Matahari sumber utama energi pemberi kehidupan di Bumi sebetulnya sebuah reaktor fusi nuklir raksasa. Seperti lazimnya bintang di jagad raya, suatu saat matahari akan memasuki fase kematian.
Iklan
Sejak 6 milyar tahun matahari memancarkan energinya ke seluruh semesta. Sumber energi di pusat tata surya ini adalah reaksi fusi nuklir di inti matahari. Di sini inti atom unsur Hidrogen melebur menjadi inti Helium.
Gravitasi inti matahari yang amat kuat, menyebabkan radiasi energi dan elektromagnetik, baru akan mencapai permukaan bintang ini setelah satu juta tahun.
Mengenal Rahasia Matahari
01:07
Dalam perjalanan melewati berbagai lapisan di inti matahari, suhu pancaran energi menjadi lebih dingin. Tapi di lapisan kromosfer, suhu kembali meningkat dan mencapai puncaknya di lapisan terluar matahari yang disebut korona. Suhu di kawasan ini bisa hampir mencapai 1 juta derajat Kelvin.
Siklus aktivitas
Matahari juga memiliki siklus masa aktif dan non aktif pancaran korona atau badai kosmik. Fase aktif ditandai dengan semakin seringnya terjadi letusan korona. Badai matahari berupa radiasi partikel bermuatan dan gelombang elektromagnet serta pancaran plasma mencapai bumi hanya dalam hitungan jam.
10 Fakta Ajaib Tentang Matahari
Ia membunuh dan menghidupkan, berbahaya sekaligus berguna: Matahari tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Berikut 10 fakta menarik ihwal bola api raksasa ini.
Foto: Paul Morley/Fotolia
Fenomena Sesaat
Tidak selamanya gerhana matahari dapat dilihat dari Bumi. Pada masa awal setelah pembentukan sistem tata surya, jarak Bulan dan Bumi masih terlalu pendek sehingga Bulan sepenuhnya menutupi Matahari ketika gerhana. Tapi karena Bulan bergerak menjauh 2 cm dari Bumi setiap tahun, dalam 600 juta tahun, gerhana tidak akan lagi tampil sempurna karena posisi Bulan yang terlalu jauh dari Bumi.
Foto: Paul Morley/Fotolia
Separuh Atau Seluruhnya
Bergantung pada geometri Matahari, Bumi dan Bulan, gerhana dapat terjadi 2 hingga lima kali dalam setahun. Orang yang berada di kutub utara atau selatan cuma bisa melihat gerhana matahari sebagian.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Büttner
Berbahaya buat Mata
Gerhana matahari berlangsung antara 5 hingga 12 menit. Selama itu pula mereka yang ingin menyaksikan fenomena alam tersebut harus mengenakan kacamata khusus. Pancaran sinar yang muncul tiba-tiba selama gerhana dapat merusak mata manusia. Sebab itu ilmuwan melarang orang menatap langsung matahari selama gerhana.
Foto: Reuters
Raksasa Kecil di Jagad Raya
Matahari mengandung 99.86% massa yang ada di sistem tata surya kita. Artinya semua planet dan benda langit di sekeliling matahari cuma dibentuk dari 0,14 persen massa. Matahari bergerak dengan kecepatan 220 kilometer per detik ketika mengorbit inti galaksi. Sebab itu butuh waktu 225 hingga 250 juta tahun bagi matahari untuk mengelilingi galaksi Bima Sakti.
Foto: picture-alliance/dpa
Monster Gravitasi
Sangking besarnya, Matahari mampu memuat satu juta benda langit seukuran Bumi di dalamnya. Manusia yang memiliki berat badan 70 Kilogramm di Bumi akan berbobot 1960 kilogramm di permukaan matahari, lantaran gaya gravitasinya yang 28 kali lebih besar. Satu hari di permukaan matahari sama dengan 25,38 hari di permukaan Bumi
Foto: G. Rueter
Menelan Bumi
Matahari adalah bola gas terpanas di tata surya dengan suhu 15 juta derajat Celcius di bagian intinya. 72% gas yang membentuk matahari adalah Hidrogen, sementara 26% adalah Helium. Setiap detik matahari membakar empat juta ton Hidrogen. Ketika cadangan Hidrogen habis, matahari mulai mengolah Helium. Pada saat itu ia akan membesar menjadi raksasa merah dan menelan planet Mercuri, Venus lalu Bumi
Foto: picture-alliance/dpa
Perputaran Kutub
Ilmuwan mengungkap, setiap 11 tahun matahari memutar kutub magnetiknya, sehingga kutub utara menjadi selatan dan sebaliknya. Terakhir perputaran medan magnet matahari terjadi pada akhir 2013 silam. Lantaran massanya yang besar, medan magnet matahari mencapai hingga miliaran kilometer melampaui Pluto.
Foto: picture-alliance/dpa
Jalan Panjang Cahaya
Sinar matahari yang kita rasakan sebenarnya adalah partikel cahaya yang terbentuk melalui reaksi fusi di inti matahari. Namun butuh waktu lama untuk setiap partikel buat mencapai permukaan matahari. NASA menulis, setiap Foton yang dipancarkan matahari berusia antara 100.000 hingga 50 juta tahun. Tapi setelah sampai ke permukaan, cahaya cuma butuh waktu 8 menit dan 20 detik buat sampai ke Bumi
Foto: picture-alliance/dpa
Benturan Berbuah Cahaya
Termasuk jenis cahaya matahari yang paling unik adalah Aurora. Fenomena ini terbentuk akibat partikel bermuatan yang dibawa angin surya, menghantam medan magnetik Bumi. Benturan antara partikel plasma dengan Nitrogen dan Oksigen di atmosfer Bumi inilah yang kemudian melepaskan energi berupa cahaya kehijauan. Aurora juga muncul di planet lain semisal Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptun dan Mars.
Foto: dapd
Mati dan Terlahir Kembali
Matahari terbentuk dari sisa ledakan sebuah bintang raksasa miliaran tahun lalu. Di ujung hidupnya, bintang tersebut mulai memproduksi elemen berat seperti oksigen dan logam yang juga membentuk Bumi. Setelah ledakan, gas yang tersebar berotasi akibat gaya gravitasi dan membentuk bintang baru yang kita sebut matahari. Gambar ini menampilkan tata surya TW Hydrae ketika baru berusia 10 juta tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Bahaya badai kosmis terutama mengancam operasi satelit navigasi, pemasokan energi dan sistem elektronika serta penerbangan.
Radiasi kosmik dari letusan kuat di permukaan matahari itu, memiliki kecepatan berbeda-beda. Mulai radiasi proton berkecepatan sampai 150 juta kilometer per jam, hingga pancaran materi berupa plasma yang lebih lambat. Jarak matahari ke bumi diketahui sekitar 150 juta kilometer. Artinya hanya dalam waktu satu jam, badai radiasi elektromagnetik dan proton sudah mencapai bumi.
Siklus kematian bintang
Matahari sebetulnya adalah sebuah bintang berukuran sedang di jagad raya. Seperti layaknya bintang lainnya, suatu saat sumber energi di inti Matahari yakni unsur Hidrogen akan menipis dan habis. Pada fase ini para pakar astronomi meramalkan, matahari akan menggelembung menjadi sebuah bola api raksasa kecemerlangannya juga akan meningkat.
Penyebabnya adalah, gaya gravitasi di inti matahari tidak lagi sekuat semula. Jadi energi yang tersisa akan lebih cepat memancar ke permukaan. Menimbang ukuran dan massanya, matahari diperkirakan tidak akan meledak menjadi supernova, runtuh menjadi lubang hitam atau berubah jadi bintang Neutron.
Siklus Hidup Bintang di Jagat Raya
Bintang di jagat raya juga mengikuti siklus alamiah lahir, hidup dan mati. Dilahirkan di nebula, tumbuh dewasa di galaksi dan berakhir jadi supernova yang menciptakan lubang hitam atau bintang neutron.
Foto: NASA
Nebula Tempat Bintang Lahir
Kelompok masif bintang muda yang diberi nama R136 ini berlokasi di 30 Doradus Nebula di Large Magellanic Cloud, umurnya rata-rata baru beberapa juta tahun. Usia bayi bagi bintang-bintang yang bisa mencapai umur milyaran tahun. Citra tempat bintang lahir ini direkam Wide Field Camera teleskop Hubble dalam spektrum ultra violet.
Foto: picture-alliance/dpa/Nasa
Awan Gas Terbesar
Nebula berdiameter 2 juta tahun cahaya yang berlokasi di seputar quasar UM287 ini merupakan awan gas terbesar di jagat raya yang berhasil dipantau W.M.Keck Observatory. Bintang tercipta dari molekul gas dan debu kosmik yang bergabung dan berpusar menjadi obyek langit yang kompak. Ukuran bintang saat dilahirkan menentukan nasibnya di masa depan jika bintang ini mengalami kematian.
Foto: S. Cantalupo/dpa
Bintang Aktif
Pada usia aktifnya bintang diibaratkan memasuki umur dewasa. Pada inti bintang lazimnya terjadi fusi nuklir, dimana unsur hidrogen diubah menjadi unsur lebih berat seperti helium, karbon dan oksigen. Proses ini menimbulkan panas dan energi. Matahari yang tergolong bintang berukuran sedang, saat ini umurnya 6 milyar tahun dan akan terus melakukan fusi nuklir hingga semua bahan bakarnya habis.
Foto: picture-alliance/dpa
Bintang Masif
Cluster bintang NGC 6093 di galaksi Bima Sakti ini mengandung ratusan ribu bintang masif yang terhimpun oleh gaya gravitasinya. Umur bintang di cluster ini seragam sekitar 15 milyar tahun, tapi memiliki ukuran dan massa berbeda-beda. Bintang yang massa dan ukurannya jauh lebih besar dari matahari, berubah menjadi bintang merah raksasa, yang menandakan saat-saat akhir hidup bintang.
Foto: NASA
Supernova
Jika sudah kehabisan bahan bakar nuklirnya bintang mendekati saat kematian. Bintang yang massanya cukup besar akan meledak menjadi supernova. Kecemerlangannya ribuan kali lipat matahari, seperti Supernova 1987-A ini yang citranya direkam teleskop ruang angkasa Hubble milik NASA di kawasan rasi awan Magellan.
Foto: picture-alliance/dpa
Lubang Hitam
Jika massanya masih cukup besar, sisa bintang akan runtuh tertarik gaya gravitasinya sendiri. Jika gravitasi amat kuat juga cahaya akan tersedot ke intinya. Julukan Lubang Hitam diberikan karena cahaya sekalipun tak lolos gaya gravitasi obyek langit ini. Gambar ini gabungan citra yang direkam wahana riset antariksa Chandra X-Rays Obsevatory dan teleskop di bumi.
Foto: picture-alliance/Zhaoyu Li
Bintang Neutron
Yakni bintang yang amat masif dan berat jenisnya amat tinggi. Sebuah bintang neutron berdiameter 20 km bisa memiliki massa 1,5 hingga 3 kali massa matahari. Terdapat bintang neutron yang memancarkan medan magnet amat kuat yang disebut magnetar, yang tercipta dari sisa bintang yang massa dan ukurannya sekitar 40 kali matahari.
Foto: picture alliance/dpa
Debu Kosmik
Material ledakan sebuah bintang atau supernova berupa debu kosmik biasanya disebarkan ke seluruh jagat raya. Seperti pada Supernova SN 2006gy yang diamati tim dari Universitas California di Berkeley ini, yang menyemburkan debu kosmik dengan kecepatan 13 juta km per jam. Ini akan menjadi material awal dari pembentukan bintang-bintang berikutmya. Begitulah siklus kosmis berputar.
Foto: AP/NASA
8 foto1 | 8
Astronom Klaus-Peter Schröder dan Robert Cannon Smith pada 2008 silam meramalkan matahari diramalkan akan berubah menjadi bintang raksasa merah. Lapisan terluar matahari diperhitungkan akan mengembang hingga mencapai sekitar 170 juta kilometer.
Artinya radiasi panas hingga jutaan derajat Kelvin akan membakar planet-planet Merkurius, Venus dan Bumi menjadi lava membara. Tidak ada lagi kehidupan yang mampu bertahan pada suhu sepanas ini. Kapan fase kematian ini tiba? Para pakar astronomi itu hanya menyebutkan, kemungkinan beberapa milyar tahun mendatang.
Proses kematian bintang, akan diikuti dengan proses berikutnya, yakni kelahiran bintang-bintang baru di gugus Nebula. Bintang beranjak menjadi dewasa di galaksi dan akhirnya mengikuti siklus alam menuju kematian. Semuanya merupakan fenomena alami di jagat raya yang penuh misteri dan fenomena gaib.
Menguak Misteri Tata Surya
Banyak rahasia Tata Surya hingga kini belum terungkap dan masih merupakan misteri. Beragam temuan astronomi mengungkap fakta menarik dari sistem tata surya, di mana Bumi berada.
Foto: picture-alliance/dpa
Galaksi Bima Sakti
Galaksi Bima Sakti diameternya sekitar 120.000 tahun cahaya. Tata Surya berada di pinggiran, sejarak 27.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Matahari sebagai pusat sistem planet hanyalah satu dari 400 milyar bintang di galaksi ini. Bintang tertua berumur 13,8 milyar tahun yang nyaris seumur dengan Dentuman Besar (Big Bang).
Foto: AP
Tata Surya
Tata Surya terdiri dari delapan planet besar dan sejumlah planet kecil serta obyek langit lainnya. Merkurius, Venus, Bumi dan Mars disebut planet dalam, sementara Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus disebut planet luar. Umur Tata Surya ditaksir sekitar 4,6 milyar tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Bumi: Planet Makhluk Hidup
Bumi adalah satu-satunya planet yang dihuni makhluk hidup di sistem Tata Surya. Posisinya yang ideal serta adanya atmosfir dan air dalam bentuk cair merupakan prasyarat penting bagi adanya kehidupan. Sejauh ini pencarian exo-planet mirip Bumi untuk melacak kehidupan lain di jagat raya belum membuahkan hasil.
Foto: picture-alliance/dpa
Venus: Planet Anomali
Venus dijuluki kembaran Bumi. Planet ini memiliki anomali, rotasinya berlawanan arah jarum jam, hingga Matahari terbit di barat dan terbenam di timur. Satu hari Venus lebih panjang dari satu tahunnya. Penyebabnya, rotasi Venus pada sumbunya setara 243 hari Bumi, lebih lambat ketimbang evolusinya mengelilingi Matahari yang 224 hari Bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Yupiter: Planet Terbesar
Massanya 318 kali Bumi dan memiliki 67 satelit. Empat yang terbesar adalah Ganymede, Calisto, Io dan Europa. Ganymede ukurannya lebih besar dari planet Merkurius. Yupiter juga terkenal memiliki bintik merah raksasa, yakni badai antisiklon bekecepatan 450 km/jam yang besarnya dua kali Bumi.
Foto: picture alliance/dpa
Saturnus: Planet Bercincin
Saturnus bukan satu-satunya planet bercincin di Tata Surya, tapi yang paling jelas kenampakannya. Cincin terdiri dari partikel es dan batuan mikro hingga seukuran rumah. Dari 62 satelitnya, dua yang terbesar adalah Titan, yang lebih besar dari planet Merkurius, dan Enceladus menunjukan aktivitas geologi dan memiliki atmosfir. Kedua satelit itu diselimuti lapisan es beku.
Foto: HO/AFP/Getty Images
Uranus dan Neptunus: Bertukar Posisi
Dua planet terluar, yaitu Uranus dan Neptunus, 3,8 milyar tahun lalu bertukar posisi akibat gravitasi Yupiter. Sebelumnya Uranus berada di bagian terluar dan Neptunus di dekat Saturnus. Untuk membuat rotasi seimbang, Neptunus terdesak ke bagian paling luar dan membuat garis lintasan elips baru rotasi Matahari.
Foto: NASA
Adakah Mahluk Cerdas Lain?
Bumi sejauh ini merupakan planet satu-satunya di jagad raya yang diketahui memiliki mahluk cerdas. Pencarian sesama mahluk cerdas di luar angkasa atau SETI, sejauh ini belum menunjukkan hasil konkrit. Potensinya amat banyak, trilyunan sistem tata surya lain menanti. Apakah teknologi Bumi masih ketinggalan dibanding mahluk cerdas lain?
Foto: picture-alliance/dpa
Kandidat Planet Baru
Pluto cukup lama diakui sebagai planet ke-9, namun statusnya tetap kontroversial. Kini muncul sedikitnya tiga kandidat yang bisa diakui sebagai planet baru di Tata Surya, yakni Ceres, Charon dan Xena. Di masa depan mungkin Tata Surya akan terdiri dari sistem 12 planet.