Berbeda dengan para misionaris asal Portugis dan Belanda yang masuk ke Indonesia lewat perdagangan kemudian diikuti dengan penjajahan, misionaris Jerman bebas dari beban masa lalu.
Iklan
Apakah Anda masih ingat dengan Romo Karl Edmund Prier yang menjadi korban pembacokan di Gereja Katolik Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta pada Februari 2018 silam?
Romo Prier adalah seorang misionaris atau penginjil asal Jerman yang datang ke Indonesia tahun 1964. Sejak itu, Romo Prier menetap di Indonesia dan dikenal pula sebagai pendiri Pusat Musik Liturgi Yogyakarta yang didirikan 11 Juli 1971.
Romo Prier memang seorang pemusik dan penggubah musik rohani gerejawi yang juga mempelajari filsafat saat masih di Jerman. Para misionaris Jerman bukan hanya datang ke Nusantara pada abad ke-18 saja tetapi berlangsung hingga saat Indonesia sudah merdeka.
Selain Romo Prier, nama yang sangat dikenal masyarakat adalah Franz Magnis Suseno atau disapa Romo Magnis yang memilih melepas kewarganegaraan Jerman dan menjadi WNI pada tahun 1977.
Sejak tiba pertama kali di Indonesia tahun 1961, Romo Magnis sudah menerbitkan sekitar 25 buku, menjadi pembicara tentang toleransi dan keberagaman dan kerap dimintai pendapatnya oleh media massa. Mendapat gelar doktor filsafat dari Universitas di München, Jerman, dia kini menjabat Ketua Pengurus Yayasan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
Melongok Ragam Alkitab Nusantara: Mulai Dari Huruf Jawi Hingga Bahasa Tombulu
Alkitab dalam bahasa Ibrani, mulai dari huruf Jawi hingga bahasa Tombulu terarsip di Museum Alkitab. Sejarah penerjemahan hingga pemakaian kata kontroversial seperti Allah dan Isa Almasih dapat dipelajari di sini.
Foto: Monique Rijkers
Naskah Pada Kulit Sapi 12 Meter
Museum Alkitab punya replika Kitab Kejadian yang ditulis pada kulit sapi sepanjang 12 meter dalam bahasa Ibrani, bahasa asli Alkitab Perjanjian Lama, sedangkan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani. Dulu yang bisa membacanya hanya rabbi dengan menggunakan yad, penunjuk ayat. Sesudah dibaca, Alkitab digulung. Naskah Ibrani tertua, Codex Allepo disimpan di Museum Israel di Yerusalem.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Tertua: Codex Sinaiticus
Codex Sinaiticus adalah naskah Alkitab tulisan tangan setebal 1460 halaman yang disalin dalam bahasa Yunani sekitar tahun 360 Masehi dan jadi bukti terpenting Alkitab yang masih ditemukan aslinya. Ditemukan Constantin von Tischendorf, peneliti Universitas Leipzig tahun 400-an Masehi di Biara Santa Catherine, Sinai, Mesir. 694 halaman naskah asli disimpan di British Library di London.
Foto: Monique Rijkers
Berkat Mesin Cetak Guttenberg
Biblia Sacra Vulgata atau Alkitab bahasa Latin sehari-hari yang dicetak pertama kali menggunakan mesin cetak yang ditemukan Johannes Guttenberg pada pertengahan abad ke-15. Mesin cetak Guttenberg yang menggunakan tinta berbasis minyak yang tak mudah luntur. Mesin cetak Guttenberg berperan besar dalam penerbitan Alkitab.
Foto: Monique Rijkers
Dari Bahasa Latin Menjadi Bahasa Inggris
1382 John Wycliffe terjemahkan Perjanjian Baru dari bahasa Latin ke bahasa Inggris. William Tyndale terjemahkan ke bahasa Inggris tahun 1526. Tahun 1604 Raja Inggris James I perintahkan penerjemahan yang lebih baik. Versi ini selesai 1611. Inilah bentuk awal versi terjemahan yang dikenal hingga kini dengan sebutan King James Version. Foto ini adalah lembaran asli dari edisi pertama Alkitab itu.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Sang Tokoh Reformasi Gereja
Tokoh Reformasi Gereja asal Jerman Martin Luther menerjemahkan Alkitab dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Jerman tahun 1521-1522. Meski bukan yang pertama kali menerjemahkan Alkitab, Alkitab Luther dianggap lebih bermutu karena dari bahasa asli.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Mini
Alkitab Raja James I ini dicetak tahun 1839 yang merupakan versi terjemahan pertama. Untuk membaca Alkitab dibutuhkan kaca pembesar. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) juga mencetak Alkitab mini untuk memudahkan jemaat mengantungi Alkitab.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Rembrant, Alkitab Bergambar
Alkitab Rembrant adalah Alkitab yang dilengkapi dengan gambar-gambar yang digoreskan khusus oleh Rembrant, pelukis Belanda. Alkitab ini diterbitkan tahun 1931 oleh Hugo Schmidt Verlag, München, Jerman. Rembrant menghasilkan lebih dari 500 gambar atau sketsa dan 60 lukisan yang terinspirasi dari kisah-kisah di Alkitab. Gambar pada foto ini adalah kisah Daniel di Gua Singa.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Bahasa Melayu Pertama
1629 pertamakalinya Injil Matius diterbitkan dalam bahasa Melayu. Penerjemahnya Albert Corneliss Ruyi. Ruyi sudah menggunakan kata Allah yang sempat dianggap eksklusif untuk Islam. Penerbitan Kitab Matius dilakukan dalam bahasa Belanda dan Melayu. Alkitab asli disimpan di Perpustakaan Stuttgart, Jerman karena dianggap salah satu penerjemahan Alkitab pertama di luar bahasa-bahasa di Eropa.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Aksara Arab Bahasa Melayu
Gubernur Jendral Inggris Thomas Raffles dirikan Lembaga Alkitab Jawa tahun 1814. Lembaga Alkitab Belanda berdiri tahun 1816. 1863 terbit Perjanjian Baru Melayu Semarang yang dikerjakan Hillebrandus Klinkert. 1879 Lembaga Alkitab Belanda mencetak Perjanjian Lama huruf Latin atau Alkitab Melayu Tinggi. 1889 terbit Alkitab huruf Jawi yakni yang ditulis dengan huruf Arab gundul dalam bahasa Melayu.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Shellabear, Alkitab Huruf Jawi
William Shellabear, tentara Inggris di Singapura selesaikan penerjemahaan Injil dan Kisah Para Rasul dalam bahasa Melayu, huruf Jawi tahun 1906, seluruh Perjanjian Baru 1910 dan Perjanjian Lama 1912. Mitranya Sulaiman bin Muhammad Nur, asal Sumatera, guru di Malaka. Tahun 1927-1929 penerjemahan sudah menggunakan huruf Latin, bukan Jawi. Shellabear menerjemahkan kata Yesus jadi Isa Almasih.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Tulisan Tangan Bode
W. A Bode adalah orang Jerman yang menjadi pendeta dan guru Teologi di Minahasa. Bode terlibat dalam penerjemahan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Melayu dan diterbitkan tahun 1938. Penerjemahan Perjanjian Lama diselesaikan di tahanan Belanda di Aceh Selatan. Saat dipindah ke India, kapal Bode dibom Jepang. 400 penumpang tewas. Alkitab Perjanjian Baru terjemahan Bode digunakan hingga tahun 1974.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Versi LAI
Direktur Museum Alkitab Bambang Sitompul menyatakan Alkitab yang digunakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) mengacu pada penerjemahan Klinkert untuk Perjanjian Lama dan Bode untuk Perjanjian Baru yang diterbitkan tahun 1958, 4 tahun setelah LAI berdiri. Baru pada tahun 1974 ada Alkitab Bahasa Indonesia versi penerjemahan berdasarkan bahasa asli Ibrani, Yunani dan Aramaik.
Foto: Monique Rijkers
Ada Berapa Banyak Alkitab Bahasa Suku?
Alkitab bahasa daerah pertama diterbitkan berbahasa Jawa tahun 1829 oleh G. Brucker. Sudah puluhan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berbahasa daerah diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. 2018 terbit bahasa Tombulu dan Yali Angguruk. Untuk Alkitab bahasa Rejang di Bengkulu yang diterbitkan tahun 2012, seorang penerjemahnya adalah umat Muslim.
Foto: Monique Rijkers
Alkitab Tulisan Tangan Anak-anak
Alkitab yang sangat tebal ini adalah hasil tulisan 6000 anak-anak dari gereja dan sekolah Kristen di seluruh Indonesia. Kegiatan menulis ayat Alkitab ini diadakan pada 2002 dengan tujuan menggalang dana untuk pengadaan Alkitab dan bacaan rohani untuk anak-anak di pedalaman. Dari kegiatan ini diharapkan anak-anak tahu menyalin ayat-ayat Alkitab itu membutuhkan waktu dan tidak mudah.
Foto: Monique Rijkers
Guide Museum Alkitab
Museum Alkitab yang terletak di Gedung Lembaga Alkitab Indonesia di Jalan Salemba Raya menyediakan jasa guide untuk menjelaskan 300 buah koleksi museum. Peminat bisa mendaftar secara kelompok dan dikenakan tarif masuk 5000 ribu rupiah per orang. Museum yang berdiri pada tahun 2002 ini didukung pula oleh Yayasan William Soeryadjaya (almarhum dulunya seorang konglomerat Indonesia).
Foto: Monique Rijkers
15 foto1 | 15
Bermula dari Rempah
Kekristenan berkembang dan tersebar di Indonesia boleh dibilang berawal dari perdagangan rempah-rempah kemudian diikuti dengan penjajahan. Misi Katolik pertama kali masuk ke Maluku yang menjadi pusat perdagangan pada awal tahun 1500 bersama dengan para pedagang asal Portugis.
Seorang Spanyol bernama Fransiscus Xaverius menjadi pemimpin misi dan dikenang sebagai pendiri Gereja Katolik pertama di Nusantara, berlokasi di Ternate pada tahun 1523.
Misi Protestan datang belakangan hampir 100 tahun setelah misi Katolik bersamaan dengan masuknya kapal-kapal para pedagang rempah yang berada di bawah naungan Kongsi Dagang Belanda Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Kekuasaan Belanda selama 350 tahun turut menyebarkan Protestan sehingga menjadi umat kedua terbesar di Indonesia saat ini. Yang menarik adalah peran misionaris Jerman di Indonesia yang masuk tanpa embel-embel dagang dan kekuasaan.
Peliharalah, Bukan Merusak
Baik Islam, Buddha. Hindu, Kristen, Katholik dan Yahudi, memiliki kitab suci yang memberikan petunjuk dalam kehidupan. Di dalamnya mengajarkan para pengikut agama tersebut untuk merawat bumi dan lingkungannya.
Foto: Jody McIntryre / CC-BY-SA-2.0
Melestarikan Ciptaan
Adam dan Hawa di Taman Eden: Kristen dan Yahudi meyakini memelihara ciptaan Tuhan adalah satu tugas yang Tuhan percayakan kepada manusia: "Dan Tuhan menempatkannya di Taman Eden untuk bekerja dan memelihara taman itu" .(Alkitab: Kejadian 2: 15)
Foto: Jonathan Linczak / CC BY-NC-SA 2.0
Yahudi dan Kristen Alkitab berbagi pesan kunci
Kisah penciptaan diceritakan dalam perjanjian lama Kitab Musa. Kitab pertama Musa adalah bagian dari kitab Taurat, bagian pertama dari kitab Yahudi, yang disebut Tanakh.
Foto: Lawrie Cate / CC BY 2.0
Buku paling laku di dunia
Kisah penciptaan juga bagian sentral dari Perjanjian Lama dalam kitab suci umat Kristen, yang menjalin bagian-bagian dari teks-teks suci Yahudi. Alkitab adalah teks tertulis yang paling banyak digunakan dan paling sering dipublikasikan di dunia.
Foto: Axel Warnstedt
"Aturan ketertiban" manusia
"Dan Allah memberkati mereka, lalu berfirman: Beranakcuculah dan bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi "(Alkitab, Kejadian 1: 28).
Foto: Axel Warnstedt
Bekerja dengan berhati-hati atas ciptaannya
Dalam Islam, ciptaan Allah harus dilindungi. Manusia dapat memanfaatkannya, tapi dengan secara baik: "Matahari & bulan beredar menurut perhitungan, bintang-bintang dan pohon-pohon tunduk pada-Nya. Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca keadilan. Jangan ganggu keseimbangannya. Tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu menguranginya". (Al Qur‘an, Surat 55, 3-10)
Foto: sektordua / CC BY 2.0
Jangan sebabkan kerusakan di muka bumi
Al-Qur'an berisi petunjuk khusus dan rinci bagi umat Muslim. Banyak petunjuk di dalamnya yang langsung berkaitan dengan masalah lingkungan dan alam. Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". (Al Qur'an, Surat Al-Baqarah: 2, 11)
Foto: Axel Warnstedt
Hindu dalam siklus abadi
Dalam semuanya bergerak dalam siklus di mana masing-masing komponen – kelahiran atau kematian, terlihat atau tidak terlihat – semua terulang secara terus-menerus. Manusia adalah bagian dari dunia ini, statusnya sama seperti makhluk hidup lainnya.
Foto: public domain
Selalu menjaga keseimbangan
Keseimbangan alam harus dipertahankan. Siapa yang sudah mengambil sesuatu, harus mengembalikannya. Dewa mengurus berbagai kebutuhan hidup: "…dengan pengorbanan, Dewa akan memberkati apa yang kamu butuhkan. Ia yang menikmati apa yang para dewa beri, tanpa memberi imbalan sesungguhnya adalah pencuri . "(Bhagavad Gita 3:12)
Foto: Jody McIntryre / CC-BY-SA-2.0
Semua saling terkait
Dalam bahasa Pali pada kitab awal Buddha, terdapat tulisan mengenai segala sesuatu yang saling ketergantungan dan keterkaitan: "Sesuatu yang ada, memiliki keberadaan. Eksistensi muncul dari keberadaannya. Jika sesuatu tidak ada, maka eksistensinya pun tiada. Dengan terhentinya sesuatu, maka hal ini akan selesai. "(Pali, Samyutta Nikaya II, 12:21)
Foto: Mixtribe-Photo / CC BY 2.0
9 foto1 | 9
Ketika misionaris jadi martir
Meski baru datang di kurun waktu 1800-an dan bukan yang pertama kali masuk di daerah itu, para misionaris Jerman terbukti berhasil masuk ke daerah yang "berat” yakni di suku Batak dengan tradisi leluhur yang kuat dan Papua yang saat itu masih belum tersentuh peradaban dan masih mengenal perang suku.
Beberapa wilayah memang sudah dijangkau lebih dulu oleh misionaris negara lain seperti di Minahasa, Sulawesi Utara misi Katolik asal Portugis sudah sampai di Minahasa tahun 1563 yang berhasil membaptis 1500 orang. Setelah itu baru misionaris Protestan asal Jerman Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz tiba tahun 1831 di Minahasa.
Potret Sinagoge Yahudi di Tondano
Di Rerewokan, Kecamatan Tondano Barat, berdiri sinagoge Yahudi. Di sini, umat hidup damai dalam mempraktikkan keyakinan mereka secara terbuka.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Rumah beratap merah
Di Tondano, Sinagoge Yahudi ini terletak tidak jauh dari makam pahlawan nasional Sam Ratulangi.Sinagog “Shaar Hasyamayim” berdiri dekat dengan beberapa gereja dan pemukiman orang-orang yang berbeda agama.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Hidup damai berdampingan
Warga yang tinggal di sekitar juga menganut berbagai agama. Mereka menjalankan ibadah masing-masing tanpa masalah.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Komunitas Yahudi di Hindia belanda
Pengelana Yahudi, Jacob Saphir, adalah orang pertama yang menulis mengenai komunitas Yahudi di Hindia Belanda tahun 1859. Di Batavia, ia menulis ada sekitar 20 keluarga Yahudi di kota itu dan beberapa di Semarang. Pada saat Perang Dunia, jumlah Yahudi di Hindia Belanda diperkirakan sekitar 2.000 jiwa. Yahudi Indonesia diasingkan ketika Jepang duduki Indonesia.
Foto: picture-alliance/dpa/Rainer Jensen
Wadah komunitas Yahudi di Indonesia
Tahun 2009 dibentuk organisasi komunitas Yahudi "The United Indonesian Jewish Community" (UIJC) dan diresmikan pada bulan Oktober tahun 2010. Menurut sumber UIJC saat ini keturunan Yahudi di Indonesia yang diketahui, hampir 2.000-an orang, tersebar hampir merata di seluruh Indonesia, bahkan ada di Sumatera barat, Aceh. Di Sulawesi Utara, populasinya diperkirakan sampai 800-an orang,
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Pernah diintimidasi
Yaakov Baruch, salah satu pengelola sinagoge di Tondano, mengungkapkan bagaimana dia pernah diintimidasi di sebuah mal yang ramai di Jakarta, saat dia sedang berjalan bersama istrinya yang sedang hamil. "Dari beberapa lantai, mereka meneriaki saya 'Crazy Jew'," katanya kepada AFP dan menambahkan, ada sekelompok pria lalu berlari mendatanginya dan meminta dia melepaskan kippahnya.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Pencarian spiritual
Yaakov Baruch mulai melakukan pencarian spiritual setelah mengetahui memiliki darah Yahudi dari neneknya saat di bangku SMA, Yaakov mencari informasi hingga Belanda dan Israel. Kakek buyut Yaakov, pegawai angkatan bersenjata pemerintah kolonial Hindia Belanda. Meski minoritas, khususnya di Tondano, tidak ada perasaan tidak nyaman yang dirasakan oleh pemeluknya.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Pengakuan
Karena Yudaisme belum diakui sebagai agama resmi, banyak warga Yahudi di Indonesia yang mencatatkan dirinya sebagai "Kristen Protestan" atau agama lain.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Bagian dari Indonesia
Terlepas dari tantangan itu, orang-orang Yahudi di Indonesia tetap bersikeras, bahwa mereka merupakan bagian integral dari negara ini. "Masyarakat Yahudi Indonesia sudah ada di negara ini jauh sebelum negara ini lahir, jadi kita juga bagian dari negara ini," kata Rabbi Yaakov Baruch.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
8 foto1 | 8
Tahun 1835, Barnstein, seorang misionaris Jerman tiba di Banjarmasin untuk menginjil suku Dayak di Pulau Kalimantan. Mitra misionaris Barnstein, Heyer sakit begitu tiba di Batavia sehingga ia kembali ke Jerman dan digantikan oleh Becker, Hupperts dan Krusmann. Menurut situs Gereja Kalimantan Evangelis, gereja hasil pelayanan misionaris Jerman, baru pada tahun 1839 ada pembaptisan sebagai tanda menjadi Kristen.
Sayangnya pada tahun 1859 terjadi pemberontakan Kesultanan Banjarmasin terhadap orang kulit putih, termasuk misionaris yang datang dengan misi pendidikan dan kesehatan. Pemberontakan itu menewaskan misionaris Roth, misionaris Wiegand dan istri, misionaris Kand dan istri serta dua anak, misionaris Hofmeister dan istri. Misionaris Klammer diselamatkan oleh pemimpin suku Dayak Maanyan.
Realita Getir di Balik Gelombang Islamisasi Suku Anak Dalam
Ratusan anggota Suku Anak Dalam ramai-ramai meninggalkan keyakinan leluhur dan memeluk agama Islam. Tapi bukan iman yang menggerakkan mereka, melainkan demi KTP dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Nomaden Sumatera Pindah Agama
Indonesia saat ini memiliki sekitar 70 juta anggota suku pedalaman, mulai dari Dayak di Kalimantan hingga suku Mentawai di Sumatera. Namun dari semua, Suku Anak Dalam adalah salah satu yang paling unik karena gaya hidupnya yang berpindah-pindah alias nomaden. Belakangan banyak anggota suku asli Jambi dan Sumatera Selatan itu yang memeluk agama Islam.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Digusur Manusia, Berpaling ke Tuhan
Baru-baru ini sebanyak 200 dari 3.500 anggota Suku Anak Dalam menanggalkan kepercayaan Animisme setelah menerima ajakan sebuah LSM Islam yang difasilitasi oleh Kementerian Sosial. Banyak yang terdorong oleh harapan kemakmuran, menyusul kehancuran ruang hidup akibat terdesak oleh perkebunan kelapa sawit dan tambang batu bara.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Demi Kemakmuran
"Syukurlah pemerintah sekarang memperhatikan kami. Sebelum pindah agama mereka tidak peduli", kata Muhammad Yusuf, seorang anggota Suku Anak Dalam yang berganti nama setelah memeluk Islam melalui program pemerintah. Ia meyakini dengan pindah agama kehidupannya akan menjadi lebih baik.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Solusi Sesat Komersialisasi Hutan
Pemerintah menilai Islamisasi suku pedalaman merupakan langkah baik. Program Kementerian Sosial antara lain mengajak anggota suku untuk tinggal menetap dengan menyediakan rumah dan infrastruktur pendidikan dan kesehatan. Namun aktivis menilai fenomena tersebut didorong oleh rasa frustasi karena gaya hidup mereka terancam oleh komersialisasi hutan.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Agama, KTP dan Kesejahteraan
Yusuf mengakui alasan pindah agama karena masalah ketahanan pangan yang terancam lantaran pemilik lahan membatasi area berburu bagi Suku Anak Dalam. Pria yang punya 10 anak itu mengaku ingin mendapat KTP agar bisa mengakses layanan kesehatan dan pendidikan gratis yang disediakan pemerintah. Memeluk Islam dan hidup menetap mempermudah hal tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Setia Pada Tradisi
Meski begitu masih banyak anggota Suku Anak Dalam yang tetap setia pada ajaran leluhurnya. Sebagian besar masih menjaga tradisi berburu dan hidup berpindah tiga kali sebulan untuk mencari ladang berburu baru atau ketika salah seorang anggota suku meninggal dunia.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Panggilan Leluhur
Kondisi kehidupan Suku Anak Dalam tergolong berat. Sebagian besar terlihat kurus dan terkesan mengalami malnutrisi lantaran hanya memakan hasil berburu. "Menurut tradisi kami, pindah agama dilarang," kata Mail, salah seorang ketua Suku Anak Dalam. "Kalau melanggar, kami takut dimakan harimau," imbuhnya kepada AFP.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Pilihan Akhir Kaum Terbuang
Aktivis HAM menilai suku pedalaman sering tidak punya pilihan selain pindah agama untuk mendapat kehidupan yang lebih layak. "Mereka harus meminta bantuan ulama atau gereja buat mencari perlindungan," di tengah laju kerusakan hutan dan komerisalisasi lahan, kata Rukka Sombolinggi, Sekjend Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Sumber: AFP, Reuters, Antara
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
8 foto1 | 8
Kematian misionaris juga dialami saat menginjili suku Batak. Misi Protestan di suku Batak pada periode 1824-1834 gagal saat misionaris dari Inggris dan Amerika Serikat datang. Bahkan dua misionaris Amerika Serikat Munson dan Leiman dibunuh oleh leluhur suku Batak.
Menurut catatan sambutan Atase Militer Indonesia di Jerman, D.I. Panjaitan, yang dibacakannya saat diundang ke Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) Wuppertal-Bremen tahun 1960, pada tahun 1859 seorang misionaris RMG Wuppertal bernama Dr. Nommensen. Pengikut Nommensen kemudian berkembang hingga menjadi satu denominasi gereja khusus yang dikenal dengan nama Huria Kristen Batak Protestan atau HKBP yang dalam bahasa Jerman disebut Protestantische Kirchengemeninde Bataks).
Menurut D.I. Panjaitan, Nommensen mendapat gelar adat "Grossvater des Volkstammes Bataks” atau Ompung Suku Batak. Nommensen dan RMG bukan hanya menginjil saja tetapi juga membangun sekolah, rumah sakit, gereja dan infrastruktur. Bahkan D.I. Panjaitan, Pahlawan Revolusi merupakan lulusan sekolah rintisan RMG.
Misionaris Dr. Heinrich Sundermann dari RMG juga sampai di suku Nias, di pulau kecil tetangga dari wilayah suku Batak sejak 1875 hingga 1910. Berbekal status doktor dari Universitas Halle, Sundermann terlibat dalam penerjemahan Alkitab Perjanjian Baru Bahasa Nias yang dipublikasikan tahun 1892 di Amsterdam, Belanda.
Kota Tua As-Salt di Yordania - Tempat Aman Umat Beragama
Walau banyak berita tentang ketegangan antara umat beragama, di As-Salt umat Kristen dan Muslim bisa hidup berdampingan secara damai. Fotografer Fatima Abbadi menangkap keunikan tersebut dengan lensanya.
Foto: Fatima Abbadi
Kota metropolis kuno
Fotografer Fatima Abbadi lahir di Abu Dhabi, tapi 10 tahun terakhir ia mempelajari kota As-Salt di Yordania, yang didirikan 300 S.M dengan populasi 90.000 warga. As-Salt adalah kota kosmopolitan dimana budaya Arab dan Eropa melebur berkat hubungan yang harmonis.
Foto: Fatima Abbadi
Tidak ada tembok, tidak ada batasan
Berkat keunikannya, kota ini masuk nominasi situs warisan dunia UNESCO. Tapi tidak hanya arsitektur dan fesyen Timur dan Barat yang bisa ditemukan di As-Salt. "Mayoritas umat Muslim dan populasi Kristen hidup berdampingan tanpa ada pemisahan," ujar Ismael Abder-rahman Gil, peneliti yang membantu Abbadi dengan proyek fotografinya.
Foto: Fatima Abbadi
Dari St. George ke al-Khidr
Gil menjelaskan, umat Kristen As-Salt memainkan peran penting dalam perkembangan budaya, ekonomi, dan politik. Sejarah kedua agama saling terkait di As-Salt, sehingga seringnya harus berbagi rumah ibadah. Pada foto tampak gereja Saint George dengan altar yang dikelilingi oleh kutipan dari Al Qur'an dan kisah dari Alkitab.
Foto: Fatima Abbadi
Rumah bagi semua
Rumah ibadah ini didirikan tahun 1682, setelah seorang penggembala mendapat wahyu dari Santo Georgius untuk membangun gereja setelah melindunginya dari hewan liar yang mengancam ternaknya. "Hingga kini gereja dipenuhi oleh umat Kristen dan Muslim As-Salt yang menyalakan lilin untuk mendoakan Santo," ujar Abder-rahman Gil. Gereja latin, anglikan dan ortodoks juga ditemukan di kota ini.
Foto: Fatima Abbadi
Sejarah 2000 tahun
Hubungan Yordania dan umat Kristen diawali dengan pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Banyak komunitas Kristen yang menetap di Yordania pada abad ke-1 dan hingga kini bisa menjalankan agamanya secara bebas dan terbuka. Umat Kristen terwakili di parlemen dan memiliki fungsi resmi kenegaraan.
Foto: Fatima Abbadi
Demonstrasi dan proklamasi
Walau hidup berdampingan secara damai selama ratusan tahun, dan penegasan Raja Abdullah II bahwa "umat Arab Kristen adalah bagian integral wilayah saya baik di masa lalu, masa kini, maupun masa depan," ketegangan antara umat Muslim dan Kristen meningkat di Yordania. Aksi protes bermunculan. "Keistimewaan As-Salt, hubungan antara kedua agama tersebut tidak terpengaruh disini," ujar Abbadi.
Foto: Fatima Abbadi
Berpesta bersama
"Saat Natal misalnya, warga Muslim yang pertama membuka pintu rumahnya bagi warga Kristen dan merayakannya bersama mereka. Begitu pula sebaliknya," cerita Abbadi. 35 persen populasi As-Salt beraga Kristen. Sangat kontras dibandingkan 4 persen populasi umat Kristen di seluruh Yordania.
Foto: Fatima Abbadi
Resep damai - saling menghormati
Seri foto Abbadi tentang As-Salt menggambarkan kehidupan pertanian tradisional hingga pengaruh barat di warga perkotaan. Ia yakin hubungan antara umat Muslim dan Kristen tidak akan berubah di kota ini. "Warga yang tinggal di As-Salt punya sejarah pribadi yang panjang. Mereka saling menghormati dan menganggap semua seakan adalah keluarga besar." Ed:Jan Tomes (vlz/hp)
Foto: Fatima Abbadi
8 foto1 | 8
Penerjemahan lengkap Alkitab Bahasa Nias dilakukan sejak 1904 hingga 1915. Selama di Nias, Sundermann mengoleksi 33 patung dan karya seni tradisional Nias yang sempat dilelang tahun 2016 di Jerman serta menghasilkan 4 tulisan tentang Nias.
Sama seperti Sundermann, pendeta dan guru Teologi W.A Bode, berperan penting menerjemahkan Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu hingga diterbitkan pada 1938. Tahun 1940, Bode yang keturunan Jerman ditahan Belanda di Kepulauan Seribu, lalu dipindahkan ke Aceh Selatan. Selama di tahanan, Bode masih menyelesaikan penerjemahan Kitab Yosua, Hakim-hakim, Rut dan Amsal dalam bahasa Melayu. Akhir 1941 para tahanan diungsikan ke Sibolga, Sumatera Utara karena Jepang mulai masuk ke Semenanjung Malaka.
Belanda bermaksud memindahkan para tahanan ke India dengan menumpang kapal "Van Imhoff” yang tidak pernah sampai tujuan karena dibom Jepang di sekitar Kepulauan Nias. Bode bersama 400 orang penumpang tewas pada 19 Januari 1942. Naskah terjemahan lenyap. Namun pada tahun 1948 Lembaga Alkitab Belanda mendapat informasi istri Bode masih menyimpan sejumlah naskah sehingga bisa digunakan dan terbit pada tahun 1947. Kontribusi Bode pada penerjemahan Alkitab yang digunakan sejak 1938 hingga 1974 dan menuliskan dengan tangan tentu patut diapresiasi.
7 Situs Bersejarah Penting di Yerusalem Bagi Umat Beragama
Yerusalem adalah kota yang punya makna simbolis bagi umat berbagai beragama. Sekaligus simbol ketegangan antara Israel dan Palestina serta Dunia Arab. Inilah 7 situs bersejarah yang penting di kota ini.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Cupolo
Bukit Zaitun
Dari Bukit Zaitun para turis bisa melihat kawasan Kota Tua Yerusalem, yang punya makna penting bagi umat Nasrani, Yahudi dan umat Islam. Bukit Zaitun adalah lini pertahanan Arab-Yordania pada perang tahun 1967 yang kemudian berhasil direbut oleh Israel. Di latar belakang tampak Kubah Shakrah, tempat suci bagi umat Yahudi dan Muslim.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kubah Shakhrah
Bagi warga Yahudi, kubah Shakhrah di kompleks Al-Haram menyimpan batu besar, tempat di mana Bumi menurut kepercayaan mereka, diciptakan dan Nabi Ibrahim mengorbankan putranya. Sementara bagi umat Muslim, dari tempat inilah Nabi Muhammad melakukan perjalanan langit yang dikenal dengan Isra Mi'raj. Setelah Perang tahun 1967, Israel menyerahkan kompleks Al-Haram kepada umat Muslim.
Foto: picture-alliance / dpa
Masjid Al-Aqsa
Masjid Al-Aqsa adalah tempat suci ketiga terpenting bagi umat Islam, setelah Mekkah dan Medinah. Sedangkan bagi umat Yahudi, tempat ini punya makna simbolis karena disinilah Kabah pertama dan kedua mereka didirikan. Sejak 1967, Israel bertanggung jawab atas keamanan di tempat ini, sedangkan sebuah yayasan Islam bertanggung jawab untuk segala urusan sipil dan urusan peribadahan.
Foto: Reuters/A. Awad
Sabil Qaitbay
Mata air Qaitbay dianggap sebagai salah satu sudut paling cantik di kompleks Al-Haram. Meski dibangun dengan gaya Islam dengan membubuhkan ayat-ayat Al-Quran, menara mata air ini didesain oleh seorang arsitek beragama Kristen.
Foto: Reuters/A. Awad
Tembok Ratapan
Tembok ratapan adalah situs terpenting kaum Yahudi. Di sinilah mereka berdoa, terpisah antara lelaki dan perempuan. Umat Yahudi punya tradisi meninggalkan secarik kertas berisi harapan-harapan mereka di sela-sela batu dinding. Tradisi itu sekarang diikuti juga oleh umat beragama lain.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Gerbang Damaskus
Gerbang Damaskus adalah pintu masuk utama menuju kota tua Yerusalem dan praktis menjadi perbatasan antara kawasan Kristen dan kawasan Arab. Tahun 2011, Israel merestorasi menara dan sebagian besar tembok yang hancur akibat Perang 1967. Kini Gerbang Damaskus menjadi salah satu atraksi wisata paling digemari turis mancanegara.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Kota tua
Melewati Gerbang Damaskus, pengunjung akan tiba di kota tua yang dipenuhi para pedagang yang menjajakan barangnya di jalan-jalan sempit. Di bagian Kota Tua warga Yahudi, Arab dan Armenia hidup berdampingan. Tembok benteng yang mengelilingi Kota Tua dibangun pada abad ke 16 di masa Kesultanan Utsmaniyyah. Tahun 1981, bagian Kota di Yerusalaem dideklarasikan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
Foto: Reuters/A. Awad
7 foto1 | 7
Menuai jiwa di Papua
Perjuangan terberat misionaris Jerman adalah masuk ke Papua yang masih mengenal perang suku dan kanibalisme. Johann G. Geissler dan Carl W.Ottow dididik sebagai pendeta merangkap tukang oleh sekolah misi Gossner di Berlin.
Ottow dan Geissler tiba di Papua atas prakarsa misi zending Heldring dari Belanda. Untuk sampai di Papua, Geissler berjalan kaki dari Jerman ke Belanda untuk bertemu Ottow yang sedang belajar di sana. Keduanya menumpang kapal laut untuk ke Batavia, di sini keduanya belajar bahasa Melayu. Lalu menumpang kapal ke Ternate dan bertemu Sultan Tidore yang beragama Islam. Perjalanan dari tahun 1852 baru berbuah hasil pada 5 Februari 1855 ketika Ottow dan Geissler mendarat di Pulau Mansinam yang letaknya berhadapan dengan daerah Dore yang sekarang diberi nama Manokwari.
Mentawai: Dalam Hening Memburu Kebebasan
Di lepas pantai barat Sumatera, warga mentawai berlindung dari hiruk pikuk kota besar. Suku kuno ini pandai meramu, berburu dan piawai dalam menato tubuh. Berpuluh tahun lamanya mereka tertekan beragam pemaksaan.
Foto: Getty Images/AFP/S. Wibowo
Hidup tenang di pedalaman
Generasi tua Mentawai hidup secara tradisional jauh di dalam hutan di pulau terpencil Siberut. Sesuai tradisi seluruh tubuh dihiasi tato. Selama beberapa dekade menolak kebijakan pemerintah Indonesia yang mendesak pribumi di pedalaman meninggalkan kebiasaan lama, menerima agama yang diakui pemerintah dan pindah ke desa-desa pemerintah.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/G. Charles
Terisolasi dari dunia luar
Suku asli Mentawai, memiliki budaya langka yang tidak dipengaruhi agama Hindu, Budha atau Islam selama dua milenium terakhir. Tradisi dan keyakinan mereka sangat mirip dengan pemukim Austronesia yang datang ke kawasan ini sekitar 4.000 tahun silam. Sejak bermukim di Pulau Siberut dua ribu tahun lalu, warga Mentawai hidup terisolir dari dunia luar.
Foto: picture-alliance/dpa/Zulkifli
Menghadapi paksaan
Ketika Indonesia merdeka 1945, para pemimpin negara berusaha mengubah mereka menjadi bangsa dengan bahasa dan budaya yang sama. Semua warga Indonesia harus menerima salah satu agama di Indonesia yang diakui secara resmi: Islam, Kristen, Katolik, Hindu atau Budha. Tapi Mentawai, seperti banyak suku-suku asli animisme Indonesia lainnya, tidak mau mengadopsi agama yang diakui oleh negara.
Foto: picture-alliance/dpa/Zulkifli
Diultimatum pemerintah
Tahun 1954, polisi Indonesia dan pejabat negara lainnya tiba di Siberut untuk memberikan ultimatum: Orang Mentawai memiliki waktu 3 bulan untuk memilih Kristen atau Islam sebagai agama mereka dan berhenti mempraktikkan ritus tradisional mereka, yang dianggap kafir. Kebanyakan warga Mentawai memilih Kristen. Mereka pun sempat dilarang bertato dan meruncingkan gigi yang merupakan bagian dari adat
Foto: Getty Images/AFP/S. Wibowo
Ritual asli dihabisi
Selama beberapa dekade berikutnya, polisi Indonesia bekerja sama dengan pejabat negara dan tokoh agama rutin mengunjungi desa-desa Mentawai untuk membakar hiasan tradisional dan simbol yang biasa dipakai untuk ritual keagamaan. Kaumtua melarikan diri lebih dalam ke hutan untuk menghindari tekanan aparat negara.
Foto: picture-alliance/maxppp/D. Pissondes
Rentan ideologi komunisme?
Reimar Schefold, antropolog Belanda yang tinggal di Mentawai pada akhir 1960-an, menceritakan Kepada New York Times, bagimana warisan kuno dihancurkan: "Ketika mereka gelar ritual, polisi datang, membakar peralatan tradisional mereka –yang dianggap berhala,” Pemerintahan di era Soeharto juga khawatir bahwa mereka yang tidak memeluk agama yang ditetapkan negara- rentan terhadap pengaruh komunis.
Foto: Imago/ZUMA Press
Hidupkan kembali tradisi
Sekarang hanya sekitar 2.000 warga Mentawai yang masih laksanakan ritual tradisional mereka. Demikian antropolog Juniator Tulius, Upaya hidupkan kembali tradisi Mentawa dimulai, namun masih terseok. Saat Indonesia menuju demokrasi pada tahun 1998, budaya Mentawai ditambahkan ke kurikulum sekolah dasar lokal. Warga Mentawai juga bisa beribadah dan berpakaian sebagaimana yang mereka inginkan.
Foto: picture-alliance/Godong
Melestarikan adat istiadat
Ini Aman Lau lau, ia disebut Sikerei atau dukun. Dapat dikatakan, ia adalah perantara yang bertugas menjaga kelancaran arus komunikasi antara manusia dengan alam atau roh. Dia punya perean sosial sebagai penyembuh atau menari, menghibur dan menyemarakkan pesta-pesta rakyat Mentawai. Editor: ap/as(nytimes/berbagai sumber)
Foto: imago/ZUMA Press
8 foto1 | 8
Tahun 1862, Ottow meninggal karena sakit dan dimakamkan di Kwawi, Manokwari. Di lokasi pemakaman Ottow kini dibangun Gereja Kristen Injili (GKI). Geissler hidup di Mansinam selama 14 tahun dan saat dalam perjalanan pulang untuk bertemu orang tuanya, Geissler meninggal dunia di Siegen, Nord Rhein Westfallen, Jerman pada tanggal 11 Juni 1870.
Kehidupan yang keras selama di Papua bisa diketahui dari catatan harian yang ditulis Geissler yang dibukukan oleh E. Baltin dan diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Pendeta Rainer Scheunemann. Buku tentang Geissler itu diberi judul "Fajar Merekah di Tanah Papua”.
Rainer Scheunemann menulis, "Lima tahun sesudah Injil masuk di tanah Papua, ada lebih banyak kuburan para misionaris dan penginjil daripada jumlah orang yang dibaptiskan.” Guna mengenang jasa Ottow dan Geissler, UU Otonomi Khusus di Papua memasukkan peringatan Hari Pekabaran Injil pada setiap tanggal 5 Februari yang dirayakan dengan ibadah dan seni budaya meriah di Pulau Mansinam.
Pengaruh Kristen Dalam Kehidupan Sosial dan Budaya di Jerman
Bagaimana peran dan pengaruh agama Kristen dalam kehidupan sosial dan budaya di Jerman masa kini? Inilah beberapa aspek menarik tentang kehidupan beragama di Jerman.
Foto: DW/M. M. Rahman
Agama dan penganutnya
Dua kelompok agama terbesar di Jerman adalah umat Katolik (23,6 juta) dan Protestan (21,9 juta). Selain itu masih ada penganut Islam (4,5 juta), Katolik Ortodoks (2 juta), Judaisme (99 ribu) dan agama-agama lain (851 ribu). Di luar itu ada sekitar 30 juta orang yang mengaku tidak beragama atau menganut kepercayaan lain.
Hanya sebagian kecil yang ke gereja secara reguler
Dari hampir 22 juta umat Protestan, hanya sekitar 776 ribu (3,5 persen) yang menyatakan pergi ke gereja secara teratur. Sementara umat Katolik hanya 2,4 juta dari seluruhnya 23,6 juta anggota yang beribadah ke gereja setiap hari Minggu.
Membayar "pajak gereja" (Kirchensteuer)
Gereja Katolik dan Protestan bekerjasama dengan negara untuk mengumpulkan yang disebut "pajak gereja", atau lebih tepatnya: iuran gereja. Setiap anggota kedua gereja ini wajib menyetor 8 sampai 9 persen pendapatannya, yang langsung dipotong oleh perusahaan tempat kerjanya dan disetor ke kantor pajak. Tahun 2016, dana gereja Katolik dan Protestan yang terkumpul adalah sekitar 11,6 miliar Euro.
Tanah dan bangunan
Gereja memiliki aset cukup besar berupa tanah dan bangunan, rumah sakit dan sekolah-sekolah. Di Jerman ada sekitar 25 ribu gedung gereja Katolik dan Protestan. Selain itu mereka menguasai lebih dari 800 ribu hektar tanah dan mengelola puluhan ribu sarana sosial.
Foto: picture-alliance/S. Derder
Peran tradisional di institusi publik
Gereja Katolik dan Protestan punya peran penting dalan institusi-institusi publik. Mereka misalnya mengirim wakil di Dewan Pengawas Lembaga Siaran Publik seperti ARD, ZDF dan Deutsche Welle.
Foto: DW
Anggota gereja tidak terlalu percaya doktrin agama
Dalam jajak pendapat dari tahun 2017 yang dilaksanakan INSA, hanya 52 persen umat Katolik dan 48 persen umat Protestan yang mengatakan mereka percaya tentang kebangkitan Yesus. Hanya 40 persen umat Katolik dan 32 persen umat Protestan yang mengatakan percaya ada kehidupan setelah kematian.
Foto: picture-alliance/dpa/R.Vennenbernd
Identitas Kristen tidak berkaitan dengan doktrin agama
Lembaga penelitian opini publik EMNID tahun 2017 melakukan jajak pendapat di kalangan penganut Katolik dan Protestan: apakah mereka percaya adanya Tuhan. 24 persen umat Protestan dan 11 persen umat Katolik mengatakan "tidak". Artinya, bagi mereka agama adalah bagian dari identitas sosial dan bukan doktrin-doktrin atau kaidahnya. (Kathleen Schuster/Ed: hp/ts)
Foto: picture alliance/dpa/P.Endig
7 foto1 | 7
Kontribusi di luar urusan iman
Pendeta Rainer Scheunemann adalah seorang Jerman kelahiran Kediri, Jawa Timur, yang tinggal dan melayani di Papua hingga saat ini. Ia bukan hanya berurusan soal misi Protestan sebagai pendeta, dosen di Sekolah Teologia di Jayapura dan produktif menulis buku rohani, namun bersama istrinya, Pendeta Rainer aktif membina klub sepak bola wanita Persipura usia di bawah 18 tahun. Tim binaan Pendeta Rainer dan istri sukses meraih banyak kemenangan yang dibuktikan dengan deretan piala di rumah mereka di Sentani, Jayapura, Papua.
Pendeta Rainer dan adiknya Timo Scheunemann memang penggemar sepak bola, keduanya meraih predikat lulusan terbaik untuk izin melatih kategori B dari FA Inggris. Timo menjadi pemain bola, pelatih dan mendirikan Malang Football Club yang mencari dan membina bakat anak muda Papua dalam sepak bola. Pendeta Rainer juga mengarang lagu rohani dan banyak lagu tentang Persipura, tim sepakbola andalan asal Papua.
Ketika Berganti Keyakinan
Mereka pindah agama karena kehendak mereka sendiri. Namun hal ini kerap menuai ketidakpahaman atau bahkan penolakan dari keluarga dan lingkungannya. Demikian pula yang dialami mereka di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Sebuah langkah besar
Ketika David Stang keluar Gereja Katolik, pada awalnya keluarganya syok. Dulu, waktu remaja, ia bahkan menjadi putra altar di gerejanya. Ia pun rajin membaca Alkitab. Ia merasa tidak cocok. Ia bercerita: "Saya dapat memahami, pastur tidak dapat menceritakan kepada saya tentang pasangan, misalnya."
Foto: DW/K. Dahmann
Tumbuh di hati
Dari kekecewaannya terhadap gereja Katolik, David Stang mulai melakukan pencarian makna pada agama-agama lain. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang pengacara Jerman, yang masuk agama Islam. "Dia membuat saya apa mengenal Islam dan nilai-nilai yang terkait dengan itu," kata pria itu. "Dan di sana saya menemukan makna bagi diri saya lagi.“
Foto: DW/K. Dahmann
Sebuah proses yang panjang
Bagi David Stang, masuk agama Islam berarti proses pembelajaran lagi: "Awalnya, saya pikir jika masuk Islam, maka Anda harus menjauhi alkohol, makan babi dan memakai janggut. Tapi pengacara yang memperkenalkannya dengan Islam menunjukkan kepadanya bahwa yang terpenting adalah perasaan betapa menyenangkan untuk menjadi seorang Muslim. Sisanya tinggal mengikuti."
Foto: DW/K. Dahmann
Kompromi iman
Sebagai kaum profesional, sehari-hari David Stang mengalami kemacetan antara Hannover dan kota kelahirannya Bonn. Lima kali sehari untuk berdoa tidak selalu memungkinkan baginya, maka ia kemudian memperpanjang doa di pagi dan sore hari. Untuk alasan profesional janggutanya pun ia pangkas. Yang penting, katanya, "mengintegrasikan iman ke dalam kehidupan."
Foto: DW/K. Dahmann
Penolakan Islam radikal
Terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan kaum Salafi di Bonn pada tahun 2012, atau teroris radikal, ia menjauhkan diri: "Jika agama itu membenarkan apa yang dilakukan teroris, misalnya memasang bom di sekitar leher, saya tak ingin berurusan dengan hal semacam itu.“
Foto: picture-alliance/dpa
Meninggalkan gereja
Ute Lass tumbuh dalam keluarga Katolik, tapi menurutnya gereja membatasinya. Ia bermimpi belajar teologi: “Tapi sebagai seorang teolog, saya tidak bisa berperan banyak dalam Katholik . Ia kemudian pindah gereja.
Foto: DW/K. Dahmann
Rumah baru
Lewat suaminya, yang dibaptis sebagai Protestan, Ute cepat menemukan kontak ke gereja Protestan. Anaknya diikutsertakan dalam kelompok bermain , diapun mencari kontak untuk ikut dalam paduan suara gereja. Namun butuh waktu lima tahun sampai dia memutuskan untuk membuat "langkah besar". Pendeta Annegret Cohen (kiri) dan Nina Gutmann (tengah) menemaninya dalam pertarungan batin ini.
Foto: DW/K. Dahmann
Sikap toleran
Keluarga dan teman-teman bereaksi positif. "Mereka mengatakan , ini jauh lebih cocok! " Bagaimana dengan tempat kerjanya, organisasi bantuan Katholik Caritas? Ute Lass mendapat lampu hijau. Mereka mengatakan, adalah penting bahwa Anda tetap dibaptis sebagai seorang Kristen dan ke gereja.
Foto: picture-alliance/dpa
Disambut
Di gereja Protestan, Ute Lass disambut dengan tangan terbuka. Dengan sukacita ia menangani hal seperti misalnya bazaar gereja. Apakah ia kadang merindukan kehidupannya sebagai umat Katholik?Jawabnya: “Saya memiliki iman yang kuat terhadap Bunda Maria, yang perannya tak seperti di gereja Protestan," katanya. “Tapi untuk beberapa hal, saya tetap seperti itu.“
Foto: DW/K. Dahmann
Memfasilitasi masuknya anggota
Selama bertahun-tahun, gereja-gereja Kristen melaporkan bahwa jumlah jemaatnya menurun: Semakin banyak orang keluar gereja, entah karena alasan agama atau hanya untuk menghindari gereja. Dalam rangka memfasilitasi masuknya anggota baru, gereja-gereja di Jerman menyambut baik, seperti di Fides, Bonn dimana pastur Thomas Bernard (kanan) bekerja.
Foto: DW/K. Dahmann
Akibat skandal?
Gereja Katolik dalam beberapa tahun terakhir mengalami berkurangnya jumlah umat. Banyak orang percaya, ini terjadi setelah sejumlah kasus pelecehan seksual dalam biara. "Skandal yang substansial," Thomas Bernard mengakui. "Kami telah demikian kehilangan daya tariknya." Meskipun berita di media menghancurkan nama gereja, dia yakin: "Iman dapat memberikan dukungan."
Foto: DW/K. Dahmann
Membuka pintu iman
Salah satu alasan mengapa orang bergabung dengan Gereja Katolik saat ini, menurut Thomas Bernard adalah liturgi. "Banyak orang mengagumi perayaan ibadah," katanya. Reformasi di tubuh gereja seperti ynag dilakukan paus yang baru, diharapkan menyebabkan banyak orang yang telah keluar dari Katholik, kembali menemukan gereja.
Foto: DW/K. Dahmann
Permohonan untuk kebebasan beragama
Orang-orang yang telah mengubah agama mereka, pernah ditampilkan dalam sebuah pameran di Munchen. Pameran ini menunjukkan permohonan untuk kebebasan hak asasi manusia, termasuk kebebasan memilih agama.
Foto: Jüdisches Museum München 2013
Bayipun ‘pindah agama‘
Gambar ini menunjukkan nasib putri Jennifer dan Ricky Grossman: Bayi tidak diakui sebagai Yahudi , karena ibunya bukan Yahudi. Oleh karena itu ibunya harus masuk Yahudi dulu, karena itulah syarat untuk bisa diterima sebagai anggota penuh dari komunitas Yahudi.
Foto: Jüdisches Museum München 2013
14 foto1 | 14
Romo Adolf J. Heuken datang ke Indonesia bukan hanya untuk berkhotbah. Sejak datang ke Jakarta tahun 1963 dan menjadi WNI tahun 1970, Romo Heuken justru sangat produktif menulis buku tentang Jakarta antara lain: Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta, Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta I-III, Menteng; Kota Taman Pertama di Indonesia, Gereja-gereja Tua di Jakarta, Gereja-gereja Bersejarah di Jakarta dan terakhir terbit tahun 2017 adalah "Sejarah Jakarta dalam Lukisan dan Foto”.
Buku penting lainnya adalah Ensiklopedia Gereja, Ensiklopedia Katolik dan kamus bahasa Jerman-Indonesia dan Indonesia-Jerman. Romo Heuken pada tahun 2013 mendapat penghargaan dari pemerintah Indonesia atas dedikasinya selama 50 tahun di Indonesia. Romo Heuken juga menerima penghargaan Bintang Penghargaan Republik Federal Jerman pada tahun 2008 berkat jasanya dalam membangun hubungan Jerman dan Indonesia.
Para misionaris datang dari negeri yang jauh dan bersedia hidup di lingkungan yang sangat berbeda dari tanah asal mereka demi panggilan pelayanan. Peran misionaris bukan hanya untuk membawa manusia mengenal Tuhan, tetapi juga membawa pengetahuan yang berguna untuk hidup berkat ketrampilan bertukang, bertani, beternak dan mengajarkan baca-tulis-berhitung termasuk urusan kebersihan diri.
Penulis @monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator #IAMBRAVEINDONESIA.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
*Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.
Menyingkap Asal Usul dan Polemik Kerudung Penutup Kepala
Lewat foto bersejarah, desain busana mewah juga video dan lukisan, pameran berjudul "Terselubung, Tidak Terselubung: Kerudung Kepala" di Wina soroti kerudung dan maknanya dalam berbagai agama, daerah dan sejarah.
Menyingkap Penutup Kepala
Di masyarakat Barat masa kini, penutup kepala otomatis diasosiasikan dengan kerudung yang digunakan dengan alasan religius, terutama yang dikenakan perempuan Muslim. Tetapi ide dan praktek menyelubungi kepala tidak dibatasi agama, kebudayaan dan wilayah negeri. Pameran berjudul "Veiled, Unveiled! The Headscarf" di Weltmuseum (museum dunia), di kota Wina memaparkan hal ini.
Kerudung dalam Agama Kristen
Dalam agama Kristen, kerudung dipandang sebagai tanda keperawanan dan kesederhanaan. Tampak di kiri lukisan Santa Maria yang mengenakan kerudung berwarna biru dengan motif bintang. Alkitab menilai rambut perempuan tidak layak ditunjukkan ketika berdoa. Namun demikian ada juga perempuan Kristen yang mengenakan kerudung setiap saat. Gambar kiri adalah foto perempuan Kristen di Turki dari tahun 1886.
Kerudung bagi Perempuan dan Pria
Pameran di Wina juga mempertunjukkan kerudung dari berbagai bagian dunia, tidak hanya figur-figur yang mengenakannya. Dan bukan hanya kerudung perempuan saja yang dipertunjukkan, melainkan juga yang dikenakan pria. Gambar kiri adalah kerudung pengantin Tunisia dari pertengahan abad ke-20. Kerudung di kanan dengan motif dua elang digunakan anggota pria sebuah ordo agama di Guatemala.
Penutup Kepala dan Wajah bagi Pria di Kawasan Gurun
Foto yang dibuat Ludwig Gustav Alois Zöhrer asal Wina, menunjukkan pria Tuareg yang mengenakan penutup wajah tradisional dari suku peternak nomad di Afrika Utara. Penutup kepala, kerap berwarna biru indigo, diyakini bisa menghalau roh jahat. Mengenakan penutup kepala adalah ritual penting bagi pria, sebagai tanda ia sudah dewasa. Perempuan, sebaliknya, biasanya tidak menutup wajah mereka.
Foto: KHM-Museumsverband
Keputusan Diri Sendiri
Kerudung dan penutup kepala yang dikenakan sejumlah perempuan Muslim kerap jadi perdebatan. Nilbar Güres angkat topik ini dalam video berjudul "Soyunma/Undressing" (2006). Di video ia menyingkap sejumlah lapisan penutup kepala yang diberikan oleh sejumlah perempuan, yang namanya ia sebut satu persatu. Ini langkah otobiografis yang menekankan bagaimana perempuan Muslim "mengutamakan diri sendiri."
Foto: Courtesy Galerie Martin Janda, Wien
Penggambaran Abstrak
Pameran di Wina juga mengikutsertakan benda-benda yang mengetengahkan penutup kepala secara abstrak. Gambar menunjukkan karya fotografer Austria, Tina Lechner, yang berjudul "Xiao," yang menampilkan bagian belakang kepala perempuan, yang diselubungi kain panjang berkerut.
Foto: Courtesy Galerie Hubert Winter, Wien
Penutup Kepala Tua Tapi Baru dari Suzanne Jongmans
Dilihat sepintas, orang bisa salah mengira karya Jongman yang berjudul "Mind over Matter — Julie, Portrait of a Lady" adalah lukisan karya pelukis Belanda, Weyden dari abad ke-15, yang berjudul "Portrait of a Lady." Tapi ternyata kerudung yang dikenakan berasal dari kertas pengemas. Selain itu, cincinnya adalah tutup kaleng. Dan bajunya dijepit di bagian tengah dengan jarum pentul.
Foto: Courtesy Galerie Wilms
Dari Konservatif Menuju Emansipasi
Di Austria, di masa sebelum Perang Dunia II, perempuan yang mengenakan penutup kepala dengan busana tradisional Dirndl dianggap berakar kuat, praktis dan konservatif serta patriotis. Tapi di tahun 1950-an, penutup kepala sudah berubah jadi benda mewah. Kerap terbuat dari sutera dan jadi simbol perempuan elegan dan beremansipasi. Gambar menunjukkan pemenang pertama kompetisi fesyen dari tahun 1964.
Foto: Modeschule der Stadt Wien im Schloss Hetzendorf
Penutup Kepala Mewah 'Haute Couture'
Sejak 2003 desainer Austria, Susanne Bisovsky terkenal dengan koleksinya "Viennese Chic" (gaya keren Wina). Karyanya kerap berupa renda yang dipenuhi motif bunga, dan berdasar pada busana bersejarah Austria, dan dirancang untuk permpuan modern Wina. Koleksi 2018 (lihat foto) dibuat spesial untuk pameran di Weltmuseum, dan melibatkan penutup kepala yang memesona. Penulis: Cristina Burack (ml/hp)