Musik gamelan sudah biasa didengar orang Indonesia. Tapi di Jerman ternyata musik ini juga disenangi, bahkan dimainkan sekelompok orang Jerman, yang tergabung dalam sanggar Bali Puspa. Bagaimana cara membuat musik tradisional Indonesia populer di negeri orang?
Iklan
Simak juga galeri foto berikut
Belajar Main Gamelan di Jerman
Siapa bilang musik tradisional Indonesia hanya diminati di negara asal? Warga Jerman juga ada yang berminat belajar main gamelan. Mereka antara lain tergabung dalam sanggar Bali Puspa.
Foto: DW/M. Linardy
Menekuni musik Bali sejak kecil
Sanggar Bali Puspa didirikan oleh Nyoman Suyadni Mindhoff. Ia bercerita, sejak kecil ia sudah belajar menari di pure.
Foto: DW/M. Linardy
Membawa gamelan dari Indonesia
Nyoman bercerita, di Jerman ia dulu juga menari di berbagai acara dan mengajarkan anak-anak menari Bali. Kemudian timbul keinginan untuk mendatangkan instrumen gamelan, "supaya punya musik live." Demikian ceritanya.
Foto: DW/M. Linardy
Mendirikan sangar Bali Puspa
Ia kemudian mendirikan grup bukan hanya penari, melainkan juga grup pemain gamelan. Awalnya ia mencari guru, kemudian sedikit demi sedikit mengumpulkan orang Jerman yang berminat. Salah satunya Andreas Herdy (foto), dosen musik di Universitas Hildesheim yang jadi guru grup gamelannya.
Foto: DW/M. Linardy
Orang Jerman belajar main gamelan
Nyoman bercerita, memang awalnya bagi orang Jerman sulit untuk memainkan gamelan. Mereka terutama sulit mengkoordinasikan tangan. Apalagi musik yang dimainkan, yaitu musik khas Bali, bukan musik yang sering didengar di Jerman.
Foto: DW/M. Linardy
Kesabaran perlu
Tapi seperti banyak hal lainnya, dengan kesabaran dari guru dan ketekunan murid, orang-orang yang benar-benar berminat akhirnya bisa main gamelan.
Foto: DW/M. Linardy
Memperkenalkan dan menyebar kebudayaan Indonesia
Hingga sekarang, sanggar Bali Puspa sudah berkali-kali ikut dalam berbagai acara di berbagai kota di Jerman, dan di beberapa negara tetangga Jerman. Rencana berikutnya juga sudah ada. Mereka akan mengadakan Malam Indonesia di Köln. Penulis: Marjory Linardy (ap)