1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Travel

Dari Banten ke Berlin dengan Mercedes-Benz Tua

Anggatira Gollmer
30 Juni 2019

Setelah lebih dari satu tahun di perjalanan, rombongan Mengembara Lintas Benua asal Banten tiba di Jerman. Dengan menggunakan dua mobil Mercedes-Benz tua, mereka ingin mempromosikan citra baik Indonesia kepada dunia.

Mobil rombongan Mengembara Lintas Benua di Berlin
Mobil rombongan Mengembara Lintas Benua di BerlinFoto: DW/Anggatira Gollmer

Ketika diparkir di Berlin, Senin (24/06), mobil Mercedes-Benz 280E dari tahun 1983 dan G300 dari tahun 1995 kerap menarik perhatian para pejalan kaki. Banyak yang berhenti untuk memotret kedua mobil yang memampang tulisan INDONESIA di kaca depannya. Anggota rombongan juga dengan senang hati melayani permintaan berfoto dan berbincang-bincang. Interaksi dengan warga setempat memang salah satu yang dicari rombongan Mengembara Lintas Benua dalam perjalanannya.

"Orang Eropa disini melihat mobil tua seperti itu geleng-geleng kepala. Mereka bertanya, ini benar sampai kesini tidak apa-apa?” cerita ketua rombongan Iip Amrulloh di Berlin. Setelah 46.000 kilometer, kedua mobil tua ini hanya memerlukan penggantian sejumlah suku cadang kecil, sebanyak 10% dari yang dibawa dari Indonesia sebagai persiapan perjalanan selama setahun.

Semenjak meninggalkan Banten pada bulan Mei 2018, 46.000 km sudah dilampaui sampai akhir Juni 2019. Rombongan terdiri dari tujuh orang anggota Mercedes-Benz Club, termasuk satu keluarga dengan anaknya yang berusia tujuh tahun. 52 negara direncanakan akan dilintasi melalui perjalanan darat sepanjang total 90.000 km. Antara lain Singapura, Myanmar, India, Pakistan, Iran, Turki, Kroasia, Spanyol, Maroko, Belanda sudah dilewati sebelum akhirnya sampai ke Berlin. Jerman adalah negara ke-27 yang dikunjungi kelompok Mengembara Lintas Benua.

Menyebarkan Citra Baik tentang Indonesia

"Ini bentuk cinta saya terhadap Indonesia,” ujar Iip Amrulloh. "Perjalanan ini sudah dipersiapkan baik untuk membentuk opini baik tentang Indonesia.”

Dalam bidang otomotif, mereka ingin membuat prestasi membanggakan kelas dunia. Sampai sekarang rombongan asal Indonesia ini adalah yang pertama yang ingin melintasi 52 negara dari tiga benua dengan mobil tua dari tahun 1983.

Di banyak tempat, rombongan overlander ini sangat mencolok karena kedua mobil tua berplat nomor Indonesia dan warna rambut hitam yang kerap menjadi satu-satunya, terutama di Eropa. Banyak orang, baik yang sudah mengenal Indonesia maupun belum, senang menegur rombongan dan bertanya tentang Indonesia. Menurut Iip, sejauh ini, ia tidak merasakan adanya resistensi tentang Indonesia.

"Kami menceritakan hal-hal positif tentang Indonesia dan sejauh ini kami melihat pengaruh Indonesia cukup positif,” tutur Iip. Cukup banyak orang Eropa yang ditemui rombongan ini selama perjalanan mengaku, bahwa Indonesia bahkan membuka cara pandang mereka dan mereka merindukan sistem sosial Indonesia yang dirasakan lebih bagus daripada negara asalnya, demikian diceritakan Iip lebih lanjut. Baginya hal-hal seperti ini adalah yang paling ia senangi dari pengalaman touring tiga benua.

Mendokumentasikan pengaruh Indonesia di dunia internasional merupakan salah satu tujuan utama rombongan Mengembara Lintas Dunia.

Mengembara Lintas Benua di Berlin bersama Dubes Havas OegrosenoFoto: DW/Anggatira Gollmer

Penting kenal Indonesia untuk masa depan

Selain pengaruh Indonesia pada hidup individu, kelompok Mengembara Lintas Benua juga mencari pengaruh bersejarah Indonesia di negara-negara yang mereka lintasi. Misalnya koin Kerajaan Banten yang ditemukan di Venesia di sekitar tahun 1600 atau sistem kanal di Amsterdam yang dibangun di abad ke-18, yang terinspirasi sistem di Banten dari dua abad sebelumnya.

Di Pakistan, hubungan erat dengan Indonesia yang sudah terjalin selama puluhan tahun juga terlihat pengaruhnya di setiap lapisan masyarakat. "Pakistan mempunyai hutang budi dengan Indonesia,” papar Iip Amrulloh. "Mulai dari orang di pasar sampai di tengah kota yang pakai mobil sport berhenti dan bertanya, saya lihat kamu butuh sesuatu, kamu butuh apa? Uang kami tidak terpakai di Pakistan,” ceritanya sambil tertawa.

Hal-hal membanggakan inilah yang ingin diingatkan rombongan Mengembara Lintas Benua kepada generasi muda Indonesia. "Karena kami yakin, kalau generasi muda Indonesia dikaburkan masa lalunya, mereka tidak akan punya masa depan.”

Hal senada juga diutarakan oleh Elva Layli, satu-satunya perempuan di rombongan ini. "Perjalanan ini saya lihat dari sisi ibu yang punya anak: Generasi kita ke depan mau dikemanakan? Asia semakin tumbuh pesat dan Eropa tetap masih menjadi kiblat. Saya ingin menanamkan ke anak saya, sejauh manapun kamu nanti belajar, jangan lupakan jati diri. Kita punya budaya yang luhur, kita harus ambil yang baik dan buang yang buruk”, papar Elva, yang anak dan suaminya juga ikut touring tiga benua.

Tidak selalu nyaman

Sepanjang perjalanan, rombongan Mengembara Lintas Benua ini tidak mengutamakan kecepatan, mereka justru memilih jalan-jalan melewati pedesaan agar bisa banyak berinteraksi dengan penduduk setempat. Jika memungkinkan, perjalanan dilakukan di malam hari dengan pergantian juru mudi 2-3 jam sekali. Jika hanya mengunjungi suatu tempat dengan singkat, rombongan tidur di alam bebas dengan menggelar tikar atau di tenda, daripada di hotel atau rumah penginapan.

Meskipun sebagian besar pengalaman dirasakan positif, bukan berarti tidak ada rintangan di dalam perjalanan yang sudah berlangsung lebih dari setahun ini. Di sejumlah negara perjalanan harus ditempuh dalam cuaca bersalju atau melintasi gurun pasir dengan suhu udara yang tinggi. Ketika berada di Balochistan, terjadi serangan bom bunuh diri yang menewaskan puluhan orang. Di Barcelona rombongan asal Banten ini menjadi korban perampokan mobil dan kehilangan uang serta materi dokumentasi 14 negara. Elva yang berjilbab merasakan perlakuan rasis di sejumlah tempat.

"Hidup di mobil juga pasti banyak yang tidak nyamannya, ujar Elva. "Tetapi jadi belajar gimana caranya membuat diri kita nyaman, yang penting mindset kita saja disetel bahagia. Tentu capai di jalan. Tetapi ketika capai, motivasi pribadi membantu: aku ini jalan buat anak, jalan buat negara. paling tidak ini sedikit yang bisa aku berikan untuk negaraku.”

Setelah meninggalkan Berlin, rombongan Mengembara Lintas Benua berjalan menuju ke utara, untuk mencapai Denmark keesokan harinya. Rute kembali ke Indonesia akan mencakup antara lain Norwegia, Finlandia, Kazakhstan, Uzbekistan, Cina, Laos, Vietnam dan Malaysia. Pengalaman mengembara tiga benua nantinya akan dibagikan di berbagai universitas di Sumatra dan dalam bentuk buku serta film dokumenter.

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait