1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mengenal Rahasia Matahari

7 Februari 2017

Matahari sumber utama energi pemberi kehidupan di Bumi sebetulnya sebuah reaktor fusi nuklir raksasa. Seperti lazimnya bintang di jagad raya, suatu saat matahari akan memasuki fase kematian.

Sonne
Foto: AP/NASA

Sejak 6 milyar tahun matahari memancarkan energinya ke seluruh semesta. Sumber energi di pusat tata surya ini adalah reaksi fusi nuklir di inti matahari. Di sini inti atom unsur Hidrogen melebur menjadi inti Helium.

Gravitasi inti matahari yang amat kuat, menyebabkan radiasi energi dan elektromagnetik, baru akan mencapai permukaan bintang ini setelah satu juta tahun.

Mengenal Rahasia Matahari

01:07

This browser does not support the video element.

Dalam perjalanan melewati berbagai lapisan di inti matahari, suhu pancaran energi menjadi lebih dingin. Tapi di lapisan kromosfer, suhu kembali meningkat dan mencapai puncaknya di lapisan terluar matahari yang disebut korona. Suhu di kawasan ini bisa hampir mencapai 1 juta derajat Kelvin.

Siklus aktivitas

Matahari juga memiliki siklus masa aktif dan non aktif pancaran korona atau badai kosmik. Fase aktif ditandai dengan semakin seringnya terjadi letusan korona. Badai matahari berupa radiasi partikel bermuatan dan gelombang elektromagnet serta pancaran plasma mencapai bumi hanya dalam hitungan jam.

Bahaya badai kosmis terutama mengancam operasi satelit navigasi, pemasokan energi dan sistem elektronika serta penerbangan.

Radiasi kosmik dari letusan kuat di permukaan matahari itu, memiliki kecepatan berbeda-beda. Mulai radiasi proton berkecepatan sampai 150 juta kilometer per jam, hingga pancaran materi berupa plasma yang lebih lambat. Jarak matahari ke bumi diketahui sekitar 150 juta kilometer. Artinya hanya dalam waktu satu jam, badai radiasi elektromagnetik dan proton sudah mencapai bumi.

Siklus kematian bintang

Matahari sebetulnya adalah sebuah bintang berukuran sedang di jagad raya. Seperti layaknya bintang lainnya, suatu saat sumber energi di inti Matahari yakni unsur Hidrogen akan menipis dan habis. Pada fase ini para pakar astronomi meramalkan, matahari akan menggelembung menjadi sebuah bola api raksasa kecemerlangannya juga akan meningkat.

Penyebabnya adalah, gaya gravitasi di inti matahari tidak lagi sekuat semula. Jadi energi yang tersisa akan lebih cepat memancar ke permukaan. Menimbang ukuran dan massanya, matahari diperkirakan tidak akan meledak menjadi supernova, runtuh menjadi lubang hitam atau berubah jadi bintang Neutron.

Astronom Klaus-Peter Schröder dan Robert Cannon Smith pada 2008 silam meramalkan matahari diramalkan akan berubah menjadi bintang raksasa merah. Lapisan terluar matahari diperhitungkan akan mengembang hingga mencapai sekitar 170 juta kilometer.

Artinya radiasi panas hingga jutaan derajat Kelvin akan membakar planet-planet Merkurius, Venus dan Bumi menjadi lava membara. Tidak ada lagi kehidupan yang mampu bertahan pada suhu sepanas ini. Kapan fase kematian ini tiba? Para pakar astronomi itu hanya menyebutkan, kemungkinan beberapa milyar tahun mendatang.

Proses kematian bintang, akan diikuti dengan proses berikutnya, yakni kelahiran bintang-bintang baru di gugus Nebula. Bintang beranjak menjadi dewasa di galaksi dan akhirnya mengikuti siklus alam menuju kematian. Semuanya merupakan fenomena alami di jagat raya yang penuh misteri dan fenomena gaib.

as/vlz(dari berbagai sumber)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait