1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiTurki

Mengapa Banyak Perusahaan Turki Pindah ke Mesir?

Elmas Topcu | Aram Ekin Duran
30 November 2023

Karena inflasi yang terus menjulang, semakin banyak perusahaan Turki mencari lokasi baru. Dengan biaya produksi yang rendah dan bebas visa perjalanan, Mesir jadi alternatif menarik.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) bersalaman dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi (kanan) di KTT G20 India, September 2023
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) bersalaman dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi (kanan) di KTT G20 India, September 2023Foto: Murat Cetinmuhurdar/TUR Presidency/AA/picture alliance

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Mesir Mesir Abdel Fattah al-Sisi selama hampir sepuluh tahun saling bersaing dan bersitegang. Namun tahun lalu, di sela-sela Piala Dunia di Qatar, keduanya bersalaman sambal tersenyum dikerubungi para juru foto.

Jabat tangan singkat di Qatar kemudian diikuti oleh dua pertemuan resmi tahun ini: satu kali pada KTT G-20 di New Delhi bulan September lalu, kemudian pada KTT Organisasi Kerja Sama Islam OKI di Riyadh, Arab Saudi, beberapa minggu lalu.

Ketika pada tahun 2013 Presiden Muhammad Morsi, yang dekat dengan Ikhmanul Muslimin dan terpilih secara demokratis, digulingkan oleh panglima militer saat itu dan Presiden Abdel Fattah al-Sisi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan segera memihak Morsi dan menyebut penguasa baru al-Sisi sebagai pemimpin kudeta, pembunuh, tiran dan firaun.

Erdogan bahkan menjadikan lambang Ikhwanul Muslimin, empat jari yang terentang, menjadi lambangnya. Dia juga sering menelepon politisi oposisi Mesir untuk menunjukkan kebenciannya terhadap al-Sisi.

Ibu Kota Mesir, KairoFoto: Gehad Hamdy/picture alliance/dpa

Mesir dan Turki terpaksa saling mendekat

Kairo sebaliknya menuduh Erdogan telah mendukung teror Ikhwanul Muslimin dan memberi mereka perlindungan di Bosporus. Mesir dan Turki juga berada di pihak yang berlawanan dalam konflik Libya. Sementara di Mediterania, mereka memiliki kepentingan yang berbeda dalam hal cadangan gas baru.

Meski demikian, keduanya terpaksa menjadi lebih dekat karena krisis politik dunia dan situasi ekonomi yang buruk di negara mereka masing-masing. Setahun lalu, delegasi bisnis Turki dan Mesir bertemu untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun, dan sejak saat itu hubungan perdagangan antara kedua negara terus berlanjut.

Banyak perusahaan Turki merasa sangat tidak puas dengan negaranya sendiri. Kebijakan suku bunga rendah yang tidak konvensional yang dijalankan Erdogan terus memicu inflasi, yang baru-baru ini mencapai lebih dari 61 persen menurut data resmi pemerintah.

Selain itu, biaya energi di Turki jadi sangat mahal, dan kebijakan suku bunga bank sentralnya tidak menentu.

Mesir menarik karena biaya produksi lebih murah

Mesir selalu menjadi fokus karena biaya personel dan produksi di sana jauh lebih murah dibandingkan di Turki. Bulan April tahun ini, Mesir juga mencabut persyaratan visa bagi penunjung dari Turki.

Total investasi Turki di Mesir tahun 2023 telah mencapai angka USD2,5 miliar. Diperkirakan jumlahnya akan lebih dari tiga miliar dolar sampa akhir tahun ini. Selain kondisi produksi yang hemat biaya, perusahaan Turki yang mendirikan toko di Mesir juga berpeluang mendapatkan akses perdagangan bebas bea dengan negara-negara lain. Para ahli memperkirakan, hal ini akan memungkinkan perusahaan Turki membuka pasar internasional baru.

"Mesir memang menarik, tapi pencabutan persyaratan visa bagi warga negara Turki adalah titik baliknya,” tegas Mustafa Denizer, ketua Asosiasi Bisnis Turki-Mesir, dalam wawancara dengan DW. Agar tetap kompetitif secara internasional, perusahaan-perusahaan Turki telah mencari alternatif lokasi di negara lain selama beberapa tahun. "Dengan kebebasan visa, hambatan terakhir telah hilang," kata Denizer.

Menurutnya, sekarang sudah ada 35 perusahaan industri Turki yang aktif di Mesir, dengan penjualan tahunan lebih dari USD1,5 miliar. "Tren perpindahan produksi dari turki ke Mesir akan berlanjut," tambah ketua Asosiasi Bisnis Turki-Mesir itu. Perusahaan-perusahaan Turki terutama fokus pada dua sektor khusus, yaitu industri otomotif dan industri tekstil.

(hp/as)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait