kecenderungan berlebihan untuk bersikeras selalu memiliki alat yang tepat untuk melakukan sesuatu dengan benar, jika tidak, Anda bahkan tidak boleh mulai bekerja pada proyek renovasi. Anak ini tahu bagaimana kelanjutannya.
Bahasa yang membingungkan
Tiga kasus, interaksi dari preposisi, kasus dan akhir kata sifat, tata bahasa Jerman tidak diragukan lagi kerumitannya. Sebuah pepatah menyebut "Deutsche Sprache, schwere Sprache" ("Bahasa Jerman, bahasa yang sulit"). Dalam esainya pada tahun 1880, penulis Amerika Mark Twain membenarkan "seseorang yang belum belajar bahasa Jerman tidak dapat mengetahui bahasa yang membingungkan itu."
Berpegang pada apa yang sudah diketahui
Banyak restoran di sejumlah tempat wisata di Eropa yang menawarkan bratwurst, schnitzel, kentang goreng, dan bir Jerman. Hal ini menunjukkan bahwa turis Jerman di luar negeri menyukai apa yang mereka ketahui dan dengan senang hati akan memilih makanan yang akrab daripada masakan lokal yang eksotis.
Zona teritorial
Turis-turis Jerman terkenal karena suka menandai wilayah mereka di pantai pada pagi hari dengan handuk, dan kemudian berangkat untuk sarapan. Di sini anjing Jerman yang paling terkenal tampaknya mewarisi sifat teritorial ini.
Kencenderungan untuk mengeluh
Terlalu cerah, terlalu hujan, terlalu panas, atau terlalu dingin. Orang Jerman dikenal karena mereka cenderung mengeluh. Tetapi tidak berarti mereka tidak bahagia. Menurut survei tahun 2017 oleh German Institute for Economic Research (DIW), tingkat kepuasan tertinggi bagi keseluruhan orang Jerman terjadi sejak reunifikasi Jerman.
Budaya telanjang
Tidak di seluruh tempat adalah Freikörperkultur (atau FKK, secara harfiah "Budaya Tubuh Bebas") atau budaya bertelanjang badan di muka umum, seluas seperti di Jerman. Di sini tubuh telanjang tidak hanya ditemukan di pantai, tetapi bahkan di Taman Inggris di München, atau di antara pohon-pohon ek di Berlin Tiergarten.
27 foto1 | 27
Akhirnya, pencarian saya terhadap persepsi nasionalisme orang Jerman memberikan saya pandangan yang baru. Nasionalisme bukan hanya mengenai apa negara kita, dan siapa yang lahir dengan ras atau berasal dari kelompok yang sama dengan kita. Bahkan, mereka yang merupakan bagian asli dari ras Jerman sendiri tidak merasa terikat atau menganggap dirinya nasionalis. Semua ternyata karena, nasionalisme adalah juga tentang mereka yang berbeda dengan kita, tetapi memiliki rasa bangga yang sama terhadap kesatuan secara politik yang dimiliki, seperti yang dilihat dari multikulturalisme yang dimiliki oleh Jerman. Dan tentu saja, hal ini bagi saya benar–benar menjadi bahan refleksi terhadap kondisi Indonesia yang kebhinekaannya terkadang sering berada di ujung tanduk.
* Aloysius Efraim Leonard adalah salah satu pemenang Lomba Blog DW Indonesia 2019. Sebagai mahasiswa hubungan internasional di salah satu universitas di Bandung, tahun 2019 ia melakukan pertukaran mahasiswa selama satu semester di Dortmund, Jerman. Selama di sana, ia mempelajari banyak hal, mulai dari hubungan internasional dari sudut pandang orang Jerman, budaya, dan juga (masih berjuang) Bahasa Jerman.
** DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri. (hp)