Penampilan Fisik Perempuan Kenapa jadi Olok-Olok Kaum Pria?
22 Februari 2018
Pesek, gembrot, tonggos, seringkah Anda dengar hinaan semacam itu? Kenapa penampilan fisik perempuan kerap jadi sasaran olok-olok, terutama jika sudah tak mampu saingi argumen atau otak? Simak kritik Uly Siregar.
Iklan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkenal sering menyasar perempuan soal penampilan fisik mereka. Saat awal-awal masa kampanye presiden tahun 2016, ia mengejek kandidat presiden sesama partai Republik yang menjadi saingannya, Carly Fiorina. "Lihat deh tampang dia. Apakah ada yang mau memilih dia? Bisakah Anda bayangkan itu wajah presiden kita yang berikutnya?”
Miss Universe 1996 asal Venezuela, Alicia Machado, dia hina sebagai perempuan gendut. Bahkan fotomodel cantik sekelas Heidi Klum pun tak luput dari sasaran. "Menyedihkan, dia (Heidi Klum) tak lagi bernilai 10.” Ketika tak ada lagi hal signifikan yang bisa dijatuhkan, laki-laki menyasar urusan fisik. Saat bertengkar dengan talk-show host, Rosie O'Donnell, Trump memanggil dia sebagai ‘my nice fat little Rosie', dan setelahnya masih berulang kali mengejek penampilan fisik Rosie.
Perempuan mungkin sudah kenyang menerima hinaan laki-laki soal penampilan fisik mereka. Bahkan pada saat yang paling menyedihkan, seperti dalam kasus pelecehan seksual, perempuan rentan diolok-olok soal penampilan fisiknya.
Saat reporter majalah People, Natasha Stoynoff, menceritakan kisah horor dia saat dilecehkan secara seksual oleh Donald Trump pada tahun 2005, Trump tak hanya mengelak tuduhan tersebut tapi justru berbalik menghina Natasha Stoynoff. Saat tuduhan itu beredar bersamaan dengan masa kampanye presiden tahun lalu, Trump di tengah massa dengan sinis mengejek, "Coba lihat... coba lihat dia, perhatikan kata-katanya, kasih tahu saya, bagaimana menurut Anda. Nggak mungkin, kan?”
Cuma di Amrik yang seperti ini?
Kelakuan Trump yang menjijikkan ini ternyata bukan soal kultur Barat yang menjunjung kebebasan dalam berekspresi. Di Indonesia pun kebiasaan mengejek penampilan fisik perempuan gampang ditemui.
Warganet di jagad media sosial sempat terperanjat atas pernyataan Ustaz Abdul Somad yang secara terang-terangan mengejek penampilan fisik presenter televisi Rina Nose. Ia menyebut Rina sebagai golongan artis jelek, berhidung pesek, buruk.
Serangan itu muncul saat Rina Nose sedang ramai diperbincangkan karena keputusannya untuk melepas jilbab. Entah apa hubungan antara keputusan personal melepas jilbab dengan hidung yang pesek. Yang pasti, Uztaz Abdul Somad merasa perlu untuk menyerang penampilan fisik Rina Nose terutama bagian hidung pesek.
Suatu hal yang aneh dan tak pantas menjadi bahan olok-olok, karena secara umum orang Indonesia memang tidak memiliki hidung mancung seperti ras kulit putih.
Foto Langka Putri Harem Persia
Beberapa di antara putri itu berkumis, mengenakan tutu. Tak sembarangan orang bisa masuk ke harem Raja Nasir al-Din Shah Qajar. Namun kekuatan lensa kamera mengabadikan kehidupan para putri.
Foto: IICHS
Pemain piano pertama di Iran
Raja Nasir al-Din Shah Qajar tidak hanya memiliki banyak istri, tapi juga punya banyak anak. Esmat al-Dowleh atau Esmat al Dwala merupakan salah satu putri Raja Nasir Shah. Ibunya, Taj al-Dawla atau Taj el Dowleh merupakan selir Raja Nasir Shah. Esmat lahir pada tahun 1855. Sang ayah mengimpor piano ke Iran dan Esmat el-Dowleh kemudian menjadi perempuan pertama di Iran yang bisa main piano.
Foto: IICHS
Tiga generas dalam bingkai
Dari pernikahannya dengan Taj el Dowleh, raja memperoleh empat orang anak. Tampak dalam foto: istri raja: Taj al-Dowleh, putrinya : Esmat al-Dowleh dan cucunya atau anak Esmat: Fahr al-Taj. Anak perempuan Esmat al-Dowleh dalam foto adalah anak keempat.
Foto: IICHS
Keturunan dinasti Qajar
Raja Nasir al-Din Shah Qajar beristri lebih dari 80 orang. Jumlah anaknya lebih dari 40 orang, namun beberapa orang meninggal ketika baru lahir atau masih berusia anak-anak. Yang bertahan hidup 26 orang. Dari anak-anak tersebut raja memperoleh banyak cucu. Tampak dalam foto, salah satu cucunya, Fahr al-Taj.
Foto: IICHS
Cucu raja
Cucu Raja Nasir al-Din Shah Qajar, Fahr al-Taj tampak sedang bersantai di pinggir kebun. Dalam foto-foto zaman raja Nasir al-Dhin Qajar, perempuan-perempuan Persia cukup aktif mengekspresikan diri. Di masa ini, mereka juga tak menutup wajahnya dengan cadar
Foto: IICHS
Kumis Putri Esmat al Dowleh
Pada masa itu, sangat lumrah jika perempuan berkumis. Berbagai laporan menyebutkan , begitu banyak pria mengagumi kecantikan putri raja berkumis itu dan ingin meminangnya. Esmat sering menolak lamaran-lamaran itu.
Foto: IICHS
Berasyik-masyuk di kebun
Ini adalah foto Esmat al-Muluk, cucu raja Nasir Shah Qajar. Ia berfoto bersama suaminya, Hassan Mostofy al-Muluk.
Foto: IICHS
Bersuami PM Persia
Suami Esmat al-Muluk (cucu raja ), Hassan Mostofy al-Muluk, merupakan perdana menteri Iran selama periode Qajar dan Pahlevi. Tak jauh dari mereka, duduk Esmat el-Muluk.
Foto: IICHS
Konyol-konyolan ala putri-putri
Ya..belum ada selfie atau wefie saat itu. Tapi semangat berfoto, tetap heboh.... Para perempuan dalam harem berasal dari berbagai latar belakang budaya, wilayah dan status sosialnyapun beragam. Mereka juga membantu tugas raja dan punya pengaruh di istana. Mereka beranak cucu. Tampak dalam foto, anak- cucu Raja Nasir al-Din Shah yang berpose jenaka.
Foto: IICHS
Putri yang progresif
Taj al-Saltanah dilahirkan tahun 1883 dari salah satu istri Raja Nasir yang bernama Turan al-Saltaneh. Putri kesayangan raja ini sangat terkenal sebagai feminis dan anggota The Society of Women’s Freedom.
Foto: IICHS
Melawan saudara laki-lakinya sendiri
Putri Taj al-Saltanah merupakan salah satu pendorong Revolusi Konstitusional di Iran melawan abangnya sendiri, Mozaafar al-Dhin Shah, yang hidup mewah dari pinjaman Rusia dan Inggris. Revolusi tahun 1905-1907 ini memperjuangkan sistem konstitusional dan menentang kekuasaan absolut kerajaan serta intervensi asing di Iran.
Foto: IICHS
Putri terkasih
Raja Nasir al-Din Shah Qajar amat mengasihi putrinya yang progresif ini. Sang putri juga dikenal dekat dengan kalangan sastrawan, terutama para penyair. Meski dicinta sang ayah, ia dibenci oleh saudara laki-laki ynag menggantikan ayahnya sebagai raja. Mozaafar al-Dhin Shah sangat tidak suka dengan aktivitas Taj di ruang publik.
Foto: IICHS
Dari harem ke modernitas
Taj al-Saltanah juga aktiv menulis buku. Salah satu karyanya berjudul: Crowning Anguish: Memoirs of a Persian Princess from the Harem to Modernity 1884-1914.
Foto: IICHS
Panen buah delima
Esmat al-Dowleh memiliah-milah buah delima. Foto-foto dalam album kerajaan ini memberikan kesempatan pada dunia luar untuk melihat perempuan "pertama" Iran dalam sejarah modern.
Foto: IICHS
Bersenang-senang di kebun
Esmat al-Dowleh bersama saudari-saudari dan kawan-kawannya di kebun. Ayahnya Raja Nasir al-Din Shah Qajar yang modern merupakan sultan pertama Persia yang secara resmi mengunjungi Eropa pada tahun 1873, 1878 dan 1889.
Foto: IICHS
Literatur dalam istana
Esmat el-dowleh tampak tengah menulis. Saat mengunjungi Eropa, ayahnya takjub dengan kemajuan teknologi dan budaya. Kembali ke Iran ia membawa budaya barat ke Persia. Di antaranya dengan mengenalkan baju balet agar dikenakan oleh para perempuan di haremnya serta budaya literatur.
Foto: IICHS
Esmat al-Dowleh di usia senja
Esmat al-Dowleh berfoto bersama para saudarinya dan kerabat. Beberapa foto dalam album ini disimpan di Institute for Iranian Contemporary Historical Studies.
Foto: IICHS
Foto berkabung
Malaria merenggut nyawa Putri Esmat al-Dowleh tahun 1905 setelah sempat dirawat di rumah sakit. Saudari dan kerabatnya berpakaian warna gelap tanda belasungkawa. .
Foto: IICHS
Fotografi yang mendobrak harem
Seni fotografi merupakan salah satu kegemaran Raja Nasir al-Din Shah Qajar. Ia menjadi lambang dominasi pria dalam merekam kehidupan perempuan lewat kekuatan lensa. Tempat tak terjamah dunia luar itu akhirnya terabadikan dalam foto. Tampak dalam foto, sang raja bersama para istrinya. .
Tak melulu soal penampilan fisik seperti bentuk tubuh, wajah yang kurang dianggap cantik, atau hidung yang pesek, penampilan perempuan dalam berpakaian pun disoroti dengan nyinyir.
Dalam dunia politik, gaya politisi perempuan berbusana menjadi topik bahasan di media massa. Begitu pentingnya penampilan, bahkan politisi kelas dunia seperti mendiang Margaret Thatcher pun tak luput dari sorotan media massa. Ia dinilai tak hanya dari soal kebijakan-kebijakan politisnya, namun juga soal setelan baju kerja yang ia pakai, termasuk tas tangan berwarna hitam yang menjadi ciri khas dalam setiap penampilannya. Atau Hillary Clinton yang sering jadi bulan-bulanan kaum pria misoginis karena lebih suka memakai setelan baju kerja dipadankan dengan celana panjang, bukan rok yang terlihat lebih feminin.
Kaki Kecil Ini Simbol Kecantikan ala Tiongkok Kuno
Ini bukan kaki bocah. Ini kaki orang dewasa yang saat mereka kecil diremukkan, dilipat & dibebat hingga tetap kecil. Tak jarang timbulkan infeksi & membusuk. Namun berabad lalu, “kaki seroja” dianggap cantik di Tiongkok.
Foto: Getty Images/AFP/M. Ralston
Tradisi Feodal
Tradisi membebat kaki hingga membentuk yang disebut Kaki Lotus atau Kaki Seroja sudah ada sejak zaman Dinasti Sui (581-618), tapi mulai populer di masa dinasti Tang (618-907) dan makin populer di zaman Dinasti Song (960-1279). Pada masa itu, perempuan dengan kaki mungil dipandang cantik. Jadi, meski sangat menyakitkan, banyak perempuan mengikat kakinya agar tetap kecil.
Foto: Getty Images/China Photos
Legenda Awal Kaki Seroja
Banyak kisah asal muasal Kaki Seroja (Kaki Lotus). Salah satu yang terkenal adalah ketika seorang penari bernama Yao Ning mengikat kakinya hingga berbentuk bulan sabit saat menari. Hal itu mempesona Kaisar Li Yu. Kaisar Li Yu memuji kaki yang dianggapnya sempurna itu. Membebat kaki menjadi populer di istana kekaisaran dan kemudian menyebar ke kelas petani dan jadi simbol status berabad lamanya.
Foto: picture-alliance/CPA Media Co.
Kasta tiap Kaki Lotus
Disebut Kaki Lotus atau Kaki Seroja karena Yao Ning menari di atas lantai bermotif lotus. Dari situs theworldofchinese.com disebutkan jika tapak kaki lebih dari 10 cm disebut Lotus Besi, antara 7,6-10 cm disebut Lotus Perak. Status tertinggi: pemilik Lotus Emas yang telapaknya kurang dari 7,6 cm. Pemilik kasta tertinggi ini tak perlu bekerja keras. Dianggap seksi, mereka jalan melenggok-lenggok.
Foto: picture-alliance/CPA Media Co.
Kecil itu indah atau sakit?
Apakah seorang perempuan kakinya diikat atau tidak dan bagaimana cara mengikat kaki -- pada masa itu berpengaruh pada masalah perjodohan. Di zaman kuno tersebut, setiap kelas sosial menganggap kaki besar adalah hal memalukan. Sebaliknya, kaki kecil dipuji sebagai sesuatu yang bisa dibanggakan.
Foto: Getty Images/China Photos
Agar “Laku“ Saat Dewasa
Seorang gadis mulai mengikat kakinya kala berumur 5-6 tahun. Kain panjang mengikat empat jari kaki selain jempol dan menekuknya ke bawah telapak kaki. Banyak orang tua memaksa gadis-gadis kecil mereka untuk melakukannya, mengabaikan teriakan dan air mata mereka karena kesakitan, hanya untuk memenuhi tanggung jawab dan menjamin masa depan anak gadisnya agar ada yang mau meminang.
Foto: Getty Images/China Photos
Infeksi dan Membusuk
Mula-mula kaki direndam dalam air panas, kemudian kuku dipotong pendek. Setelah itu kaki dipijat dan diminyaki. Semua jari-jari kaki, kecuali jempol ditekuk ke bawah. Tekukan kaki kemudian diikat dengan kain. Kelebihan daging kadang dipotong, sehingga tak jarang kaki jadi infeksi dan membusuk. Karenanya tiap 2 hari sekali pembungkusnya harus diganti. Proses ini memakan waktu sekitar 2 tahun.
Foto: picture-alliance/CPA Media Co.
Mengapa Populer?
Ada dua alasan yang tersebar di balik kecenderungan mengikat kaki: yang pertama adalah bahwa hal itu merupakan kehendak penguasa dalam 'mempengaruhi' kehidupan masyarakat; yang kedua adalah mencari penghargaan dan pujian dari orang-orang terdidik, demikian dikutip dari chinahighlights.com. Tampak dalam foto perempuan tua yang akan latihan menari di desa Liuyi, yang kaki manula-nya masih terbebat.
Foto: Getty Images/China Photos
Pengaruh Kaum Terdidik
Selain kehendak penguasa, sastrawan juga banyak mempengaruhi kebiasaan sosial tersebut. Mereka yang berpendidikan menganggap bahwa kepala dan kaki merupakan bagian yang paling penting dari keindahan. Itu bisa dilihat dari penggambaran mereka tatkala memuji kaki yang terbebat sebagai "teratai emas“ atau ungkapan lain yang bernada mewah.
Foto: picture-alliance/CPA Media Co.
Sepatu Khusus
Sepatu teratai emas dibuat khusus pada masa Dinasti Tang dan lebih dari 1.000 tahun menjadi populer. Para perempuan Tiongkok -- dengan kaki terikat-- mengenakan sepatu kecil khusus beraneka warna dan motif.
Foto: Getty Images/China Photos
Masa Pembebasan
Setelah tahun 1911, sistem feodal kekaisaran runtuh, perempuan tak lagi harus mengikat kaki. Tapi masih ada beberapa perempuan yang tidak bersedia untuk mengubah kebiasaan. Beberapa pabrik tetap memproduksi sepatu itu. Lalu makin lama permintaan berkurang. 1999, pemilik pabrik sepatu Lotus terakhir di Harbin mengirim sepatu teratai emas ke museum untuk diabadikan. Ed: ap/vlz(berbagai sumber)
Foto: Getty Images/AFP/M. Ralston
10 foto1 | 10
Dalam kasus Rina Nose, tak hanya soal hidungnya yang pesek, keputusannya melepas jilbab yang mengubah penampilan fisiknya menjadi sasaran olok-olok. Akun Instagram Rina Nose yang memuat foto Rina Nose tanpa jibab dipenuhi komentar pedas, hingga belakangan Rina pun merasa perlu menutup kolom komentar.
Tak hanya itu, sebuah perusahaan jilbab dan baju Muslim bahkan tanpa malu mengambil kesempatan untuk mengiklankan produknya dengan memakai foto Rina Nose tanpa jilbab dan menyertakan ‘nasihat' yang sifatnya menghina: "Mungkinkah kamu kurang trendi dengan hijab yang beberapa waktu lalu kamu kenakan?” Seolah-olah keputusan memakai jilbab maupun melepasnya didasari semata atas pertimbangan bagaimana seorang perempuan menjadi tampak trendi atau tidak trendi.
Tak bisa dipungkiri, penampilan fisik merupakan bagian penting dalam kehidupan perempuan. Dalam hubungan sosial, penampilan fisik memang merupakan salah satu faktor yang menguntungkan. Mereka yang cantik dan berpenampilan menarik umumnya lebih gampang diterima dalam pergaulan.
Para Perempuan yang Hidungnya Disumbat
Para perempuan tua dari suku Apatani yang tinggal di Lembah Ziro, Arunachal Pradesh di India, ini unik. Mereka punya tradisi menyumbat hidung. Tapi niatnya bukan untuk mempercantik diri.
Foto: picture-alliance/dpa/Str
Menutupi kecantikan
Mengapa perempuan Apatani banyak yang kedua sisi hidungnya disumbat perhiasan bagai anting berupa bulatan kayu? Jika asesoris biasanya dipakai untuk memperelok, perhiasan di hidung para perempuan ini malah awalnya dikenakan untuk menutupi kecantikan yang mereka miliki. Hidungnya jadi tambah membesar dan melebar.
Foto: picture-alliance/dpa/Str
Banyak yang ingin menculik
Menurut hikayat yang berkembang di antara warga Apatani, para perempuan suku ini terkenal akan kecantikannya. Sampai-sampai, banyak pria dari suku lain ingin menculik mereka. Tak hanya itu, akibattnya desa mereka pun kerap diserang oleh suku-suku lain tersebut. Sehingga para perempuan pun mencari akal agar bisa keluar dari masalah ini. Demikian dikisahkan para tetua Apatani.
Foto: picture-alliance/dpa/Str
Yaping hullo
Kaum perempuan mencari cara agar tak tampak jelita. Di antaranya dengan menyumbat tepi hidung dan membuat tattoo berupa garis di tengah wajah secara horizontal dan 5 garis di dagu. Anting di hidung yang disebut Yaping Hullo ini dibuat dari batang kayu yang dapat ditemukan di hutan. Kayu yang digunakan harus steril, sehingga tak menyebabkan infeksi. Demikian dikisahkan para perempuan uzur di sini.
Foto: picture-alliance/robertharding/M. Runke
Menjaga martabat
Tradisi menyumbat hidung ini diwariskan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perempuan yang menerapkan tradisi ini dianggap sebagai perempuan terhormat yang menjaga martabat keluarga. Tradisi ini mulai mengalami kepunahan pada tahun 1970-an. Para perempuan muda tak banyak lagi yang tampak mengenakan ornamen wajah tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa/Str
Situs warisan dunia
Terletak pada dataran tinggi distrik Arunachal Pradesh di India, suku Apatani terkenal dengan sistem pertaniannya yang efisien, walaupun tanpa bantuan hewan ataupun mesin. UNESCO bahkan memasukkan kawasan ini dalam daftar Situs Warisan Dunia karena kawasan ini tergolong unik dalam menjaga ekosistemnya. Perempuan punya andil besar dalam bidang agraria dan menjaga ekosistem.
Foto: picture-alliance/dpa/Str
Budi daya ikan
Ikan ini akan dilepas di lahan pertanian. Budi daya ikan amat populer di lembah Apatani. Mereka, termasuk kaum perempuan, mengembangkan cara unik budidaya ikan, yakni dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara alami seperti bambu, rotan, atau pinus. Lalu mengintegrasikannya dalam pertanian. Bibit ikan biasanya dilepas bulan Juni dan Juli. Lalu bisa dipanen bulan September dan Oktober.
Foto: picture-alliance/dpa/Str
Tak banyak tersisa
Seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk Apatani yang tersisa tinggal puluhan ribu orang. Meski tak banyak perempuan mengenakan penyumbat hidung dan mentatoo wajah - ditambah lagi tak banyak catatan sejarah yang tersimpan dalam tulisan - warga suku Apatani masih setia menjaga ritual tradisonal. Ed: ap/vlz(berbagai sumber)
Foto: picture-alliance/robertharding/A. Owen
7 foto1 | 7
Sejatinya manusia memang lebih gampang menilai hal-hal yang kasatmata daripada bersusah payah mengenal dan menggali lebih dalam apa yang tak terlihat oleh mata. Namun tak ada justifikasi bagi kaum laki-laki untuk menyerang urusan penampilan fisik perempuan, mereduksi nilai seorang perempuan hanya dari bentuk hidung, warna kulit, berat badan, atau apapun yang menyangkut soal fisik.
Karena itu sangatlah menyedihkan ketika seorang ustaz seperti Abdul Somad yang diharapkan melindungi dan mengayomi sesama saudara seiman justru mengolok-olok Rina Nose dengan sebutan perempuan berhidung pesek. Lebih ironis lagi karena sang ustaz pun tak memiliki hidung yang kelewat bangir.
Penulis: Uly Siregar (ap/vlz)
Bekerja sebagai wartawan media cetak dan televisi sebelum pindah ke Arizona, Amerika Serikat. Sampai sekarang ia masih aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di berbagai media massa Indonesia.
@sheknowshoney
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Lahir di Kamp Pengungsi, Jadi Ratu Fesyen
Halima Aden, model Somalia-Amerika berhijab ini jadi pusat perhatian mode tahun 2017. Ia menjadi kontestan pertama yang mengenakan jilbab dalam kontes kecantikan Miss Minnesota, Amerika Serikat.
Foto: Reuters/B. McDermid
Mendadak jadi pusat perhatian
Halima Aden, model Somalia-Amerika, jadi pusat perhatian dunia mode tahun 2017. Aden yang belum genap berusia 20 tahun memulai debutnya di ‘catwalk‘ tahun 2017 dalam acara Kanye West's Yeezy di New York. Ia mengenakan jilbab di atas catwalk.
Foto: Reuters/B. McDermid
Gemilang di panggung kota mode
Dalam pagelaran fesyen Max Mara di Milan, ia mengenakan setelan dari desainer Alberta Ferretti memamerkan mantel dari kulit unta yang klasik yang dipadupadankan dengan jilbab wol halus. Sebuah judul di Instagram Ferretti tertulis: “Merangkul budaya dan keragaman untuk mematahkan norma dan mengubah pemikiran mode modern bersama Halima Aden."
Foto: Getty Images/AFP/M. Medina
Lahir di kamp pengungsian
Aden, lahir di Kakuma, sebuah kamp pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kenya. Ia datang ke Amerika Serikat pada usia tujuh tahun bersama keluarganya, yang awalnya menetap di St. Louis, Missouri. Ia jadi berita utama tahun 2016 saat dia menjadi kontestan Miss Minnesota pertama yang mengenakan jilbab.
Foto: Imago
Selalu ingat masa lalu
Dia mengingat hidupnya di kamp pengungsian: "Orang-orang yang berbeda, pengungsi yang berbeda dari seluruh Afrika berkumpul di Kakuma. Namun kita masih menemukan kesamaan."
Foto: Reuters/B. McDermid
Dikontrak agen mode dunia
Sementara Kanye West's Yeezy di New York adalah panggung fesyen pertamanya, penampilannya di Milan mungkin lebih penting karena Alberta Ferretti dan Max Mara mewakili ikon mode dunia. Aden bergabung dengan agen model IMG. "Sebagai Muslim, kita membutuhkan lebih banyak cerita positif," kata Aden tentang keberhasilannya.
Foto: Reuters/B. McDermid
Merasa nyaman
Menurut Aden, mengenakan busana muslim membuatnya merasa sangat nyaman dan menjadi diri sendiri. Beberapa pasangan orang tua dari agama lain mengucapkan kepadanya: "Saya ingin anak perempuan saya yang berusia tujuh tahun mengetahui bahwa tidak harus setengah telanjang untuk menjadi cantik."
Foto: Reuters/B. McDermid
Menjadi yang pertama
Langkah berani Aden dalam melambungkan karirnya ke tingkat yang lebih tinggi yang melibatkan banyak pengalaman "pertama", termasuk menjadi hijabi pertama yang ditandatangani oleh agen pemodelan besar. "Saya memakai jilbab setiap hari," kata Aden.
Foto: Reuters/B. McDermid
Jadi model sampul majalah dunia
Setelah pernah menjadi hijabi pertama yang tampil di sampul majalah Vogue, Halima Aden dipercaya menjadi model untuk Allure, dimana wajah Halima Aden terlihat di sampul majalah Allure edisi Juli 2017. (ap/ml, dari berbagai sumber)