1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Tempat Ibadah Bahá'í­ di Hofheim

Günther Birkenstock22 Juli 2013

Anggota agama Bahá'í dirikan sebuah tempat ibadah di dekat kota Frankfurt sekitar 50 tahun lalu. Rumah yang disebut "Haus der Andacht" jadi tempat untuk merenung, tapi terutama untuk pertemuan antar berbagai kebudayaan.

Foto: DW/G. Birkenstock

4.400 orang tinggal di daerah sederhana Hofheim-Langenhain, di dekat Frankfurt. Itu adalah desa sunyi di daerah Taunus, yang sebagian besar dikelilingi hutan. Tetapi daerah itu juga punya dimensi spiritual istimewa. Tahun 1964 di daerah itu didirikan "Haus der Andacht" (red-rumah kebaktian), satu-satunya dan tempat ibadah Bahá'í di Eropa, di tengah Jerman.

Sunhild SteimleFoto: DW/G. Birkenstock

Sebuah Rumah untuk Semua Orang

Gedung berkubah itu berdiri setinggi 28 meter di atas bukit, dan sama sekali bukan rumah ibadah yang suram. 540 jendela berbentuk belah ketupat menyebabkan terwujudnya permainan cahaya dan bayangan di dalam ruangan. Bagian bawah rumah itu hampir sepenuhnya terdiri dari kaca, dan bisa dimasuki dari semua sisinya, yang diapit taman.

Sembilan pintu masuknya jadi simbol keterbukaan bangunan dan ajaran Bahá'i. Semua orang disambut baik di sini. Termasuk yang ateis, kata juru bicara Bahá'í, Sunhild Steimle. Selain itu, keterikatan dengan alam sekitarnya ditunjukkan lewat jendela yang terbuka.

Sekitar jam tiga siang, sekitar 50 orang berkumpul untuk menjalankan ibadah. Sebetulnya tempat cukup untuk ratusan orang. Bagian dalam bangunan memberi kesan sederhana dan tanpa emosi. Satu-satunya dekorasi adalah vas berisi rangkaian bunga. Tidak ada gambar, tidak ada simbol religius, tidak ada altar, tidak ada benda kramat. Hanya ada mimbar tempat bicara.

Pada mimbar setiap setengah jam orang bergantian membacakan kutipan dari buku-buku religius. Misalnya dari Alkitab Perjanjian Lama dan Baru, dari Al Quran, dan dari tulisan-tulisan Bahá'u'lláh, pendiri agama Bahá'í. Kutipan hanya dibaca dan sengaja tidak diinterpretasikan. Dalam Bahá'i tidak ada ulama dan pemuka agama. Hanya ada dewan religius yang dipilih secara demokratis oleh anggota dan memberikan bantuan dalam masalah hidup yang sulit.

Clara Lisa Wiebers yang berusia 14 tahun juga datang secara teratur bersama keluarganya ke tempat pemujaan Bahá'í di Hofheim-Langenhain. Baginya mendalami kitab suci agama lain sudah wajar. Ia berkata, "Kami percaya, semua nabi datang dari satu Tuhan, baik Kristus maupun Muhammad, juga Bahá'u'lláh,“ demikian ditekankan murid sekolah itu. Ia menjelaskan juga, agama Bahá'í tidak berkaitan dengan agama Islam, asalnya saja yang dari Iran.

Percaya Artinya Melaksanakan

"Jika kita percaya, bukan berarti kita berhenti untuk ingin tahu. Percaya berarti mengetahui secara sadar dan melaksanakan, apa yang ada dampaknya atas kelakuan kita," demikian dikatakan pakar informatika Barbara Nicke dari Frankfurt. Termasuk di dalamnya, mempraktekkan keyakinan dalam pekerjaan sehari-hari. Demikian halnya dengan penyebaran pengetahuan tentang agama dan sejarah, dalam bentuk pemberian kursus bagi anak-anak dan orang dewasa. Membaca saja tidak cukup. Yang penting pelaksanaannya, kata Barbara Nicke.

Salah satu pintu masuk tempat ibadah Bahá'i di Hofheim-LangenhainFoto: DW/G. Birkenstock

Setiap harinya sekitar 25.000 orang datang berkunjung ke rumah pemujaan Bahá'í di dekat Frankfurt. Hanya sedikit dari mereka menjadi pemeluk Bahá'i. Di Jerman pengikutnya sekitar 6.000 orang, sedangkan di seluruh dunia antara tujuh dan sembilan juta. Tempat ibadah itu dibiayai lewat sumbangan anonim anggota-anggotanya. Dalam hal ini tampaknya pemeluk Bahá'i juga merasa sangat berkewajiban. Untuk masa depan direncanakan pendirian rumah sakit, panti jompo dan taman kanak-kanak.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait