Bermain Putri adalah upacara tradisional di Malaysia yang semakin memudar. Namun warisan budaya sebelum masuknya Islam ke Malaysia itu kini mulai hidup kembali.
Iklan
Merasa hancur dan hampa, Che Esa tak pergi ke psikolog, melainkan ke dukun. Ia didiagnosa mendapat tekanan kekuatan metafisik berupa angin yang yang mempengaruhi kesehatan spiritual dan emosional.
Pengobatannya - dikenal dengan upacara: "bermain putri". Ia harus berkelahi dengan dua laki-laki, saling dorong sambil mengejek dan bahkan mendapat tamparan dari dukun. Lalu diakhiri dengan lagu Melayu yang meriah dan tarian yang dilakukan oleh sekitar 50 warga desa.
"Sepuluh hari terakhir itu rasanya tak enak sekali. Saya tak bisa bangkit dari tempat tidur. Setelah bermain putri, saya merasa segar," kisah Che Esa, sang pasien. Bermain putri berkisar pada sebuah keyakinan: bahwa depresi, kelelahan kronis, dan masalah emosional atau psikologis lainnya berasal dari gangguan kekuatan metafisik.
Upacara ini terutama dilakukan di Kelantan. Ini merupakan budaya Melayu tradisional. ‘Bermain putri' adalah pertunjukan penyembuhan animisme yang menggambarkan budaya lokal serta tokoh-tokoh legenda guna "meningkatkan semangat" pasien.
Lakunya Bisnis Dukun & Peramal di Afghanistan
Patah hati, sakit, dipecat. Di tangan dukun atau peramal di Afghanistan problem tersebut bisa diatasi. Meski dikecam para dokter dan ulama, tradisi ratusan tahun itu marak di Afghanistan. Ulama menilainya sebagai musrik.
Foto: 3rd Eye/Reza Sahel
Semua masalah ada jalan keluarnya
Mulai dari patah hati, problem rumah tangga, masalah di tempat kerja hingga penyakit, bagi dukun atau peramal di Afghanistan yang dikenal dengan sebutan:"tawiz newis" pasti ada jalan keluarnya. Bisnis perdukunan atau “orang pintar“ hidup sejak ratusan tahun lalu di negara yang dililit perang ini. “Tawiz newis" bisa dijumpai di setiap wilayah di Afghanistan.
Foto: 3rd Eye/Musafer
Apa alasan pergi ke dukun?
Ada banyak alasan orang pergi ke “orang pintar“. Tapi menurut salah seorangu dukun, yang paling sering alasannya adalah: ingin mendapat pekerjaan, ingin sembuh dari penyakit, dan yang terutama dari semuanya yaitu berkonsultasi soal percintaan, baik gara-gara jatuh cinta, patah hati maupun goyahnya mahligai pernikahan.
Foto: 3rd Eye/Reza Sahel
Tempat praktik
Rata-rata, para “Tawiz newis" tak buka praktik di bangunan atau ruang yang nyaman. Kebanyakan cuma menggelar lapak di pinggir jalan. Modalnya hanya meja tua yang dilengkapi dadu, kitab-kitab tua dan jimat untuk alat meramal lainnya.
Foto: 3rd Eye/Reza Sahel
Peramal bekerja, pelanggan bersabar
Para pelanggan yang datang juga tak banyak mengeluh dengan kurang nyamannya ‘tempat praktik ramal’ tersebut. Tamu biasanya duduk di kursi kecil atau di tanah, sementara sang peramal sibuk mencari mantera ataupun aji-ajian pemecah masalah dari kitab tuanya.
Foto: 3rd Eye/Reza Sahel
Apakah mujarab?
Salah seorang perempuan pelanggan mengisahkan, tadinya ia punya masalah rumah tangga dengan sang suami. Lalu minta bantuan ke dukun atau tukang ramal. Sang dukun membekalinya dengan doa-doa yang dianggap pas dengan masalah yang dihadapi. Doa-doa itu disimpan dalam amplop. Setelahnya, pelanggan mengaku hubungannya dengan sang suami kembali mesra.
Foto: 3rd Eye/Musafer
Membantu prestasi akademik
Seorang remaja putri asal Kunduz juga amat yakin dengan kehebatan peramalnya. Siswi sekolah itu bahkan percaya peramal atau dukun bukan hanya mampu mengatasi masalah percintaannya, namun juga membantunya meningkatkan konsterasi belajar agar bisa berprestasi di sekolah.
Foto: 3rd Eye/Musafer
Jangan lupa bayar
Para peramal ini dianggap penuh pengertian, mau mendengarkan dengan sabar masalah pelanggannya. Tapi tentu saja ada imbalannya. Imbalan yang royal, menurut para dukun atau peramal, bisa menaklukan roh jahat.
Foto: 3rd Eye/Reza Sahel
Tak berhasil, salahkan faktor lain
Seorang perempuan asal Kabul bernama Zarlashat menceritakan, ibu mertuanya meminta bantuan kepada dukun agar anak perempuannya mendapatkan suami. Tapi tak berhasil. Ketika ibu mertua komplain pada dukun, dukun menjawab, itu karena menantu perempuannya, yakni saya, jahat. Saya sebagai menantu perempuan yang disalahkan dukun. Jadinya saya sering digebukin ibu mertua, tuturnya.
Foto: 3rd Eye/Reza Sahel
Kurang layanan kesehatan dan psikologi
Tumbuhnya kepercayaan pada dukun atau peramal menurut para dokter di Afghanistan, dipicu nyaris tidak adanya layanan konsultasi psikologi. Banyak orang, terutama perempuan membutuhkan seseorang yang mendengarkan keluhan mereka. Kekosongan besar ini diisi dukun.
Foto: AFP/Getty Images
Ulama mengecam
Bukan cuma para dokter di Afghanistan yang tak senang dengan menjamurnya perdukunan. Para ulama menganggap kegiatan yang dilakukan para peramal dan dukun sebagai musrik. Kecaman itu tak menyurutkan tradisi ratusan tahun ini. Justru akibat konflik bersenjata berkepanjangan, warga lebih menaruh kepercayaan pada "tawiz newis".
Foto: 3rd Eye/Reza Sahel
10 foto1 | 10
Pemerintah yang gencar mendorong modernitas Islam di Malaysia memandang aktivitas tersebut sebagai bentuk peninggalan tradisi masyarakat sebelum zaman Islam yang dianggap "sesat" dan karena itu harus ditinggalkan. Tetapi banyak warga Melayu - kelompok mayoritas negara itu – memandang upacara ‚bermain putri‘ sebagai sepotong warisan budaya mereka, yang semakin dibutuhkan sebagai bentuk tantangan emosional di dunia modern. Mereka bekerja untuk menghidupkan kembali warisan budaya itu.
Bermain putri
"Kami mengangkat semangatnya lagi. Dia seperti seorang komandan atau kepala suku, yang berdarah panas," ujar dukun Zailani Che Moh, yang berusaha memulihkan batin Che Esa.
"Bermain putri," diyakini merujuk kepada kisah Puteri Saadong. Ia adalah tokoh legendaris abad ke-17 dari kerajaan Kelantan. Ia dianggap menjadi gila akibat perselingkuhan suaminya. Rohnya diyakini menjaga Kelantan dan secara teratur dipanggil dalam upacara ‚Bermain Putri‘ jika ada pasien yang secara emosional bermasalah.
Mengabadikan Kekuatan Supranatural
Men, Mountains and Sea merupakan proyek foto hitam putih Rony Zakaria yang mengabadikan hubungan antara manusia dengan alam. Ia memotret panorama Indonesia dengan ritual berbagai kepercayaan dan penghormatan kepada alam.
Foto: Rony Zakaria
Bromo, Jawa Timur, 2009
Kawah Tengger, Gunung Bromo, Gunung Batok dan Semeru di malam hari, sebelum puncak perayaan Hindu Yadnya Kasada, dimana orang-orang Tengger memohon berkah dari Hyang Widi Wasa, dengan melemparkan sesajen berupa makanan dan hasil panen mereka ke kawah Gunung Bromo.
Foto: Rony Zakaria
Merapi, Jawa Tengah, 2008
Seorang pria berjalan di puncak gunung. Puncak Gunung Merapi, dengan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing sebagai latar belakangnya. Gunung Merapi merupakan salah satu dari lebih 100 gunung berapi aktif di Indonesia.
Foto: Rony Zakaria
Bromo, Jawa Timur, 2012
Para peziarah tengah beristirahat di pinggiran kawah Gunung Bromo. Masyarakat setempat sangat menghormati gunung di pulau Jawa yang dianggap sakral ini.
Foto: Rony Zakaria
Bromo, Jawa Timur 2009
Para pemuka adat Tengger mengumpulkan air suci di air terjun Madakaripura sebagai bagian dari ritual perayaan Yadnya Kasada. Selama festival berlangsung, para warga memohon berkat dari Hyang Widi Wasa dengan memberikan sesajen.
Foto: Rony Zakaria
Yogyakarta, 2009
Para wisatawan di pantai Parangtritis menikmati matahari terbenam. Di pantai ini diyakini sebagai wilayah kekuasaan Nyai Roro Kidul, penguasa pantai selatan. Para pengunjung biasanya tidak disarankan memakai pakaian berwarna hijau, karena ada kepercayaan bahwa mereka yanag berpakaian hijau akan diambil oleh Ratu Pantai Selatan.
Foto: Rony Zakaria
Yogyakarta, 2009
Warga Yogyakarta bersembahyang di Pantai Parangkusumo, dalam upacara Labuhan Alit. Mereka memohon jalan keluar dari masalah-masalah kehidupan yang dihadapi. Mulai dari masalah keuangan, karir, keluarga, percintaan dan lain-lain.
Foto: Rony Zakaria
Bali, 2008
Seorang pria di pantai Batubolong Bali sedang mencuci topeng tradisional di laut untuk upacara penyucian. Emas dan mutiara hiasan topeng ini dicuri beberapa waktu sebelumnya. Jadi warga lokal ingin membuang sisa-sisa kejahatan itu dengan melarungkannya di laut.
Foto: Rony Zakaria
Jepara, 2012
Parade perahu nelayan di pantai Jepara dalam ritual “Sedekah Laut“, merupakan tradisi rutin memberikan sesajen kepada penguasa laut. Ritual dipercaya dapat memberikan berkah bagi musim mencari ikan berikutnya.
Foto: Rony Zakaria
8 foto1 | 8
Tapi Islam konservatif terus memperoleh kekuasaan di negara yang dulunya moderat itu. Badan-badan keagamaan telah mengeluarkan fatwa yang melarang berbagai praktik spiritual animisme sebagai berhala. Kelantan melarang beberapa tradisi termasuk ‘Bermain Putri‘. Pelanggarnya bisa menghadapi ancaman hukuman satu tahun penjara.
"Dalam ‘bermain putri, ada makhluk lain. Dalam Islam, kita hanya menyembah Allah," kata Nassuruddin Daud, Menteri Kelantan yang bertanggung jawab atas agama Islam. Praktik itu terus dikekang.
Ramuan Khasiat Penghempas "Masuk Angin"
Meski dalam ilmu kedokteran tidak ada istilah 'masuk angin', pada kenyataannya banyak penderitanya. Perut terasa kembung, kepala pusing disertai nyeri otot. Berikut resep mujarab alami mengusir masuk angin.
Foto: Fotolia/Focus Pocus LTD
Manfaatkan obat alami
Masuk angin adalah suatu gejala berkumpulnya gas yang tidak merata di dalam tubuh. Gejala dan sebabnya mirip dengan flu, di antaranya kembung disertai sendawa atau kentut. Penyebabnya antara lain pola makan yang kurang teratur, stres, kelelahan, dan lain-lain. Di alam, banyak bahan alami yang bisa membantu mengatasi masuk angin.
Foto: Colourbox/Artem Furman
Kapulaga
Kapulaga dapat meminimalkan produksi gas serta mengatasi perut kembung. Dengan mengunyah kapulaga dua atau tiga kali sehari, penderitaan akibat masuk angin bisa menjadi lebih ringan.
Foto: Colourbox
Adas
Rempah-rempah untuk masak, seperti adas juga berkhasiat mengatasi gejala masuk angin. Rempah kuno ini berkhasiat mencegah pembentukan gas, meredakan kembung dan perut mulas serta memperlancar saluran pencernaan. Teh adas juga lazim diminum di Jerman, terutama pada musim dingin.
Jahe
Jahe sudah lama dikenal khasiatnya dalam menghalau masuk angin dan perut kembung. Jahe mampu mengobati gangguan pencernaan dan nyeri perut.
Foto: picture-alliance/H. Hollemann
Daun mint
Mint atau peppermint sangat baik untuk pencernaan, karena mampu meningkatkan sirkulasi cairan empedu, yang membantu proses pencernaan makanan. Selain bermanfaat, seduhan daun mint juga rasanya enak.
Foto: Fotolia/Heike Rau
Teh chamomile atau teh kamile
Minum seduhan chamomile sangat baik untuk meredakan gejala-gelaja masuk angin, termasuk nyeri perut.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
6 foto1 | 6
Tapi praktik ‘bermain putri‘ sebagai bentuk penyembuhan secara murni secara bertahap muncul kembali di desa-desa Kelantan. Pihak berwenang tampaknya diam-diam menoleransi agar tidak memicu reaksi publik.
Dukun bersarung atau "tok putri" mendiagnosa pasien dengan bantuan seorang musisi yang memainkan alat musik tradisional Melayu dan bertindak sebagai interogator ketika orang yang dianggap suci seperti kemasukan roh.
Dukun seperti Zailani - disebut "orang ular“ berputar dan menari di sekitar pasien, memerankan karakter tradisional seperti Puteri Saadong. Beberapa pasien menandaskan upacara ajaib itu mengembalikan semangat mereka untuk hidup lagi.
Praktik Keji Memasung Orang Sakit Jiwa di Indonesia
Selama dua tahun aktivis Human Rights Watch (HRW) berkeliling Sumatera dan Jawa buat mengunjungi 16 pusat rehabilitasi mental dan rumah sakit jiwa. Yang mereka temukan di sana adalah sebuah tragedi kemanusiaan.
Foto: HRW/Andrea Star Reese
Penjara Jiwa
Human Rights Watch mencatat ratusan kasus, di mana pasien gangguan kejiwaan dipasung, dipenjara, mengalami kekerasan fisik dan seksual, antara lain dengan terapi kejut listrik. Foto-foto ini dibuat oleh fotografer AS, Andrea Star Reese dalam esainya yang berjudul "Disorder" tentang potret muram perawatan pasien gangguan kejiwaan di Indonesia
Foto: HRW/Andrea Star Reese
Nasib Muram Pasien Mental
HRW mencatat lebih dari 56.000 pasien gangguan kejiwaan pernah dipasung selama perawatan. Saat ini sekitar 19.000 orang masih mengalami praktik keji tersebut. Minimnya pendidikan dan infrastruktur kesehatan diyakini bertanggungjawab atas nasib muram pasien mental di Indonesia.
Foto: HRW/Andrea Star Reese
Merajalela Berkat Dukun
Kendati telah dilarang oleh pemerintah sejak tahun 1977, praktik pasung masih merajalela di Indonesia. Menurut mantan Direktur Kesehatan Mental di Kementerian Kesehatan, Dr Pandu Setiawan, tanpa akses pengobatan profesional, keluarga pasien seringkali terpaksa berobat pada dukun. "Disitulah praktik pasung bermula," tuturnya kepada Radio Australia
Foto: HRW/Andrea Star Reese
Tanpa Akses Pengobatan
Indonesia, negara yang berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa, saat ini tercatat cuma memiliki 600 hingga 800 psikiater dan 48 rumah sakit jiwa yang sebagian besarnya berada di empat dari 34 provinsi yang ada. Bandingkan dengan jumlah pasien gangguan kejiwaan yang saat ini mencapai 19 juta orang.
Foto: HRW/Andrea Star Reese
Neraka di Halaman Belakang
Dalam laporannya HRW mencatat sebagian pasien dipasung selama berpuluh tahun. Foto yang diambil tahun 2011 ini menampilkan seorang pasien gangguan jiwa yang dipasung selama sembilan tahun di halaman belakang rumah keluarganya di Cianjur, Jawa Barat. Ketika dibebaskan, kakinya telah menyusut alias mengalami Antrofi lantaran tidak digunakan.
Foto: HRW/Andrea Star Reese
Terjebak Dalam Lingkaran Setan
Kampanye anti pasung yang dilancarkan Kementerian Kesehatan sejak lima tahun silam belum banyak mengubah nasib pasien gangguan jiwa. Namun begitu tahun lalu saja pemerintah berhasil membebaskan 8000 pasien. Sejak Januari silam obat Risperidone yang biasa digunakan untuk merawat penderita Skizofrenia dan gangguan Bipolar juga sudah bisa diperoleh secara gratis melalui asuransi BPJS
Foto: HRW/Andrea Star Reese
Stigma Sosial
Hal lain yang memperburuk situasi pasien mental adalah stigma sosial. Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, dr. Irmansyah, mengklaim 70 hingga 80 persen pasien kejiwaan mendarat di pemasungan di halaman belakang rumah atau di tangan dukun lantaran stigma negatif masyarakat. "Pada akirnya pasien-pasien itu tetap sakit secara mental."
Foto: HRW/Andrea Star Reese
7 foto1 | 7
Mendapatkan angin lagi
Semakin kegiatan ini ditekan, maka semakin banyak kegiatan ‚bermain putri‘ dilakukan, demikian kata Eddin Khoo, pendiri Pusaka, sebuah LSM yang bekerja untuk mendokumentasikan dan melindungi seni tradisional Melayu.
Kebanyakan yang mencari kesembuhan lewat ‘bermain putri‘ adalah perempuan. Mereka merasa terpinggirkan setelah kehilangan pengaruh matriarkal mereka dengan kemunculan Islam yang konservatif
"Bermain putri‘ tidak berbenturan dengan Islam, tetapi mengisi peran penting yang tidak bisa dilakukan oleh pengobatan modern, kata Hasnah Mat Jusoh, seorang ibu berusia 49 tahun. Ia adalah pemimpin desa dimana Che Esa tinggal. Ia juga seorang Muslim yang taat. "Jika pasien pergi ke dokter, mereka tidak akan menemukan suatu penyakitnya. Bahkan dokter akan mengatakan 'pergi ke dukun di desa Anda'," katanya.
Zailani menambahkan: "Kulit, otot-otot, darah, lendir, lemak, mereka yang terlalu gemuk, terlalu besar, memiliki tekanan darah tinggi, atau diabetes, hal-hal semacam itu berada di bawah hak prerogatif dokter. Tapi di bawah dukun: tanah, air, api, angin."
ap/ab(afp)
Pasola: Darah yang Tumpah Menyambut Panen
Pasola digelar setiap tahun di Sumba, merupakan salah satu tradisi paling berdarah. Masyarakat meyakini, darah yang tumpah dari pertempuran menjamin baiknya hasil panen mendatang. Mohammad Fadli mengabadikan ritual itu
Foto: Muhammad Fadli
Terpencil
Di Sumba barat, warga menggelar permainan Pasola di kampung-kampung terpencil seperti misalnya di Kodi dan Wonokaka. Tradisi turun-temurun ini dilakukan sebagai penghormatan kepada leluhur, yang diyakini akan membawa kesuburan dan kemakmuran bagi lahan pertanian setempat.
Foto: Muhammad Fadli
Tradisi Kuno
Pasola adalah sebuah tradisi kuno dari Sumba. Aktivitas ini dikategorikan sebagai olahraga ekstrim sekaligus budaya ritual. Pasola digelar rutin setiap tahun untuk menyambut musim panen. Di medan perang, prajurit Pasola menunggang kuda dan menggunakan tombak sebagai senjata mereka. Namun, kecelakaan fatal masih sering terjadi.
Foto: Muhammad Fadli
Kuda Sumba
Johanes Ndara Kepala, adalah seorang ksatria kawakan Pasola. Dia memandikan kudanya di Sungai Waiha, dekat desanya Waingapu, Kodi. Sumba adalah salah satu pusat penangkaran kuda yang terbaik di Indonesia.
Foto: Muhammad Fadli
Doa dan Berkat
Sebelum dimulainya pertempuran, kuda harus diberkati oleh Rato (tetua adat spiritual Sumba). Upacara Pasola ini terjadi hanya sekali dalam setahun, pada bulan Februari atau Maret. Tanggal tepatnya diputuskan oleh para pemimpin spiritual yang diumumkan satu atau dua minggu sebelum festival, menjelang musim panen.
Foto: Muhammad Fadli
Mantra dan Tombak Melesat
Seorang ksatria Pasola membedal kudanya sebelum melempar tombak ke arah musuh. Pasola bergerak seiring irama kuno. Diawali dengan mantra. Kemudian berdoa kepada para dewa dan melakukan perembukan hingga akhirnya tombak pun terbang.
Foto: Muhammad Fadli
Hari Suci
Massa berkumpul di sisi arena Pasola di Kodi. Banyak warga di daerah ini percaya pada ritual kuno yang disebut Marapu. Hari-hari di sekitar acara Pasola dianggap sebagai hari suci. Banyak dari mereka berasal dari desa-desa yang jauh dan khusus datang ke Kodi untuk menonton Pasola.
Foto: Muhammad Fadli
Para Ksatria Pemberani
Seorang prajurit Pasola bersiap untuk melemparkan tombaknya ke arah musuh. Pasola berasal dari kata Sola atau Hola berarti semacam lembing yang digunakan dengan cara dilempar ke arah lawan yang juga sama-sama menunggang kuda. Penunggang kuda untuk ritual ini biasanya laki-laki terampil berpakaian adat.
Foto: Muhammad Fadli
Tombak Menghantam Lawan
Seorang prajurit Pasola terkena tombak musuh. Aksi sengit yang amat melelahkan. Jika prajurit tak hati-hati, ia bisa terkena tombak lawan dan terjatuh dari kuda.
Foto: Muhammad Fadli
Pemenang
Seorang ksatria Pasola merayakan kejayaannya. Pasola menjadi perpaduan unik budaya dan olahraga. Suasana sangat meriah – penonton kadang-kadang agresif, suara penonton mengiringi suara kuda dan tombak yang terbang di udara.
Foto: Muhammad Fadli
Menanti Darah Tumpah
Sorak-sorai kerumunan penonton bergemuruh saat jagoan mereka memukul mundur musuh. Meskipun tombak kayu tidak lagi diasah setajam mungkin, terjadinya cedera serius masih menjadi bagian dari pertempuran. Di lain pihak, masyarakat percaya, darah yang jatuh ke bumi dalam acara Pasola merupakan hal penting dalam pembersihan dan pemurnian lahan pertanian.
Foto: Muhammad Fadli
Mengorbankan Mata
Kuda berderap dengan kecepatan penuh dan ksatria melemparkan tombak sekuat tenaga. Pasola cukup berbahaya bagi pesertanya. Foto ini adalah contohnya: salah seorang prajurit Pasola yang mata kirinya hampir buta karena pertempuran. Tapi, tidak akan ada balas dendam antara peserta setelah Pasola berakhir.
Foto: Muhammad Fadli
Generasi Berikutnya
Dua calon ksatria muda Pasola dari Tosi, Kodi mulai berlatih. Tradisi rakyat terus berlanjut. Mereka mengatakan tidak takut mati. Karena mereka percaya, kematian adalah pintu gerbang ke sebuah kerajaan yang kekal, di mana nenek moyang mereka tinggal.