Niat biadab itu sudah hadir dalam kepala laki-laki ketika mereka menganggap dirinya sebagai pihak yang pantas memperlakukan perempuan sebagai obyek seks, jauh sebelum mereka menenggak alkohol. Simak ulasan Uly Siregar.
Iklan
“Kasus Yuyun akan Terus Berulang Selama Miras tak Dilarang” begitu kesimpulan Fahira Idris, Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Miras (Genam) seperti tertulis pada judul artikel Republika Online Selasa, 3 Mei 2016.
Sepertinya Fahira Idris tak menunggu lama untuk melemparkan dosa perkosaan massal itu sebesar-besarnya pada minuman keras. Pemanfaatan momen yang sangat pas, karena 14 orang tersangka pemerkosa remaja putri berusia 14 tahun itu ditengarai dalam pengaruh miras saat melakukan aksi perkosaan.
Menyalahkan miras tentu tak sepenuhnya pemikiran dungu. Memang benar alkohol bisa mempengaruhi kapasitas mental dan fisik seseorang. Beberapa penelitian menetapkan bahwa seseorang cenderung menunjukkan tingkat agresi yang lebih tinggi saat berada dalam pengaruh alkohol.
Fakta dan Mitos Seputar Miras
Minuman beralkohol lebih banyak berdampak negatif ketimbang positif pada kesehatan .Konsumsi alkohol tinggi picu 200 penyakit kronis. Inilah hasil riset terbaru terkait fakta dan mitos miras.
Foto: Getty Images
Konsumsi Alkohol Memicu Penyakit
Hasil riset terbaru WHO tunjukkan fakta, konsumsi di atas 15 liter alkohol murni per tahun, memicu munculnya lebih 200 penyakit kronis diantarnya kanker dan sirosis hati. Setiap tahunnya lebih 3,3 juta orang meninggal sebagai dampak konsumsi minuman beralkohol berlebihan. Juara menenggak alkohol sedunia adalah warga Belarusia (17,5 liter) dan Rusia (15,1 liter) biasanya berupa minuman keras vodka.
Foto: picture-alliance/dpa
Segelas Anggur Jaga Kesehatan?
Riset ilmiah terbaru menepis asumsi yang sudah dianut beberapa dekade itu. Mitos konsumsi alkohol secara moderat, biasanya disebutkan minum satu atau dua gelas anggur sehari, bisa menjaga kesehatan jantung dan memperpanjang umur merupakan hasil penelitian lama yang dianggap bias. Pasalnya dalam riset terdahulu, tidak dibedakan antara bukan peminum dan bekas peminum yang menghentikan kebiasaannya.
Foto: DW/D. P. Lopes
Orang Asia Tak Tahan Alkohol
Pada kebanyakan etnis di Asia enzim yang bertugas melakukan metabolisme alkohol dalam tubuh relatif tidak terlalu aktif. Artinya orang Asia akan lebih cepat mabuk dan tak tahan minuman beralkohol. Walau ada kecenderungan lain, warga Jepang dan Cina mungkin lebih terbiasa dengan minuman beralkohol.
Foto: picture-alliance/dpa
Perempuan Lebih Mudah Mabuk
Ukuran badan dan komposisi tubuh memainkan peranan utama dalam toleransi alkohol pada perempuan. Tubuh perempuan mengandung lebih banyak lemak, hingga alkohol lebih terkonsentrasi. Selain itu perempuan memproduksi lebih sedikit enzim metabolisme alkohol. Sementara tubuh pria mengandung lebih banyak air, dan menyebarkan alkohol ke seluruh tubuh. Jadi toleransi alkohol kaum perempuan lebih rendah.
Foto: Fotolia/Kitty
Sulit Kendalikan Emosi
Alkohol memicu peminumnya menjadi lebih enerjik dan lebih gampang gembira, karena berfungsi sebagai represan. Kerugiannya, akibat inhibitor sistem saraf pusat itu, peminum alkohol sulit mengendalikan emosinya dan lambat reaksi motoriknya. Itu sebabnya acara akbar semacam laga sepakbola bisa lebih meriah akibat penonton mengkonsumsi alkohol dan juga lebih mudah rusuh karena emosi sulit dikontrol.
Foto: dapd
5 foto1 | 5
Dalam paper Alcohol's Role in Sexual Violence Perpetration: Theoretical Explanations, Existing Evidence, and Future Directions yang dimuat di jurnal Drug and Alcohol Review, profesor psikologi Antonia Abbey dari Wayne State University mengungkapkan bagaimana alkohol memegang peranan dalam kekerasan seksual. Meskipun harus juga digarisbawahi literatur yang menjadi rujukan peneliti tidak luas dan riset yang digunakan telah berdekade-dekade usianya.
Kajian kasus
Di Amerika Serikat, terutama untuk kasus perkosaan yang terjadi di kalangan mahasiswa, alkohol juga sering dijadikan kambing hitam. Meskipun kasusnya agak berbeda. Biasanya perkosaan dilakukan oleh teman kencan yang baru ketemu saat pesta dan dansa-dansi yang melibatkan alkohol, bukan oleh pacar tetap. Dan yang mabuk justru korban perkosaan.
Pria Barat yang akrab dengan miras mungkin sadar dengan efek samping alkohol yang jarang disebut-sebut: penis kadang jadi susah ereksi, belum lagi efek muntah-muntah dan tidak sadarkan diri. Jadi dalam banyak kasus perkosaan, perempuan yang biasanya teler mengkonsumsi alkohol. Saat dalam keadaan mabuk dan setengah sadar akibat pengaruh alkohol, mereka rentan menjadi korban perkosaan.
Baiklah, alkohol bisa mempengaruhi laku seseorang dalam kekerasan seksual. Demikian juga pornografi bisa ikut disalahkan dalam banyak kasus perkosaan. Stimulasi yang ditimbulkan oleh materi pornografi konon bisa membuat laki-laki bajingan memaksakan penisnya menyerang vagina terdekat yang bisa ia temui. Tak harus gadis cantik, kadang korban pun masih di bawah umur atau justru lanjut usia. Itu terjadi.
Namun yang sangat mengganggu dari pernyataan Fahira Idris bagaimana miras dituduh menjadi penyebab utama tragedi yang menimpa Yuyun. Alkohol jelas harus diregulasi dengan ketat. Namun membebankan dosa perkosaan pada miras jelas penyederhanaan yang membodohi. Kalau miras jadi alasan memerkosa, setiap hari di bar hotel-hotel bintang lima seharusnya kasus perkosaan tak putus-putus terjadi. Atau dalam setiap rumah tangga di Amerika Serikat yang terbiasa menyimpan bir di lemari pendingin, termasuk anggur, wiski, dan beragam minuman beralkohol lainnya.
Salah didik
Penyebab kekerasan seksual sangatlah kompleks dan melampaui faktor miras dan pornografi. Fahira Idris adalah wajah masyarakat patriarkis yang enggan menunjuk batang hidung para pelaku perkosaan bahwa merekalah sesungguhnya yang menjadi sumber persoalan.
Negara yang Terapkan Kebiri Kimia
Kebiri kimia bertujuan menekan hasrat birahi pelaku kejahatan seksual khususnya pedofil. Caranya dengan menyuntikan hormon perempuan Estrogen. Efeknya tidak permanen. Inilah negara yang legalisasi kebiri kimia.
Foto: picture-alliance/dpa
Inggris
Inggris legalkan hukuman kebiri kimia mulai tahun 1950-an. Namun dalam prakteknya terjadi sejumlah penyimpangan. Yang paling memalukan adalah hukuman kebiri kimia terhadap pakar komputer Alan Turing (1952) karena perilaku homoseksual-nya. Ia meninggal diduga karena efek negatif suntikan hormon. Tahun 2009, pemerintah Inggris mohon maaf secara resmi dan Kerajaan Inggris meminta maaf resmi 2013.
Foto: picture-alliance/Jane Legate/Robert Harding
Amerika Serikat
Tidak semua negara bagian di Amerika Serikat terapkan hukuman kebiri kimia. Tapi sedikitnya 9 negara bagian menerapkan hukuman ini. Ekseskusi kebiri kimia pertama di negara paman Sam itu dilakukan pada tahun 1966 terhadap pelaku kejahatan seksual pedofil John Money.
Foto: Reuters/E. Munoz
Rusia
Parlemen di Moskow sahkan aturan kebiri kimia pada tahun 2011 terhadap pelaku kejahatan seksual pada anak-anak di bawah usia 14 tahun. Jika pelaku mengulangi lagi kejahatan fedofilia, yang bersangkutan bisa dihukum penjara seumur hidup. Aturan kebiri kimia diterapkan menimbang tingginya angka kejahatan seksual disertai pembunuhan terhadap anak-anak di negeri Beruang Merah itu.
Foto: picture-alliance/Bildagentur-online
Polandia
Parlemen Polandia pada 2009 mengesahkan aturan hukuman kebiri terhadap pelaku kejahatan seksual terhadap anak-anak. Aturan mulai diberlakukan pertengahan 2010. Sesuai aturan itu, pelaku kejahatan seksual terhadap anak-anak di bawah 15 usia tahun dipaksa melakukan kebiri kimia dan psiko-terapi untuk mengurangi hasrat seksualnya di akhir masa hukuman penjara.
Foto: picture-alliance/dpa
Korea Selatan
Inilah negara pertama di Asia yang legalkan hukuman kebiri kimia terhadap pelaku kejahatan seksual pada anak-anak (2011). Mirip seperti di Polandia, pelaku kejahatan seksual yang berusia di atas 19 tahun mula-mula dipenjarakan dan di akhir masa hukuman dipaksa menjalani kebiri kimia. Sejauh ini di negara tersebut tercatat 2 narapidana kasus perkosaan anak di bawah umur yang jalani kebiri kimia.
Foto: Getty Images
5 foto1 | 5
Banyak laki-laki yang salah didik, mereka dibesarkan dalam kultur yang membiarkan kekerasan seksual terjadi pada perempuan, termasuk kebiasaan melecehkan perempuan secara verbal juga fisik. Setiap hari kekerasan seksual dibiarkan terjadi seolah-olah hal yang normal. Jangan kaget bila saat pemicu seperti alkohol dan pornografi hadir, kekerasan seksual itu kemudian bereskalasi secara cepat menjadi aksi perkosaan.
Coba tanyakan pada perempuan di sekitar Anda, pernahkah ia mengalami pelecehan seksual? Saya jelas sudah kenyang, dari yang sekadar menerima komentar kotor sampai aksi sentuh dan raba. Dalam kasus Yuyun banyak juga pihak yang menyesalkan mengapa ia berjalan seorang diri. Gugatan konyol seperti, "Kemana orangtuanya, kok anak perempuan dibiarkan jalan sendirian?" sesungguhnya sangat melukai.
Bisa jadi orangtua Yuyun sedang bekerja mencari nafkah dan tak bisa hadir melindungi sang anak. Dan yang terpenting, pada usia 14 tahun sudah seharusnya seorang anak merasa aman berjalan sendirian dari sekolah menuju rumah.
Memang mudah menyalahkan alkohol, mengkambinghitamkan pornografi, atau menuduh perempuan mengundang birahi lelaki lewat cara berpakaian. Yang sulit adalah menyadarkan laki-laki secara terus-menerus bahwa hubungan seksual itu butuh consent, persetujuan dari pihak yang diajak berhubungan seksual.
Candaan biadab
Bahwa ketika perempuan menolak dan berkata ‘tidak' saat itulah hubungan seksual berubah menjadi kekerasan seksual. Setiap kasus perkosaan terjadi, masyarakat seharusnya disadarkan betapa pentingnya mengajarkan anak laki-laki untuk menghargai otoritas tubuh perempuan, mengingatkan bahwa perempuan bukan obyek, menyadarkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hubungan setara. Sudah saatnya merekonstruksi alam pikiran yang membiasakan memandang perempuan sebagai subordinat sekaligus obyek seksual.
Jadi, kalau Anda masih menganggap enteng pelecehan seksual yang terjadi di jalan, jangan heran kalau masih banyak kasus perkosaan terjadi. Belum lagi dengan dibarengi candaan tak beradab dan bermoral seperti, “Eh, enak dong diperkosa, apalagi dipake ramai-ramai. Nikmati ajalah.”
Percayalah, perkosaan terjadi bukan sekadar pengaruh alkohol atau pornografi. Niat biadab itu sudah hadir dalam kepala laki-laki ketika mereka menganggap dirinya sebagai pihak yang pantas memperlakukan perempuan sebagai obyek seks, jauh sebelum mereka menenggak alkohol atau menonton film biru yang dibintangi Maria Ozawa.
Penulis:
Uly Siregar bekerja sebagai wartawan media cetak dan televisi sebelum pindah ke Arizona, Amerika Serikat. Sampai sekarang ia masih aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di berbagai media massa Indonesia.
@sheknowshoney
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Silakan tulis komentar dan pendapat Anda atas artikel ini di forum diskusi.
Perempuan Korban Serangan Air Keras
Perempuan yang menjadi korban serangan cairan asam keras melewati neraka dunia buat bertahan hidup . Kendati berasal dari negara dan budaya yang berbeda, semua memiliki kesamaan, yakni keberanian menjemput harapan baru.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Farida dari Bangladesh
Suami Farida tidak cuma ketergantungan obat-obatan, ia juga gemar berjudi. Terakhir sang suami kalah besar sehingga harus menjual rumahnya. Farida lantas ingin bercerai. Pada sebuah malam ketika ia tertidur, sang suami menyiramkan cairan asam ke tubuh isterinya dan mengunci pintu kamar dengan dua gembok sekaligus. Farida berteriak kencang hingga tetangga berdatangan.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Luka yang Tertinggal
Farida baru berusia 24 tahun ketika mengalami kejadian pahit tersebut. Sejak saat itu ia dioperasi sebanyak 17 kali. Untuk menghaluskan luka di wajahnya, ibu Farida secara berkala memijat luka-lukanya. Ia kini hidup di rumah saudara peremuannya di Manigkanj, Bangladesh.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Flavia dari Uganda
Tahun 2009 Flavia diserang oleh orang tak dikenal ketika sedang berada di rumah orangtuanya. Ia tidak tahu wajah pelakunya hingga saat ini. Namun Flavia memilih melanjutkan hidupnya. Ia misalnya berdandan rapih untuk menari Salsa.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Dibantu Keluarga dan Teman
Awalnya ia tidak berani keluar rumah sendirian. Kini Flavia menari Salsa sekali setiap pekan. Ia bahkan kerap digoda oleh para pria dengan penampilannya saat ini. Dukungan keluarga dan teman terdekat membantu Flavia menjalani hidup barunya.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Neehari dari India
Pemudi asal India, Neehaari baru berusia 19 tahun ketika rasa frustasi nyaris memaksanya untuk bunuh diri. Suaminya secara rutin menyiksa, baik jiwa maupun raga.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Kecantikan Baru
Neehaari menyisir rambutnya di kamar tidur kedua orangtuanya, tempat di mana ia dulu membakar diri sendiri. Sebanyak 49 batang korek api dihabiskannya. Yang terakhir menyulut api di sekujur tubuhnya. Kini ia punya keberanian baru dan aktif dalam organisasi "Beauty of the Burned Women."
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Nusrat dari Pakistan
Perempuan Pakistan ini bernama Nusrat. Ia selamat dari siraman cairan asam oleh suami dan sepupunya. Di dalam kamarnya, ia menyempatkan berdandan. "Saya menyaksikan banyak perempuan yang mendandani wajahnya dengan seksama," kata fotografer Ann-Christine Woehrl.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Asa di Balik Tatapan Mata
Nusrat hingga kini masih rajin berobat. Siraman asam yang diterimanya membuatnya kehilangan rambut. Dokter menganjurkan langkah pengobatan lanjutan. Nusrat akhirnya menjalani transplantasi rambut.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Mereka Tidak Sendirian
Pada sebuah pertemuan Acid Survivors Foundation Nusrat saling bertukar pengalaman dengan perempuan-perempuan lain yang senasib. Di sini ia menemukan teman yang memahami penderitaannya. Setiap korban menyadari, mereka tidak sendirian.