1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mencegah Tindak Kriminal dengan Algoritma

Spencer Kimball10 Oktober 2013

Polisi di AS, dan kini Eropa, menggunakan model statistik untuk memprediksi di mana tindak kriminal akan terjadi berikutnya. Langkah ini mampu mengurangi kriminalitas namun mengancam kebebasan sipil.

Foto: Reuters

Kepolisian Metropolitan London belum lama ini ikut mengadopsi perangkat lunak statistik PredPol, program komputer yang telah digunakan bertahun-tahun di Amerika Serikat.

Dikembangkan oleh UCLA di Kalifornia oleh ahli matematik George Mohler dan antropolog Jeff Brantingham, PredPol memasukkan data sejarah kriminalitas ke dalam algoritma yang kemudian memprediksi lokasi yang berisiko besar kembali terjadi pelanggaran.

PredPol serupa dengan program statistik yang lama dipakai oleh perusahaan-perusahaan besar sektor swasta. Ritel online Amazon contohnya, mengumpulkan data kebiasaan belanja konsumen untuk memprediksi apa yang mungkin ingin mereka beli di masa depan. Amazon kemudian memberi rekomendasi berdasarkan data tersebut.

"Algoritma kerap dapat memprediksi dengan tingkat akurasi yang luar biasa di mana seseorang akan berada, perilaku apa yang kemungkinan besar diambil berdasarkan opini atau sikap atau perilaku," ungkap Jamie Bartlett dari wadah pemikir Inggris, Demos, kepada DW.

Berhemat melalui pencegahan

PredPol mampu memetakan hot spot yang paling mungkin terjadi tindak kriminal dalam radius hampir 25.000 meter persegi. Polisi kemudian dapat dikerahkan ke lokasi-lokasi tersebut pada waktu spesifik untuk mencegah kriminalitas sebelum terjadi. Strategi ini disebut 'predictive policing' atau penertiban terprediksi. Perusahaan lain seperti IBM telah mengembangkan peranti lunak serupa.

 

"Terdengar seperti meramal masa depan, padahal hanya membuat prediksi berdasarkan data sejarah," kata John Hollywood dari Rand Corporation. "Hanya sekarang kita memasukkan lebih banyak variabel."

Variabel input termasuk lokasi, tipe kejahatan, waktu, tanggal dan serangkaian data lainnya. Kepolisian daerah Charlotte-Mecklenburg di Karolina Utara bahkan menggunakan data penyitaan rumah untuk memetakan wilayah yang berisiko tinggi terjadi tindak kejahatan.

Di Santa Cruz, Kalifornia, Predpol membantu mengurangi pelanggaran sebesar 9 persen, pencurian hingga 11 persen dan perampokan mencapai 27 persen.

Polisi Los Angeles mengklaim kesuksesan serupa, dengan 25 persen berkurangnya tindak pencurian.

Kebebasan sipil terancam

Namun kritik mengingatkan bahaya pemrofilan ras dengan menggunakan metode ini. Pakar hukum David Harris mengatakan apabila polisi sudah beroperasi dengan prasangka rasisme, informasi prediktif yang menandai lokasi tertentu dengan risiko tertinggi dapat mendorong polisi untuk menangkap seseorang hanya dengan sedikit kecurigaan.

"Dalam pikiran polisi, karakter ras atau etnis menjadi wakil atau pengganti perilaku mencurigakan yang sebenarnya," jelas Harris, profesor hukum Universitas Pittsburgh, kepada DW.

"Lalu ditambah prediksi yang didasari data yang harusnya terpercaya bahwa tindak kriminal akan terjadi di lokasi tertentu, potensi pemberhentian, penggeledahan, dan penahanan hanya berdasarkan bukti minim dapat bertambah," tambahnya.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait