Berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini di Indonesia memberi sinyal munculnya bibit-bibit fasisme dengan mengatasnamakan nasionalisme dan agama. Berikut perspektif pengamat politik asal Jerman, Timo Duile.
Iklan
Mencurigai Kebangkitas Fasisme Gaya Baru di Indonesia
Pemberangusan buku kiri dan kegiatan bertemakan peristiwa 65, kebencian terhadap kaum LGBT, kekerasan terhadap kelompok-kelompok minoritas. Perubahan apa yang terjadi di Indonesia. Apakah ini gejala lahirnya benih-benih fasisme?
Bagian 1: Memikirkan Ulang Fasisme
Apa itu, fasisme? Kita mungkin membayangkan fasisme seperti rezim Nazi di Jerman, rezim Falange di Spanyol, Italia di bawah pemerintahan Mussolini atau mungkin pemerintahan partai Kodo-Ha di Jepang.
Jika kita bertanya seperti apa dan bagaimana sifat-sifat gerakan atau politik fasis, ada beberapa ciri-ciri khas yang ada di semua gerakan fasis yakni: Pertama, gerakan fasis berdasar pada prinsip kepemimpinan yang punya otoritas absolut, sehingga individualitas manusia hilang dan para pengikut menjadi massa yang seragam. Otomatis, manusia sebagai individu hanya dijadikan alat untuk mencapai tujuan gerakan fasis. Azas perintah dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian.
Kedua, dan oleh karena itu, militerisme merupakan elemen yang sangat penting dalam ideologi dan politik fasis. Militarisme menjadi penting, karena fasisme selalu butuh membayangkan adanya musuh, sehingga militer dan pemimpin harus kuat untuk menjaga negara, karena suatu gerakan fasis memiliki tugas utama untuk melawan musuh bangsa.
Gerakan fasis dipersatukan dengan tujuan yang sama, yakni: penghancuran musuh. Itu ciri khas gerakan fasis ketiga. Musuh tersebut dikonstruksi dalam sebuah kerangka konspirasi atau ideologi. Dalam pola pikir fasis, musuh berada di mana-mana. Musuh berada baik di medan perang maupun dalam bangsa sendiri sebagai elemen yang tidak sesuai dengan ideolgi fasis. Karena itu, ciri khas keempat ideologi fasis adalah ideolgi identitas. Biasanya, ideolginya mengajar bahwa suku/ras atau bangsa harus murni, yaitu bebas unsur-unsur yang mengangap sebagai unsur yang tidak asli.
Belajar dari sejarah Nazi
Kita bisa belajar dari sejarah ketika kelompok Yahudi, homoseksual, maupun pemeluk agama lain atau ideologi lain bisa dianggap sebagai musuh. Walaupun nampaknya tidak berbahaya, dalam ideologi fasis, massa tak boleh mempunyai identitas yang beragam dan wajib seragam. Individualitas hilang karena kebhinekaan dilarang, dan penghancuran individu mewujudkan sebuah massa mengambang yang dipimpin pemimpin karismatik.
Dalam negara fasis, ekonomi kapitalis pada dasarnya dilanjutkan dan manusia hanya merupakan alat untuk pembangunan negara. Namun elit politik dan elit ekonomi biasanya bekerja sama, dan ideologi mengenai bangsa dan identitas membuat warga biasa menjadi tidak sadar atau tidak peduli lagi terhadap hierarki ekonomi-politik.
Inilah Negara Islam yang Legalkan Gay dan Lesbian
Kendati legal, kaum gay dan lesbian di negara-negara ini tidak serta merta bebas dari diskriminasi. Tapi inilah negara-negara Islam yang mengakui hak-hak kaum gay dan lesbian.
Foto: picture-alliance/dpa
1. Turki
Sejak kekhalifahan Utsmaniyah melegalkan hubungan sesama jenis tahun 1858, Turki hingga kini masih mengakui hak kaum gay, lesbian atau bahkan transgender. Namun begitu praktik diskriminasi oleh masyarakat dan pemerintah masih marak terjadi lantaran minimnya perlindungan oleh konstitusi. Namun begitu partai-partai politik Turki secara umum sepakat melindungi hak kaum LGBT dari diskriminasi.
Foto: picture-alliance/abaca/H. O. Sandal
2. Mali
Mali termasuk segelintir negara Afrika yang melegalkan LGBT. Pasalnya konstitusi negeri di barat Afrika ini tidak secara eksplisit melarang aktivitas homoseksual, melainkan "aktivitas seks di depan umum". Namun begitu hampir 90% penduduk setempat meyakini gay dan lesbian adalah gaya hidup yang harus diperangi. Sebab itu banyak praktik diskriminasi yang dialami kaum LGBT di Mali.
Foto: Getty Images/AFP/J. Saget
3. Yordania
Konstitusi Yordania tergolong yang paling maju dalam mengakomodir hak-hak LGBT. Sejak hubungan sesama jenis dilegalkan tahun 1951, pemerintah juga telah menelurkan undang-undang yang melarang pembunuhan demi kehormatan terhadap kaum gay, lesbian atau transgender. Pemerintah misalnya mentolelir munculnya cafe dan tempat hiburan di Amman yang dikelola oleh kaum LGBT.
Foto: picture-alliance/AP Photo
4. Indonesia
Undang-undang Dasar 1945 secara eksplisit tidak melarang aktivitas seksual sesama jenis. Indonesia juga tercatat memiliki organisasi LGBT tertua di Asia, yakni Lambda Indonesia yang aktif sejak dekade 1980an. Kendati menghadapi diskriminasi, presekusi dan tanpa perlindungan konstitusi, kaum gay dan lesbian Indonesia belakangan tampil semakin percaya diri buat memperjuangkan hak mereka.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Rudianto
5. Albania
Kendati bermayoritaskan muslim, Albania dianggap sebagai pionir di tenggara Eropa dalam mengakui hak-hak kaum LGBT. Negeri miskin di Balkan ini juga telah memiliki sederet undang-undang yang melindungi gay dan lesbian dari praktik diskriminasi.
Foto: SWR/DW
6. Bahrain
Negara pulau di tepi Teluk Persia ini telah melegalkan hubungan sesama jenis sejak tahun 1976. Namun begitu Bahrain tetap melarang lintas busana di ruang-ruang publik. Terutama sejak 2008 pemerintah bertindak tegas terhadap pelanggaran aturan berbusana. Bahrain juga berulangkali dilaporkan mendakwa warga asing yang menawarkan layanan seksual sesama jenis di wilayahnya.
Foto: Getty Images
7. Palestina (Tepi Barat)
Resminya praktik hubungan sesama jenis masih dilarang di Jalur Gaza. Tapi tidak demikian halnya dengan Tepi Barat Yordan sejak dilegalkan tahun 1951. Ironisnya aturan yang melarang LGBT di Jalur Gaza tidak berasal dari pemerintahan Hamas, melainkan dari Inggris sejak zaman penjajahan.
Foto: Shadi Hatem
7 foto1 | 7
Hierarki satu-satunya yang dipopulerkan kaum fasis adalah hierarki antara bangsa atau kaum fasis dan musuhnya. Jika sudah teridentifikasi sebagai musuh, maka layak untuk diusur dari angsa dan bahkan untuk dibunuh. Dalam pola berpikir fasis, tidak ada ruang untuk semua identitas, karena kondisi dunia yang dibayangkan fasis adalah kondisi perang. Keadaan darurat berlaku sampai musuh tidak ada lagi, tapi musuh tak pernah hilang, karena hal itu penting untuk menciptakan identitas fasis.
Biasanya, musuhnya tidak nyata. Musuh hanya dibayangkan untuk selalu ada dalam kepala fasis. Konspirasi Yahudi dalam pikiran Nazi hanyalah bayangan, tapi hasilnya nyata, yaitu pembunuhan massal. Keadaan darurat dijadikan sebagai legitimasi untuk melawan negara hukum karena hukum dianggap hanya berlaku pada periode damai, tapi dengan pandangan fasis bahwa musuh selalu ada, tentunya kedamaian juga mencadi niscaya. Kelompok fasis selalu berada dalam kondisi terancam agar memiliki alasan untuk mengancam identitas di luar bingkai fasisme ini: ideologi fasis mengajar manusia untuk rasa takut dan terancam.
Memelihara ketakutan melalui musuh imajiner
Di Indonesia, sejak zaman Orde Baru, ada gagasan politik yang melihat bangsa sebagai entitas organik, yaitu masyarakat sebagai tumbuh dimana ada fungsinya masing-masing. Pikiran tersebut yang diperkenalkan oleh tokoh-tokoh seperti Nasution berdasarkan filsafat politik yang melihat masyarakat itu tumbuh: Setiap individu mempunyai fungsi yang pasti, tugas utama individu adalah memenuhi fungsinya, memenuhinya atas nama bangsa.
Filsafat politik organik ini merupakan salah satu dasar filsafat fasis: Individu hilang, yang tinggal cuma fungsinya bagi bangsa atau negara. Namun, Orde Baru belum tentu fasisme yang benar, walaupun militarisme sangat kuat. Massa disebutkan massa menggambang, yaitu massa yang pasif. Pada rezim fasis yang benar, massa juga pasif dan dipimpin, tapi dia harus mengekspresikan semangat untuk membela bangsa dan siap untuk berkorban. Rakyat biasa tidak terlalu bersemangat untuk berkorban diri, dan itu mungkin sisa individualitas yang manusia orde baru menyelamatkan.
Terus, bagaimana dewasa ini? Indonesia sudah menjadi sebuah demokrasi lagi, tapi apakah kita bisa melihat unsur-unsur gagasan fasis sudah bergerak lagi di Indonesia? Yang jelas, Indonesia bukan negara fasis, tapi saya kira kita bisa melihat beberapa pikiran dan gagasan yang cukup berpengaruh di Indonesia. Hal ini mungkin sudah merupakan dasar untuk kemunculan ideologi fasis.
Hitler "Mein Kampf" di Seluruh Dunia
Jerman kelimpungan karena hak cipta untuk buku Adolf Hitler, Mein Kampf, bakal berakhir dan bisa dijual bebas di toko buku. Padahal di negara lain penjualan buku terkutuk itu termasuk lumrah.
Foto: Arben Muka
Tertanda: Hitler
Catatan kebencian Hitler muncul dalam berbagai bentuk - sebagai kado pernikahan atau sebagai bekal buat pegawai negeri baru. Edisi khusus itu biasanya mencakup tanda tangan asli sang penulis dan laku seharga miliaran Rupiah, diburu oleh kolektor dari seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Edisi Bahasa Arab
Edisi terbitan Arab ini dicetak pada tahun 1950. Uniknya, menurut studi oleh Universitas Bonn, gagasan Hitler tentang nasional sosialisme banyak menemukan gaungnya pada gerakan nasionalisme Arab, termasuk revolusi Mesir yang digagas Gamal Abdul Nasser.
Foto: picture-alliance/dpa/akg-images
"Mon Combat"
Edisi di sebelah kiri dicetak tahun 1939 dalam bahasa Perancis. Uniknya, cetakan tersebut mengandung kutipan Marsekal Hubert Lyautey, pahlawan Perang Dunia I Perancis yang pernah menjabat sebagai menteri perang. Lyautey yang meninggal dunia jauh sebelum Hitler memprovokasi Perang Dunia II, menilai "semua penduduk Perancis harus membaca buku ini."
Foto: picture alliance/Gusman/Leemage /Roby le 14 février 2005.
"Karya Kontemporer"
Hitler sejatinya termasuk figur historis yang paling dibenci di Inggris. Namun begitu penduduk negeri kepulauan itu tidak jengah menerbitkan Mein Kampf setelah berakhirnya Perang Dunia II. Iklan ini misalnya memuji buku Hitler sebagai karya kontemporer yang paling rajin mengisi ruang diskusi.
Foto: picture-alliance/dpa/photoshot
Mein Kampf di Negeri Paman Sam
Tidak ada negara lain yang paling rajin memburu peninggalan Nazi seperti Amerika Serikat. Tidak terkecuali buku Hitler, "Mein Kampf." Biasanya edisi orisinil dilelang dengan harga awal sebesar 35.000 US Dollar atau sekitar 400 juta Rupiah.
Foto: F. J. Brown/AFP/Getty Images
Hitler di Afganistan
Pedagang kaki lima di Kabul, Afghanistan, tidak asing dengan buku Mein Kampf. Mereka bahkan juga menawarkan poster bergambar Adolf Hitler.
Foto: picture-alliance/dpa
Skandal Mein Kampf di Albania
Siapapun yang berpelesiran di ibukota Albania, Tirana, bakal mendapati buku Mein Kampf di toko-toko buku. Penerbitan Mein Kampf dalam bahasa Albania oleh sebuah penerbit kecil sempat mengundang kecaman di dalam negeri.
Foto: Arben Muka
7 foto1 | 7
Misalnya, kalau kita melihat diskusi umum dan wacana di Indonesia, nasionalisme dewasa ini terutama diwujudkan elit politik melalui PKI yang dianggap sebagai musuh. Walaupun tidak ditemukan adanya keberadaaan PKI baru yang nyata, banyak penjabat negara dan TNI terus-menerus mengulangi peringatan mengenai ancaman PKI yang bangkit kembali. Melalui wacana itu, budaya ketakutan dipilihara. Selama masyaralat merasa terancam dan percaya kepada musuh imajiner, masyarakat tidak mampu menjadi dewasa dalam pikirannya, yaitu bertanggung jawab atas nasib bangsa tapi ingin dipimpin saja. Karena itu, menciptakan ketakutan irasional itu sangat berbahaya bagi demokrasi dan penjabat negara dan TNI harus sadar bahwa itu kalau mereka mau melestarikan demokrasi.
PKI dibayangkan sebagai musuh dalam kepala seperti kasus Yahudi dalam pandangan kelompok Nazi. Hal yang harus diingat adalah ideologi fasis tidak butuh musuh yang nyata, tapi bayangan tentang adanya musuh itu saja sudah cukup, bahkan lebih efektif karena bayangan ini tidak tergantung lagi kepada realita.
Lebih lanjut tentang benih-benih fasisme dengan mengatasnamakan nasionalisme dan agama di Indonesia, bersambung dalam edisi berikutnya, dengan ulasan bagaimana fasisme tidak mampu menerima keberagaman.
Timo Duile, peneliti dan dosen di departmen Ilmu Asia Tenggara di Universitas Bonn, Jerman. Dia belajar ilmu politik, antropologi, filsafat dan Bahasa Indonesia di Bonn dan Denpasar.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Sinagog di Jerman
Menjadi target aksi pembakaran di masa Nazi, kini sinagog dan toko-toko Yahudi bisa ditemukan lagi di banyak tempat di Jerman, dan komunitas Yahudi makin besar.
Foto: picture-alliance/dpa
Aksi pembakaran oleh Nazi
Ratusan sinagog dibakar dan dihancurkan Nazi tanggal 9 dan 10 November 1938. Peristiwa itu dikenal sebagai "Reichskristallnacht" dan merupakan salah satu puncak aksi kekerasan terhadap warga Yahudi di Jerman. Banyak sinagog yang sekarang sudah diperbaiki.
Foto: Bayerische Staatsbibliothek München
Simbol kebersamaan
Kota Dresden meresmikan sinagog yang baru tahun 2001. Rancangannya berbentuk kubus melambangkanl bahwa komunitas Yahudi sudah berakar di Dresden. Sinagog baru berada di lokasi bersejarah: sampai tahun 1938 di tempat ini berdiri sinagog Dresden yang lama.
Foto: CC BY-SA 3.0
Sinagog terbesar di Jerman
Perbaikan sinagog yang terletak di Rykerstrasse di Berlin berlangsung selama 3 tahun. 2007 sinagog itu diresmikan warga Yahudi. Sinagog ini dibangun tahun 1904 dengan 1200 tempat duduk. Militer Jerman sempat menggunakan bangunan itu sebagai kandang kuda. Tahun 1953 bangunan itu kembali digunakan sebagai rumah ibadah.
Foto: picture-alliance/dpa
Bergaya tradisional
Sinagog di kota Celle didirikan tahun 1740 dan merupakan salah satu sinagog tertua Jerman. November 1938 gedungnya dirusak anggota Nazi dan digunakan sebagai tempat tahanan warga Yahudi. Tahun 1974 sinagog itu diperbaiki dan diresmikan lagi.
Foto: CC0 1.0
Sinagog di Schwerin
Setelah era perang dingin berakhir, komunitas Yahudi di Schwerin berkembang pesat. Banyak warga Yahudi yang dulu tinggal di Uni Soviet akhirnya pindah ke Jerman. Tahun 2008, sinagog baru diresmikan. Dulu rejim Nazi memaksa warga Yahudi di Schwerin menghancurkan sinagognya.
Foto: picture-alliance/dpa
Gaya oriental
Sinagog Westend di Frankfurt am Main ini diresmikan tahun 1910. Inilah satu-satunya dari empat sinagog di kota Frankfurt yang selamat dari aksi pembakaran tahun 1938. Pendukung Nazi menghancurkan sinagog dan toko-toko Yahudi. Banyak warga Yahudi yang dibawa ke kamp konsentrasi.
Foto: CC BY-SA 3.0
Jadi gedung pameran
Sinagog di Berlin yang dinamakan Sinagog Baru ini sudah ada sejak 1866. November 1938, seorang polisi berhasil mencegah massa melakukan perusakan. Tapi perang menghancurkan sebagian besar bangunan. Di dalamnya sekarang dibangun ruang pameran tentang kehidupan Yahudi.
Foto: picture-alliance/ZB
Pengawasan khusus
Sinagog di Gelsenkirchen ini dilengkapi dengan penjagaan kamera, sama seperti bangunan sinagog lainnya. Tahun 1938, sinagog yang lama habis terbakar. Sinagog yang baru didirikan tahun 2007. Rumah ibadah Yahudi dijaga ketat karena sering jadi sasaran aksi kekerasan.
Foto: CC BY-SA 3.0
Bekas rumah opera
Tahun 1946 sinagog di Bayreuth kembali diresmikan. Inilah satu-satunya sinagog gaya Barock yang masih ada di Jerman. Sampai 1715, gedung ini digunakan sebagai rumah opera. Masyarakat Yahudi kemudian mengambil alih dan menjadikannya sebuah sinagog.
Foto: picture-alliance/dpa
Sinagog di kota Halle
Gedung ini dulunya bagian dari Pemakaman Yahudi. Tapi pengikut Nazi menghancurkan sinagog yang ada di tengah kota. Komunitas Yahudi di Halle lalu membangun gedung ini menjadi sinagog. Inilah satu-satunya sinagog di kompleks Pemakaman Yahudi.
Foto: picture-alliance/dpa
Pengurapan Rabi di Köln
Tahun 2012, empat rabi baru diurapi di kota Köln. Sinagog di Köln juga hancur pada peristiwa November 1938. Tahun 1959 sinagog itu dibangun kembali. Seperti di kota-kota lain, kehidupan Yahudi sekarang kembali lagi ke kota Köln.