Mengejutkan, Ekspor Cina Bulan Juli Melejit 7,2 Persen
7 Agustus 2020
Di tengah berita resesi di berbagai negara, Cina membuat kejutan positif. Angka ekspor bulan Juli diluar dugaan naik 7,2 persen. Surplus perdagangan bulan Juli mencapai 62,3 miliar dolas AS.
Iklan
Ekonomi Cina, yang merupakan kedua terbesar dunia setelah Amerika Serikat, tampaknya mulai pulih dari dampak negatif pandemi corona. Ekspor bulan Juli naik 7,2 persen, kata otoritas Cina hari Jumat (7/8).
Kenaikan tersebut mengacaukan ekspektasi para analis pasar, yang sebelumnya memperkirakan penurunan ekspor sampai 0,7 persen, setelah semua negara-negara industri melaporkan kemunduran ekonomi.
Cina adalah negara pertama yang melakukan lockdown dan menutup kegiatan ekonomi awal Desember 2019, setelah virus corona menyebar. Namun negara itu juga yang pertama yang melonggarkan situasi dan mulai membuka lagi perekonomian, setelah Partai Komunis yang berkuasa mengumumkan kemenangan atas Covid-19 pada bulan Maret.
Ekspor naik, surplus perdagangan tinggi
Perekonomian Cina, seperti juga di banyak negara lain, telah mengalami kontraksi ekonomi terburuk selama beberapa dekade terakhir sebagai dampak dari lockdown dan pembatasan saat pandemi corona. Kondisi itu sempat memicu kekhawatiran pasar karena selama ini Cina menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi dunia.
Untuk bulan Juli 2020, surplus perdagangan dilaporkan mencapai 62,33 miliar dolar AS, padahal sebelumnya para analis memperkirakan hanya akan mencapai sekitar 42 miliar dolar AS. Bulan Juni, surplus perdagangan Cina tercatat hanya 46,42 miliar dolar AS.
Linimasa Penyebaran Virus Corona Secara Global
Setelah kasus virus corona dikonfirmasi Cina akhir Desember 2019, wabah menyebar jadi pandemi. Sejumlah negara sudah memberlakukan lockdown. Sekarang lebih1,2 juta terinfeksi Covid-19 dan hampir 70.000 meninggal.
Foto: picture-alliance/dpa/SOPA Images/A. Marzo
Virus Corona Baru Diidentifikasi
Ilmuwan Cina pada 7 Januari mengumumkan, berhasil identifikasi virus corona jenis baru yang menyerang Wuhan dan memicu infeksi paru-paru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2. Berbeda virus corona pemicu SARS sebelumnya, virus baru menyerang saluran pernafasan bawah. Gejala penyakitnya: demam, batuk kering, kesulitan bernafas dan paru-paru berisi cairan.
Foto: Reuters/Str
Jutaan Warga Dikarantina
Cina mengkarantina Wuhan pada 23 Januari dalam upaya membatasi penyebaran virus corona. Pekerja berupaya untuk segera membangun rumah sakit baru untuk merawat pasien terinfeksi, yang jumlahnya lebih dari 830 orang dan jumlah kematian yang meningkat menjadi 26 orang pada 24 Januari. Para pejabat akhirnya memperluas lockdown ke 13 kota lain, yang memengaruhi setidaknya 36 juta orang.
Foto: AFP/STR
Jerman Batasi Kontak Sosial
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertama yang teridentifikasi. Pasiennya seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang kontak langsung dengan rekan kerja dari Cina selama pelatihan di tempat kerja. Tanggal 22 Maret Jerman umumkan lockdown parsial dan sosial distancing. Tanggal 6 April, John Hopkins konformasi lebih 100.000 kasus di Jerman dengan lebih 1.500 kematian.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Italia Berlakukan Lockdown
Kasus infeksi Covid-19 di Italia meningkat secara dramatis. Pada 3 Maret dikonfirmasi 77 kematian dan ribuan kasus infeksi corona. Pada 8 Maret, pemerintah Italia memerintahkan “lockdown“ seluruh kawasan Lombardy yang berpenghuni 16 juta orang. Italia pada 5 April masih memegang rekor jumlah infeksi dan kematian terbanyak di Eropa, dengan lebih 128.000 kasus dan lebih 15.000 kematian.
Foto: Reuters/R. Casilli
Ekonomi Terjun Bebas
Pasar saham Eropa dan AS anjlok pada 6 Maret, menjadi minggu terburuk sejak krisis keuangan 2008. Efek pandemi pada bisnis global sangat signifikan. Banyak perusahaan melaporkan kerugian. Sektor industri pariwisata dan maskapai penerbangan terpukul. 10 Maret, Uni Eropa menjanjikan dana investasi sebesar € 7,5 miliar ($ 8,4 miliar) untuk mencoba menghentikan zona euro merosot ke situasi resesi.
Foto: picture-alliance/Jiji Press/M. Taguchi
WHO Deklarasikan Pandemi
Ketika kasus terinfeksi di seluruh dunia mencapai 127.000 orang dan 4.700 korban meninggal, Organisasi Kesehatan Dunia pada 11 Maret menyatakan wabah global ini sebagai "pandemi". Presiden AS Trump mengumumkan pembatasan perjalanan bagi wisatawan yang datang dari Zona Schengen di Eropa. Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengumumkan bahwa 70% populasi di Jerman dapat terinfeksi virus corona.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Kehidupan Publik Berhenti di Eropa
Pada 14 Maret, Spanyol mengikuti langkah Italia melakukan lockdown secara nasional untuk 46 juta warganya, dengan tujuan untuk mencegah penyebaran virus corona. Spanyol berada di peringkat kedua kasus di Eropa, dengan 131.000 terinfeksi dan lebih 12.000 meninggal. Di Prancis, kafe, restoran, dan toko-toko tutup pada 15 Maret.
Foto: picture-alliance/dpa/AAB. Akbulut
AS Terpukul Telak
Pada 27 Maret, Jumlah terinfeksi di AS melampaui Cina. Ini terjadi ketika Presiden Donald Trump mengklaim bahwa negara akan kembali pulih "dengan cukup cepat." AS mencatat lebih 337.000 kasus infeksi dan hampir 10.000 meninggal (6/4). New York terdampak yang paling parah, dengan 63.000 kasus Covid-19 dan lebih 3000 meninggal. Kapal rumah sakit dikerahkan untuk membantu tenaga medis.
Foto: picture-alliance/Photoshot/J. Fischer
Lebih 1 Juta Orang Terinfeksi Covid-19
Universitas Johns Hopkins mengumumkan, Senin (6/4), lebih 1.2 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Sekitar 70.000 orang meninggal akibat Covid-19. AS mencatat rekor infeksi dengan jumlah tiga kali lipat dari Cina, tempat virus itu muncul pada Desember 2019. Kemungkinan kondisi pandemi akan semakin buruk dengan jumlah yang terinfeksi dan meninggal terus naik. (fs/as)
Foto: Reuters/J. Redmond
9 foto1 | 9
Naiknya angka ekspor terutama ditopang oleh penjualan perlengkapan medis. Ekspor produk tekstil, termasuk masker wajah, selama Januari hingga Juli, naik 31,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan penjualan peralatan medis meningkat menjadi 47,3%, sementara tahun lalu pertumbuhannya tercatat 41,4%.
Pemulihan secara bertahap
Para analis menyambut baik perkembangan positif di Cina itu, namun menyarankan agar tetap berhati-hati dan jangan terlalu cepat gembira dulu. "Data ini sejalan dengan perkiraan kam,i bahwa ekspor akan pelahan pilih," kata Louis Kuijs, kepala penelitian ekonomi Asia di Oxford Economics.
"Namun, jalan di depan mungkin bergelombang, karena pesanan ekspor baru masih tetap lemah dan jalur pemulihan akan tidak merata di seluruh sektor ekonomi," tambahnya.
Luo Ting, kepala divisi Cina di Nomura, kepada kantor berita Reuters menyampaikan pendapat serupa, bahwa pemulihan ekonomi mungkin tidak langsung terjadi begitu saja. "Karena beberapa negara secara bertahap membuka kembali ekonomi mereka, dan mulai memproduksi alat pelindung diri di dalam negeri atas alasan keamanan. Akibatnya, ekspor produk-produk itu dari Cina bisa turun lagi", pungkasnya.