Selama beberapa dekade, petani pedesaan di Senegal mengandalkan sistem tebas bakar untuk menciptakan lahan pertanian baru. Sekarang sebuah gerakan sosial berusaha mengatasi hal ini melalui metode pertanian berkelanjutan.
Iklan
Abu masih panas. Pohon yang ditebang belum lama ini, dibakar untuk membuka lahan untuk ladang baru. Hutan tropis di sekitar desa Soutou di selatan Senegal terancam musnah.
Palem Palmyra adalah bagian dari hutan tropis purba. Pohonnya memasok warga desa dengan buah-buahan, sedang kayunya untuk pembuatan mebel dan daun palemnya untuk atap gubuk. Namun demikian, hutan terus dibakar untuk membuka lahan
Clement Sambou, petani dari Soutou yang juga merupakan seorang aktivis lingkungan, ingin melindungi pohon tersebut. Metode tebas bakar menurut dia merugikan pertanian. Ladang baru memang subur, tapi pembakaran hutan memicu erosi tanah. Ini buruk untuk pohon palem Palmyra.
"Inilah contoh kerusakan akibat kebakaran hutan. Tahun lalu seseorang menyalakan api di sini dan meninggalkannya. Kulit pohon pun terbakar hingga basisnya. Artinya, seluruh pohon kini jauh lebih ringkih," ucap Clement Sambou.
Konsep Gotong Royong Solusi Atasi Kemiskinan di Senegal
06:47
Sistem tebas bakar sendiri telah menjadi bagian dari budaya pertanian sepanjang sejarah manusia. Untuk menciptakan lahan, para petani mula-mula memotong berbagai pepohonan di wilayah hutan atau alam liar. Berbagai ranting dan dedaunan yang sudah terpotong dan tergeletak di tanah akan ditinggalkan hingga mengering, sebelum akhirnya dibakar. Pembakaran lahan akan mengusir berbagai hama yang tidak diinginkan. Abu yang tersisa dari pembakaran juga akan menjadi nutrisi bagi tanah.
Meski demikian, nutrisi yang tertinggal dari abu pembakaran hanya akan bertahan selama beberapa tahun, sebelum produktivitas menurun dan para petani harus meinggalkan lahan tersebut dan membuka yang baru.
Iklan
Upaya mengatasi sistem tebas bakar
Dalam rapat krisis, kepala desa Jean Christophe Coly menjelaskan, betapa gawatnya situasi ini.
Sistem tebas bakar bukan hanya merusak hutan. Kebakaran tidak terkontrol juga mengancam desa. Oleh karena itu, ia membuat komite untuk membentuk organisasi patroli. Sekitar 20 warga desa Soutou dan sekitarnya berpartisipasi untuk tugas mengontrol kebakaran hutan.
Akan tetapi petani Clement Sambou berpendapat, patroli tidak banyak membantu. Ia lebih percaya pada kekuatan persuasi. Di internet, ia menemukan cara membuat tanah gersang menjadi subur lagi. Hal ini berarti tidak ada lagi kebutuhan membakar hutan untuk menciptakan ladang yang subur.
Gurun Pasir Kian Meluas Akibat Ulah Manusia
Sepertiga kawasan di dunia kini telah tertutup gurun pasir nan kerontang. Area ini diperkirakan akan makin luas. Yang patut disalahkan adalah manusia. Pencemaran, pembalakan hutan dan pariwisata merusak tanah yang subur.
Foto: picture-alliance/dpa
Bagaimana awalnya gurun muncul
Ada masa ketika di gurun Sahara hidup kuda nil dan gajah. Sekarang Sahara adalah kawasan yang kering kerontang. Hanya sebuah danau kecil mengingatkan orang pada masa yang sudah lewat. Air di danau muncul dari air tanah. Dulu air ini turun sebagai hujan ke atas bumi. Tapi iklim berubah dan menyebabkan timbulnya kawasan gurun.
Foto: Imago Images/robertharding
Manusia merusak alam
Timbulnya gurun yang disebabkan oleh manusia disebut desertifikasi. Jika orang-orang di kawasan iklim kering merusak sumber air alami, tumbuhan akan lenyap dan tanah menjadi tidak subur. Sekarang desertifikasi seperti ini tampak di 70 persen kawasan kering bumi, misalnya di India (foto).
Foto: picture-alliance/dpa
Ancaman di seluruh dunia
Setiap tahunnya, gurun pasir meluas sebesar 70.000 km persegi. Ini kira-kira seluas wilayah Irlandia. Menurut organisasi Jerman Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), 40 persen warga Afrika tinggal di kawasan yang terancam desertifikasi, di Asia jumlahnya 39 persen, di Amerika Selatan 30 persen. Kawasan seperti di AS ini (foto) atau di Spanyol juga terancam.
Foto: picture-alliance/F. Duenzl
Kekeringan akibat banjir
Salah satu penyebab meluasnya kawasan gurun adalah meledaknya jumlah penduduk di beberapa negara. Misalnya di Cina (foto), tanah yang sudah kering harus memberi makan bagi orang yang semakin banyak. Peternak juga memelihara terlalu banyak hewan yang juga memakan tumbuhan. Akibatnya tanah jadi merenggang dan dengan mudah terbawa angin dan hujan. Di Cina tiap tahunnya gurun meluas 2.500 km persegi.
Foto: Imago/Xinhua
Danau tanpa air
Danau Aral di perbatasan antara Kazakhstan dan Uzbekistan adalah simbol politik pertanian yang gagal sehingga menyulut desertifikasi. Dulu danau Aral adalah danau keempat terbesar di dunia. Sekarang hanya tersisa kawasan kecil yang terisi air. Sejak Uni Sovyet masih berdiri, kedua negara mengambil air di sini untuk mengairi lahan kapas.
Foto: picture-alliance/dpa
Jika hutan harus mengalah demi pariwisata
Tidak hanya negara berkembang menderita akibat keringnya tanah. Di Spanyol, pertumbuhan gurun pasir kian cepat. Penyebabnya adalah pariwisata dari seluruh dunia. Pendirian hotel kerap menyebabkan penggundulan seluruh hutan. Akibatnya, tidak ada lagi yang pepohonan yang mengikat tanah sehingga mudah terbawa air. Selain itu, sebagian lahan ditutup beton. Misalnya daerah Guadalajara dekat Madrid.
Foto: picture-alliance/ ZUMAPRESS/M. Reino
Gurun pasir jadi penyebab pengungsian
Setelah hancurnya ekosistem, gurun kian meluas. Orang semakin miskin, semakin kurang makan dan terpaksa meninggalkan kampung halaman. Di Afrika, desertifikasi berdampak bagi 483 juta orang, demikian menurut GIZ. PBB memperhitungkan hingga 2020 lebih dari 60 juta orang akan meninggalkan kawasan gurun Afrika.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Upaya mencegah perluasan gurun
Sejumlah negara telah menyatakan perang terhadap desertifikasi. Sejak beberapa dasa warsa lalu, Cina berusaha memerangi desertifikasi lewat penanaman kembali hutan. Proyek "tembok hijau" memiliki tujuan untuk menanami kembali kawasan seluas Jerman hingga 2015. PBB juga berusaha meningkatkan kesadaran akan desertifikasi lewat Hari Melawan Desertifikasi dan Kekeringan tanggal 17 Juni. (Ed.: ml/ae)
Foto: Getty Images
8 foto1 | 8
Metode baru ini disebut "Hügelkultur" (dalam bahasa Indonesia “budaya bukit”) yang sudah dipraktikkan di Jerman sejak ratusan tahun.
Mula-mula, di lapisan pertama dihamparkan batang dan cabang pohon mati. Setelah itu pada lapisan kedua, dedaunan, rumput dan semak diletakkan untuk membentuk gunungan. Hal terakhir yang dibutuhkan adalah penyiraman air. Pada saatnya, lapisan akan kembali subur dan siap ditanami.
"Kami menyirami air seminggu sekali, tidak banyak. Jika kita sentuh atasnya dengan tangan, seperti di dalam hutan, kita bisa merasakan tanah yang lembab. Ini yang diperlukan tanaman untuk tumbuh," ujar Clement Sambou.
Sebuah solusi menguntungkan
Warga desa Soutou sendiri kebanyakan menanam sayuran di ladangnya. Clement Sambou memberikan kepada mereka pelatihan tentang metode ramah hutan. Melalui pelatihan mereka juga memperoleh kompos yang berharga.
Salah satu peserta pelatihan, Cecile Sagna menggunakan kompos itu di ladangnya. Ia membuat kompos sendiri dan hal ini memberinya keuntungan lantaran tidak perlu membeli pupuk. Uang yang ia sisihkan kemudian bisa digunakan untuk merawat rumah, anak-anak dan dua keponakannya. Selain itu ia juga bisa pula membeli ayam di pasar yang kemudian ia ternakkan sendiri. Hal ini menjamin masa depannya sekaligus menyelamatkan hutan.
Hal ini terbukti merupakan solusi yang menguntungkan. Dengan menggunakan kompos dan merevitalisasi ladang yang gersang serta membuatnya subur lagi, penduduk mampu sekaligus melindungi pohon palem Palmyra di Soutou dan hutan sekitarnya.
DW Inovator
Tanah Hutan Butuh Puluhan Tahun Untuk Pulih dari Si Jago Merah
Kebakaran dan penebangan hutan adalah perusakan hutan yang sistematis. Peneliti memperingatkan tanah hutanlah yang menanggung beban terberat untuk benar-benar teregenerasi.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Suslin
Tertimbun di bawah permukaan yang hitam
Ketika Yunani tengah bersedih atas kebakaran hutan yang menelan sebanyak 80 korban jiwa musim panas lalu, para peneliti dari Australian National University (ANU) menemukan bahwa tanah hutanlah yang membutuhkan waktu sangat lama untuk pulih dari keganasan api. Para ilmuan hanyalah awal untuk mengerti bagaimana dan sejauh mana api berdampak pada kehidupan di bawah permukaan hutan.
Foto: Getty Images/AFP/S. Karmaniolas
Tanah butuh puluhan bahkan ratusan tahun untuk pulih
Ilmuwan Australia dalam studi terakhirnya menemukan bahwa pemulihan tanah hutan akibat kebakaran membutuhkan waktu 80 tahun dan 30 tahun akibat pembabatan pohon. Meneliti di lebih 80 lokasi area perhutanan di tenggara Australia, para peneliti menguji lebih dari 700 sampel tanah yang mengalami sembilan tipe kerusakan berbeda – termasuk kebakaran, pembabatan, dan penebangan pasca kebakaran.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Enam bulan berlangsung
Enam bulan pasca kebakaran hutan mengepung area di barat daya Berlin pada musim panas 2018, sebagian besar dari tanah yang terdampak telah dibersihkan. Banyak dari pepohonan yang tersisa menjadi hitam. Para ilmuan percaya selain kebakaran hutan itu sendiri, pascakebakaran bisa mengakibatkan hilangnya nutrisi tanah dan berdampak panjang pada tanah hutan.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Intervensi manusia menggangu siklus alam
Di banyak tempat, kebakaran hutan adalah bagian penting dari siklus alam. Beberapa pohon, seperti eucalyptus, membutuhkan api untuk melepas bibitnya. Peneliti mengatakan bahwa api akibat kebarakaran yang baru saja terjadi sebetulnya bisa menyuntikkan nutrisi dalam jumlah banyak ke dalam tanah. Tetapi, kekeringan yang berkepanjangan, penebangan dan pemadaman api bisa merusak siklus alami ini.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Suslin
Ekosistem kuno memusnahan sampai ke dasar
Pinhal de Leiria, hutan di Portugal berusia 700 tahun ini musnah ketika kebakaran menghantam sepenjuru Eropa pada musim panas 2018 lalu. Delapan puluh persen dari area hutan – rumah bagi serangga, burung dan mamalia – hancur mengenaskan. Terlepas dari bantuan relawan lokal, tetap saja untuk regenerasi tanah butuh waktu setengah abad.
Foto: picture-alliance
Hilangnya nutrisi penting
Selama kebakaran berlangsung, suhu tanah bisa mencapai 500 derajat celcius, memicu hilangnya nutrisi pertumbuhan, seperti fosforus, karbon organic dan nitrat. Tanah hutan jauh lebih sulit untuk pulih jika kebakaran terus terjadi di lokasi yang sama. Tanpa nutrisi tersebut, tanah tidak akan mampu untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan menyimpan karbon.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Lehti
Hilang tanah, hilang kehidupan
Tanah adalah hal yang esensial untuk ekologi hutan. Tanah adalah fondasi bagi kehidupan bawah tanah . Ilmuwan menyatakan manfaatnya bagi pertumbuhan tanaman, menutrisi komunitas seperti jamur dan bakteri. Mereka menyimpan karbon dalam jumlah banyak.
Foto: picture-alliance/F. Herrmann
Bukan hanya api
Bukan hanya api yang merusak komposisi tanah. Pembabatan hutan dengan mesin dan pembakaran puing-puing sisa penebangan juga berdampak. Penebangan berdampak pada terpaparnya permukaan tanah hutan, pemadatan tanah, pelepasan nutrisi tanah dan karbon dioksida ke atmosfer.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Tahun-tahun panas menanti
Hutan Treuenbritzen di Jerman hanyalah bayangan dari kejayaan terdahulu. Hampir seluruh pohon yang ada adalah batang yang berabu dan tanah hutan menjadi hitam. Hutan ini tengah menghadapi masalah serius untuk bisa regenerasi. Kekeringan menjadi ancaman bagi kebakaran hutan selanjutnya dan menjadikannya sebagai siklus lain dari hutan untuk bisa tumbuh kembali.