Setelah lebih dari satu tahun di perjalanan, rombongan Mengembara Lintas Benua asal Banten tiba di Jerman. Dengan menggunakan dua mobil Mercedes-Benz tua, mereka ingin mempromosikan citra baik Indonesia kepada dunia.
Iklan
Ketika diparkir di Berlin, Senin (24/06), mobil Mercedes-Benz 280E dari tahun 1983 dan G300 dari tahun 1995 kerap menarik perhatian para pejalan kaki. Banyak yang berhenti untuk memotret kedua mobil yang memampang tulisan INDONESIA di kaca depannya. Anggota rombongan juga dengan senang hati melayani permintaan berfoto dan berbincang-bincang. Interaksi dengan warga setempat memang salah satu yang dicari rombongan Mengembara Lintas Benua dalam perjalanannya.
"Orang Eropa disini melihat mobil tua seperti itu geleng-geleng kepala. Mereka bertanya, ini benar sampai kesini tidak apa-apa?” cerita ketua rombongan Iip Amrulloh di Berlin. Setelah 46.000 kilometer, kedua mobil tua ini hanya memerlukan penggantian sejumlah suku cadang kecil, sebanyak 10% dari yang dibawa dari Indonesia sebagai persiapan perjalanan selama setahun.
Semenjak meninggalkan Banten pada bulan Mei 2018, 46.000 km sudah dilampaui sampai akhir Juni 2019. Rombongan terdiri dari tujuh orang anggotaMercedes-Benz Club, termasuk satu keluarga dengan anaknya yang berusia tujuh tahun. 52 negara direncanakan akan dilintasi melalui perjalanan darat sepanjang total 90.000 km. Antara lain Singapura, Myanmar, India, Pakistan, Iran, Turki, Kroasia, Spanyol, Maroko, Belanda sudah dilewati sebelum akhirnya sampai ke Berlin. Jerman adalah negara ke-27 yang dikunjungi kelompok Mengembara Lintas Benua.
Menyebarkan Citra Baik tentang Indonesia
"Ini bentuk cinta saya terhadap Indonesia,” ujar Iip Amrulloh. "Perjalanan ini sudah dipersiapkan baik untuk membentuk opini baik tentang Indonesia.”
Dalam bidang otomotif, mereka ingin membuat prestasi membanggakan kelas dunia. Sampai sekarang rombongan asal Indonesia ini adalah yang pertama yang ingin melintasi 52 negara dari tiga benua dengan mobil tua dari tahun 1983.
Di banyak tempat, rombongan overlander ini sangat mencolok karena kedua mobil tua berplat nomor Indonesia dan warna rambut hitam yang kerap menjadi satu-satunya, terutama di Eropa. Banyak orang, baik yang sudah mengenal Indonesia maupun belum, senang menegur rombongan dan bertanya tentang Indonesia. Menurut Iip, sejauh ini, ia tidak merasakan adanya resistensi tentang Indonesia.
"Kami menceritakan hal-hal positif tentang Indonesia dan sejauh ini kami melihat pengaruh Indonesia cukup positif,” tutur Iip. Cukup banyak orang Eropa yang ditemui rombongan ini selama perjalanan mengaku, bahwa Indonesia bahkan membuka cara pandang mereka dan mereka merindukan sistem sosial Indonesia yang dirasakan lebih bagus daripada negara asalnya, demikian diceritakan Iip lebih lanjut. Baginya hal-hal seperti ini adalah yang paling ia senangi dari pengalaman touring tiga benua.
Mendokumentasikan pengaruh Indonesia di dunia internasional merupakan salah satu tujuan utama rombongan Mengembara Lintas Dunia.
Penting kenal Indonesia untuk masa depan
Selain pengaruh Indonesia pada hidup individu, kelompok Mengembara Lintas Benua juga mencari pengaruh bersejarah Indonesia di negara-negara yang mereka lintasi. Misalnya koin Kerajaan Banten yang ditemukan di Venesia di sekitar tahun 1600 atau sistem kanal di Amsterdam yang dibangun di abad ke-18, yang terinspirasi sistem di Banten dari dua abad sebelumnya.
Di Pakistan, hubungan erat dengan Indonesia yang sudah terjalin selama puluhan tahun juga terlihat pengaruhnya di setiap lapisan masyarakat. "Pakistan mempunyai hutang budi dengan Indonesia,” papar Iip Amrulloh. "Mulai dari orang di pasar sampai di tengah kota yang pakai mobil sport berhenti dan bertanya, saya lihat kamu butuh sesuatu, kamu butuh apa? Uang kami tidak terpakai di Pakistan,” ceritanya sambil tertawa.
Hal-hal membanggakan inilah yang ingin diingatkan rombongan Mengembara Lintas Benua kepada generasi muda Indonesia. "Karena kami yakin, kalau generasi muda Indonesia dikaburkan masa lalunya, mereka tidak akan punya masa depan.”
Hal senada juga diutarakan oleh Elva Layli, satu-satunya perempuan di rombongan ini. "Perjalanan ini saya lihat dari sisi ibu yang punya anak: Generasi kita ke depan mau dikemanakan? Asia semakin tumbuh pesat dan Eropa tetap masih menjadi kiblat.Saya ingin menanamkan ke anak saya, sejauh manapun kamu nanti belajar, jangan lupakan jati diri. Kita punya budaya yang luhur, kita harus ambil yang baik dan buang yang buruk”, papar Elva, yang anak dan suaminya juga ikut touring tiga benua.
Tidak selalu nyaman
Sepanjang perjalanan, rombongan Mengembara Lintas Benua ini tidak mengutamakan kecepatan, mereka justru memilih jalan-jalan melewati pedesaan agar bisa banyak berinteraksi dengan penduduk setempat. Jika memungkinkan, perjalanan dilakukan di malam hari dengan pergantian juru mudi 2-3 jam sekali. Jika hanya mengunjungi suatu tempat dengan singkat, rombongan tidur di alam bebas dengan menggelar tikar atau di tenda, daripada di hotel atau rumah penginapan.
Meskipun sebagian besar pengalaman dirasakan positif, bukan berarti tidak ada rintangan di dalam perjalanan yang sudah berlangsung lebih dari setahun ini. Di sejumlah negara perjalanan harus ditempuh dalam cuaca bersalju atau melintasi gurun pasir dengan suhu udara yang tinggi. Ketika berada di Balochistan, terjadi serangan bom bunuh diri yang menewaskan puluhan orang. Di Barcelona rombongan asal Banten ini menjadi korban perampokan mobil dan kehilangan uang serta materi dokumentasi 14 negara. Elva yang berjilbab merasakan perlakuan rasis di sejumlah tempat.
"Hidup di mobil juga pasti banyak yang tidak nyamannya, ujar Elva. "Tetapi jadi belajar gimana caranya membuat diri kita nyaman, yang penting mindset kita saja disetel bahagia. Tentu capai di jalan. Tetapi ketika capai, motivasi pribadi membantu: aku ini jalan buat anak, jalan buat negara. paling tidak ini sedikit yang bisa aku berikan untuk negaraku.”
Setelah meninggalkan Berlin, rombongan Mengembara Lintas Benua berjalan menuju ke utara, untuk mencapai Denmark keesokan harinya. Rute kembali ke Indonesia akan mencakup antara lain Norwegia, Finlandia, Kazakhstan, Uzbekistan, Cina, Laos, Vietnam dan Malaysia. Pengalaman mengembara tiga benua nantinya akan dibagikan di berbagai universitas di Sumatra dan dalam bentuk buku serta film dokumenter.
Mobil-mobil Kultus dari Jerman, Yang Mana Favorit Anda?
Para pecinta fanatik mobil mungkin terharu jika melihat model-model lama dari VW, BMW, Opel, Mercedes-Benz. Para pembuat mobil Jerman ini telah menciptakan kultus. Inilah bentuk-bentuk yang paling indah.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Kneffel
Trabant 601 (1964)
Sebuah kendaraan massal yang diproduksi dengan harga murah. Hingga kini masih ada sekitar 33.000 Trabis (julukan untuk mobil ini), yang ‘berseliweran‘ di jalan-jalan Jerman. Masih terkenang dalam ingatan banyak orang ketika malam Tembok Berlin runtuh, warga Jerman Timur bersorak-sorai dan tepuk tangan ketika mobil-mobil ini melewati perbatasan Jerman yang telah dibuka.
Foto: Imago/Sven Simon
VW Beetle atau VW kodok (1938)
Ia melaju dan terus melaju. Sudah lebih dari 21 juta kali mobil jenis ini dirakit: The Beetle dari Volkswagen adalah mobil paling terkenal di dunia. Dari tahun 1938 hingga 2003, mobil ini diproduksi dalam bentuk asli yang sedikit dimodifikasi. Banyak orang mengenalnya dengan sebutan dalam film seri Amerika: "Herbie".
Foto: picture-alliance/dpa
VW T1 (1950)
Warna-warni yang dicat di mobil ini dengan simbol gerakan hippie pada awalnya tidak dianggap sebagai hal yang cukup baik untuk alasan imej perusahaan otomotif. Namun, tetap saja penjualannya tidak merugikannya. Lebih dari 10 juta unit VW Kombi telah terjual hingga saat ini, termasuk 1,8 juta T1. Mobil jenis ini juga dipakai dalam film-film- meski sejauh ini hanya sebagai ‘peran pendukung‘.
Foto: DW/M. Reitz
Messerschmitt (1953)
Jenis mobil beroda tiga ini aerodinamis dan kecepatannya hingga 90 km/jam. Bentuk mobil ini menunjukkan bahwa Messerschmitt pernah membangun pesawat. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, tak ada produksi. Sehingga desainer Fritz Fend bersama Messerchmitt membangun mobil ini. Tetapi kerjasama itu singkat. Dari 1956 Messerschmitt memproduksi pesawat lagi, dan Fend mendirikan pabriknya sendiri.
Foto: picture alliance/dpa/H. Galuschka
Mercedes 300 SL (1954)
Nama sebutannya "Gullwing". Silver Arrow 300 SL Mercedes-Benz pada tahun 1952 tampil kembali secara mengejutkan di dunia balap. Setelah kemenangan di 24 Hours of Le Mans dan Carrera Panamericana, produsen memutuskan untuk membawa mobil sport ini untuk diproduksi di jalan raya.
Foto: Daimler AG
BMW Isetta (1955)
“Isetta" BMW mungkin bukan pembalap yang cepat, tapi dari tahun 1955-1962 membantu keberhasilan keuangan BMW. Harganya murah dan praktis dikemudikan. "Isetta" adalah mobil yang memiliki mesin sepeda motor yang dimodifikasi. Karena keterbatasan ruang, penumpang masuk ke mobil melalui pintu depan, di mana setir terpasang.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Kneffel
Goggomobil (1955)
Mobil bermesin motor ikonik lainnya adalah Goggo - dinamai seusia nama cucu dari bos Hans Glas GmbH. Berbeda dengan KR dan Isetta, Goggo menawarkan ruang untuk penumpang hingga empat orang. Interiornya cukup sempit dengan panjang 1,60 meter. Mobil ini sangat populer karena dengan bermodal SIM sepeda motor pun orang diperbolehkan menggerakkan kendaraan 250 cc ini.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Porsche 911 (1963)
Dengan lebih dari 50 tahun sejarah produksi, "Neunelfer" adalah salah satu model yang paling lama hidup dalam sejarah otomotif. Pada semua varian, Porsche mempertahankan segi keunikannya yang tinggi. Seperti lampu depan yang mencolok, ekor yang miring. Tipe 911 dapat segera dilirik orang.
Foto: picture-alliance//HIP
Mercedes-Benz 600 (1964)
Di kompartemennya ada telepon mobil, AC, dan kulkas: Mercedes-Benz 600 adalah sedan mewah Jerman tahun 1960 dan 70-an. Daftar pemilik terkenalnya mulai dari Paus, mantan pemimpin Soviet Leonid Brezhnev hingga John Lennon dan Elizabeth Taylor. Mereka suka kenyamanan Daimler-Benz. Hanya saja bagi pemerintah Jerman, harga mobil ini tergolong mahal. Mereka menyewanya hanya untuk kunjungan kenegaraan.
Foto: picture-alliance/dpa
Opel Kadett B (1965)
Opel Cadet B (1965) "Baik sedan, “station wagon“ atau coupé, mobil paling ‘hot‘ adalah “kadet B", demikian menurut band Punk WIZO. 2,7 juta pembeli mobil menjadikannya sebagai salah satu model mobil paling sukses dari pabrik Opel di Rüsselsheim.
Foto: S. Storbeck
Wartburg 353 (1966)
Wartburg - diproduksi di VEB Automobile Plant Eisenach - dinamai sesuai nama landmark kota. Mobil ini dulu diproduksi di Jerman Timur terutama untuk ekspor. Mobil-mobil murah yang ditemukan di negara-negara, seperti Hungaria dan pelanggan Inggris. Di sisi lain, di Jerman, hampir tidak ada yang menginginkan mobil Jerman Timur. Itu ibaratnya pernyataan politik.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Wolf
NSU Ro 80 (1967)
Ketika produsen mobil NSU memperkenalkan Ro 80, para competitor berkesiap. Ini mobil pertama dengan mesin rotary atau Wankelnmotor, dinamai sesuai penemunya Felix Wankel. Dengan demikian, Ro 80 mengamankan gelar "Car of the Year 1967". Namun teknologi ini tidak sepenuhnya dikembangkan.
Foto: picture-alliance/dpa/W. Gutberlet
Mercedes Benz /8 "Strich-Acht" (1968)
Dengan kecepatan tertinggi 130 km/jam, limousine ini bukanlah Mercedes tercepat. Ada mobil dengan jutaan kilometer yang kecepatannya lebih menakjubkan. Namun, kualitasnya yang meyakinkan, total 1,9 juta pembeli hingga akhir produksi pada tahun 1972, menjadikan mobil itu hingga kini barang koleksi.
Foto: R. Stricker
Opel GT (1968)
Opel GT adalah mobil impian yang nyata. Bentuk kurva menyapu tubuh diaplikasikan dengan inspirasi desain terkenal dari botol Coca-Cola dan lampu mobil yang mencolok menjadikannya terlihat istimewa. Dengan harga terjangkau 10.000 DM, pada masanya, mobil ini juga menarik perhatian di Amerika.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Weihrauch
VW Type 181 "Courier Car" (1969)
Awalnya diproduksi untuk angkatan bersenjata Jerman Bundeswehr, VW juga segera memperuntukkan "mobil kurir" ini bagi kaum muda untuk dijadikan sebagai mobil rekreasi serbaguna. Mobil ini mendapat pengakuan terutama di Amerika Serikat, di mana mobil ini hanya disebut "The Thing", atau sesuatu. Di negara ini ia menjadi mobil kultus, hanya setelah akhir produksi.
Foto: picture alliance/dpa/JOKER
Opel Manta (1970)
Sebenarnya Opel ingin membawa Manta 1970 hanya sebagai mobil yang sporty untuk kelas menengah di pasaran. Namun mobil ini segera menarik perhatian para remaja tanggung. Akibatnya banyak lelucon tentang pengemudi Manta ber-IQ rendah. Produser film Bernd Eichinger menampilkan mobil ini pada tahun 1991 dalam komedi "Manta Manta" dan menjadi monumen sinematik. Til Schweiger jadi pemeran utama kedua.
Foto: picture-alliance/dpa
VW Golf (1974)
Pada tahun 1974, Volkswagen meluncurkan model Golf pertama di pasaran. Mobil ini dianggap sebagai penerus sah VW Beetle yang populer. Mobil kompak kecil itu cukup tampak ‘sporty‘ dan yang terpenting: hemat bensin. Penghematan ini terasa betul pada saat terjadi krisis minyak. Keberhasilan angka penjualannya bahkan mengejutkan VW. Varian cabriolet diberi nama "mobil kultus stroberi".
Foto: picture-alliance/dpa
Audi quattro (1980)
"Quattro" (atau empat dalam bahasa Italia) jadi singkatan dari ‘four-wheel drive’. Tipe ‘coupe’ ini memicu antusiasme konsumen di 1980, karena sebagai limousine, fiturnya unik. Empat tahun kemudian, Audi reproduksi Quattro Sport yang lebih kuat (foto), tetapi hanya 220 unit yang diproduksi sebagai barang koleksi. Mobil aslinya diproduksi 11.000 unit. Penulis: Melinda Reitz, Silke Wünsch (ap/ml)