Mengapa Jerman Ragu Kirim Tank Tempur Leopard 2 ke Ukraina?
24 Januari 2023Sekalipun tekanan dan kritik makin gencar terhadap Jerman, Kanselir Olaf Scholz tetap bergeming. Dalam hal pengiriman panser tempur berat ke Ukraina, dia berulangkali menekankan tiga prinsip pemerintah: Pertama, Ukraina harus menerima dukungan sebanyak mungkin; kedua, konflik langsung antara NATO dan Rusia harus dicegah; ketiga, tindakan sepihak oleh salah satu negara pendukung harus dihindari.
Keputusan harus dibuat hanya "dengan konsultasi dan koordinasi yang erat dengan teman dan sekutu kita", katanya sekali lagi pada akhir pekan. "Kami tidak akan membiarkan diri kami membuat pernyataan gegabah. Kami tidak melihat kebutuhan untuk mengatakan sesuatu setiap 10 menit, hanya agar ada obrolan tentang hal-hal serius seperti perang dan perdamaian, atau keamanan negara kami dan Eropa," kata Scholz.
Banyak pengamat berspekulasi tentang alasan keraguan dan sikap Olaf Scholz berkaitan dengan permintaan Ukraina agar Jerman segera mengirimkan tank Leopard 2. Ada apa dengan Olaf Scholz dan partainya SPD?
Perspektif Sosialdemokrat SPD soal kebijakan luar negeri Jerman
Pada hari Senin (23/1) partai SPD merilis makalah kebijakan luar negeri yang baru, yang menyerukan agar Jerman mengambil peran lebih besar di panggung internasional. Makalah setebal 23 halaman itu berjudul: Sosial Demokrat menjawab pergolakan dunia,” dan dipresentasikan oleh salah satu jajaran ketua SPD, Lars Klingbeil, di Berlin.
Lars Klingbeil mengatakan, partai perlu menjawab pertanyaan mendasar: "Apa perspektif Sosial Demokrat? Bagaimana mendefinisikan hubungan kita dengan Rusia, Cina , dan Amerika Serikat? Bagaimana Eropa yang percaya diri dan berdaulat mendefinisikan dirinya sendiri, dan apa peran Jerman di dunia yang berubah dengan cepat ini?"
Memasok senjata ke zona perang memang masih menjadi topik baru dan sensitif bagi Jerman. Minggu lalu, di salah satu acara talkshow politik paling populer di Jerman, pakar perdamaian dan konflik Nicole Deitelhoff menunjukkan bahwa selama beberapa dekade, telah ada "pemahaman tertentu" bahwa Jerman akan selalu bersikap menahan diri. "Akan memakan waktu sangat lama," katanya, bagi Jerman untuk menerjemahkan makna "kepemimpinan" ke dalam kebijakan operasional,dan ke dalam perencanaan strategis.
Sikap hati-hati Kanselir Olaf Scholz memang mendapat dukungan luas di partainya. Lars Klingbeil mengatakan di Berlin, ada "dukungan penuh" untuk koordinasi internasional yang erat mengenai masalah ini, dan untuk memastikan "bahwa kita sendiri tidak menjadi pihak yang berperang." Dia menjelaskan, bagi SPD "kepemimpinan bukan berarti menguasai orang lain. Bagi kami, itu berarti mengadopsi gaya kepemimpinan kooperatif."
Pemilih yang terpecah
Olaf Scholz sendiri percaya bahwa kebijakannya sejalan dengan keinginan penduduk Jerman: "Mayoritas warga mendukung keputusan pemerintah yang hati-hati, dipertimbangkan dengan baik, dan dipersiapkan dengan seksama," katanya.
Survei terbaru lembaga riset dimap infratest minggu lalu menunjukkan bahwa sikap pemilih Jerman terpecah dalam hal ini. Ditanya apakah tank tempur berat perlu dikirim ke Ukraina, 46% responden mendukung, 43 persen menentang.
Pereferensi partai dalam hal pengiriman senjata berbeda-beda. Di antara pendukung partai oposisi utama CDU, 66 persen mendukung dan 29 persen menentang pengiriman senjata. Sedangkan dalam pemerintahan koalisi Merah-Kuning-Hijau, 49 persen pendukung SPD mengatakan setuju dan dan 40% menentang pengiriman tank tempur. Di Partai Hijau situasinya lebih jelas: 61 persen pendukung Partai Hijau mendukung pengiriman Leopard 2 ke Ukraina. Di Partai Liberaldemokrat FPD situasinya kira-kira berimbang antara yang setuju dan tidak setuju.
Jadi, sikap ragu Kanselir Jerman Olaf Scholz memang menggambarkan pandangan pemilih Jerman yang masih terpecah soal pengiriman senjata ke Ukraina.
(hp/yf)