Mengapa Hasil Pemilu di Nigeria Penting bagi Jerman
Daniel Pelz
24 Februari 2023
Nigeria akan melangsungkan pemilihan umum hari Sabtu (25/2) di tengah krisis ekonomi dan konflik kekerasan. Hasilnya juga akan berdampak pada hubungan negara Afrika Barat itu dengan Jerman.
Iklan
Nigeria adalah ekonomi terbesar di Afrika dan negara dengan penduduk terpadat. Pengaruh negara itu di Uni Afrika sangat besar dalam isu-isu internasional, apakah itu perubahan iklim atau perang Rusia di Ukraina.
"Kami ingin bekerja lebih dekat dengan mitra penting ini" karena Nigeria adalah suara Afrika yang "membawa bobot internasional", kata menteri luar negeri Jerman Annalena Baerbock ketika berkunjung ke negara itu Desember 2022. Jerman ketika itu mengembalikan artefak rampasan Inggris dari Nigeria, yang dulu kemudian dijual ke museum-museum Jerman.
Kalangan pengamat menilai, pemilu di Nigeria kali ini sangat penting, justru untuk situasi di kawasan dan di kancah internasional. "Ini adalah pertama kalinya kami mengadakan pemilu dalam keadaan ketidakpastian umum. Integritas teritorial Nigeria dipertaruhkan," kata Nkwachukwu Orji dari Universitas Nigeria.
Kelompok separatis dan geng kriminal di selatan, konflik berdarah antara petani dan penggembala di Nigeria tengah, dan teror ekstremis Islam di utara telah menjerumuskan sebagian besar negara ke dalam kekacauan.
Ketegangan meningkat di tengah persaingan ketat
Pengamat politik di Berlin dan ibu kota Eropa lainnya khawatir situasinya bisa semakin memburuk. Pemilu kali ini diperebutkan dengan sangat ketat, karena Presiden Nigeria Muhammadu Buhari harus mundur setelah menjabat dua periode.
Iklan
Ada tiga calon yang bersaing untuk merebut kursi presiden. Bola Tinubu dari "All Progressives Congress” yang berkuasa, mantan Wakil Presiden Atiku Abubakar dari People's Democratic Party, dan pengusaha kaya Peter Obi yang maju untuk Partai Buruh, politisi yang sangat populer di kalangan pemilih muda.
"Hasil pemilu di Nigeria sulit diprediksi. Beberapa kali dalam sejarah Nigeria, ada ketakutan akan kekerasan setelah pemilu, dan tidak terjadi apa-apa," kata Lynda Iroulo dari Universitas Georgetown di Amerika Serikat. Tahun 2015 misalnya, Presiden Nigeria saat itu Goodluck Jonathan melepaskan kekuasaan secara damai setelah kalah dalam pemilu, sekalipun sebelumnya dikhawatirkan akan pecah kerusuhan.
Memang jika pemerintah baru gagal terbentuk atau situasinya menjadi kacau balau, akan ada konsekuensi serius bagi negara-negara Barat, terutama di Eropa. "Migrasi akan menjadi masalah besar. Sudah banyak orang yang pergi. Ini menunjukkan betapa kecilnya kepercayaan mereka, bahwa negara akan melindungi rakyatnya," kata Nkwachukwu Orji kepada DW.
Sejarah Kebiadaban Kolonial Jerman
Jejak kolonialisme Jerman sudah banyak dilupakan. Namun kebiadaban pemerintahan kolonial lebih dari seabad silam masih menghantui hingga kini. Inilah penggalan sejarah kelam Jerman yang tak tuntas.
Foto: public domain
'Masa depan di Samudera'
Di Bawah kanselir Otto von Bismarck, Jerman menjajah Namibia, Kamerun, Togo dan sebagian wilayah Tanzania dan Kenya. Warisan Bismarck dilanjutkan Kaisar Wilhelm II (gambar) dengan membangun armada laut untuk memperluas wilayah kolonial Jerman. Bismarck sebenarnya bukan "pria kolonial." Agresi Jerman dilakukan cuma buat "melindungi rute perdagangan."
Foto: Hulton Archive/Getty Images
Jajahan Jerman
Jerman lalu membeli sejumlah wilayah jajahan di Pasifik, antara lain wilayah utara Papua Nugini, Kepulauan Bismarck, Kepulauan Marshall dan Solomon serta Qingdao di Cina. Sebuah konfrensi negara kolonial Eropa di Brussels tahun 1890 juga menelurkan hak buat Jerman untuk menduduki kerajaan Rwanda dan Burundi. Hingga akhir abad ke-19, perluasan wilayah kolonial Jerman resmi berakhir.
Foto: picture-alliance / akg-images
Manusa Kelas Dua
Populasi "kulit putih" di wilayah jajahan Jerman tidak lain adalah sekelompok kecil warga Eropa yang menikmati berbagai hak dan imunitas. Tahun 1914 sebanyak 25 ribu warga Jerman hidup di wilayah kolonial, hampir separuhnya menetap di Namibia. Sementara 13 juta penduduk lokal dianggap sebagai manusia kelas dua tanpa hak sipil.
Foto: picture-alliance/dpa/arkivi
Genosida Pertama Abad ke-20
Pembantaian terhadap etnis Herero dan Nama di Namibia adalah kejahatan terbesar Jerman di era kolonialisme. Pada pertempuran Waterberg, 1904, pasukan Jerman memblokir akses terhadap air buat pemberontak Herero yang melarikan diri ke gurun Namib. Akibatnya 60.000 orang mati kehausan.
Foto: public domain
Kejahatan yang Terlupakan
Cuma sekitar 16.000 anggota etnis Herero yang hidup setelah pemberontakan gagal. Mereka ditahan di kamp konsentrasi. Hasilnya sebagian meninggal dunia. Hingga kini jumlah pasti korban masih diliputi misteri. Berbeda dengan kejahatan NAZI di Perang Dunia II, Jerman belum pernah membayar ganti rugi atas pelanggaran HAM di era kolonialisme.
Foto: public domain
Alergi Masa Lalu
Antara 1905 dan 1907 berbagai kelompok etnis di wilayah yang kini bernama Burundi, Tanzania dan Rwanda bersatu untuk melawan Jerman setelah penduduk dipaksa menanam kapas untuk diekspor. Sekitar 100.000 pasukan pemberontak tewas dalam perang Maji-Maji. Hingga kini sejarah kelam tersebut jarang dibahas di Jerman. Sebaliknya pemberontakan itu adalah bagian penting dalam sejarah Tanzania.
Foto: Downluke
Reformasi Dernburg
Setelah berbagai perang pemberontakan, Jerman akhirnya merestrukturisasi pemerintahan kolonial untuk memperbaiki situasi penduduk di wilayah jajahan. Bernhard Dernburg (gambar) yang seorang pengusaha itu diangkat sebagai Menteri Kolonial dan menggulirkan reformasi untuk memperbaiki kebijakan Jerman di wilayah jajahannya. Dernburg terutama membidik manfaat ekonomi dari kolonialisme.
Foto: picture alliance/akg-images
Akhir Kolonialisme
Takluk di Perang Dunia I, Jerman lalu menandatangani perjanjian damai di Versailles tahun 1919. Dalam proses negosiasi Berlin harus menarik diri dari semua wilayah jajahannya. Akibatnya kas negara yang hampir kosong akibat perang semakin menciut. Jerman pun memasuki dekade penuh ketidakpastian ekonomi.
Foto: ullstein bild - histopics
Perundingan Alot
Negosiasi seputar pembantaian etnis Herero dan Nama kini memasuki fase tersulir. Jerman masih enggan memberikan uang ganti rugi. Perwakilan Herero akhirnya mengajukan keberatan resmi kepada PBB setelah tidak dilibatkan dalam proses perundingan.
Foto: Dagmar Wöhrl
9 foto1 | 9
Mitra dagang penting bagi Jerman
Komunitas bisnis Jerman sedang menantikan perubahan kekuatan yang akan datang di Nigeria, terlepas dari siapa yang pada akhirnya memenangkan perlombaan. "Semua kandidat yang mencalonkan diri lebih ramah bisnis daripada pemerintah saat ini," kata Christoph Kannengiesser dari Asosiasi Bisnis Jerman-Afrika.
Dia sendiri melihat potensi besar untuk kerja sama yang lebih erat. Nigeria adalah mitra dagang terpenting kedua bagi perusahaan Jerman di Afrika sub-Sahara setelah Afrika Selatan. "Nigeria adalah pasar yang sulit tetapi menarik bagi perusahaan Jerman," kata Kannengiesser kepada DW.
Politisi dan kalangan bisnis saat ini tertarik untuk mengembangkan kerja sama dalam energi terbarukan. Jerman ingin menjadi negara netral iklim pada 2045. Untuk mencapai tujuan itu, Jerman sangat membutuhkan hidrogen hijau, yang juga dapat disediakan oleh Nigeria. (hp/vlz)