1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mengungkap Misi Penting Sekjen NATO Melawat ke Asia

Priyanka Shankar
31 Januari 2023

Sekjen NATO Jens Stoltenberg minggu ini melakukan lawatan empat hari ke Korea Selatan dan Jepang. Kedua negara selama ini dikenal sebagai sekutu militer AS. Lalu apa agenda NATO di Asia?

Sekjen NATO Jens Stoltenberg dan Menteri Pertahanan Korsel Lee Jong-sup di Seoul
Sekjen NATO Jens Stoltenberg dan Menteri Pertahanan Korsel Lee Jong-sup di Seoul, 30 Januari 2023Foto: Yonhap/picture alliance

Dalam kunjungannya ke Asia, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg akan membahas soal ancaman militer dari Korea Utara dan Cina, sambil berusaha memperdalam hubungan politik dan pertahanan NATO dengan kedua negara Asia.

Dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin, Stoltenberg membahas program nuklir dan rudal Korea Utara dan mengatakan, dia percaya Korea Utara telah membantu Rusia dalam perang di Ukraina.

Dia juga berbicara tentang bagaimana Eropa dan Asia bisa "saling berhubungan" lebih baik lagi dan meminta Korea Selatan untuk "meningkatkan dukungan militer" untuk Ukraina. Berbicara di Chey Institute for Advanced Studies di Seoul, Stoltenberg mngatakan bahwa "jika kita tidak ingin otokrasi dan tirani menang, maka mereka (Ukraina) membutuhkan senjata, itulah kenyataannya."

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Korea Selatan Yonhap dia mengatakan, "Kita perlu mengatasi ancaman dan tantangan global ini, termasuk tantangan yang datang dari Cina, dan salah satu cara melakukannya, tentu saja, bekerja lebih erat dengan mitra di kawasan ini.”

Di Jepang, Jens Stoltenberg berbicara dengan Perdana Menteri Fumio Kishida dan pejabat tinggi lainnya.

Manuver militer Cina-Rusia, Desember 2022Foto: Li Yun/Xinhua/picture alliance

Meningkatnya ketegangan di Asia

Jim Townsend, wakil asisten menteri pertahanan AS untuk Eropa dan NATO di bawah mantan Presiden Barack Obama, dan saat ini menjadi asisten senior di Center for a New American Security, menggambarkan perjalanan Stoltenberg ke Asia sebagai salah satu "jaminan" bagi mitra Asia.

"Kunjungan Stoltenberg penting. Perang di Ukraina berdampak pada negara-negara Asia, dan hubungan dekat Cina dengan Rusia juga merupakan ancaman yang perlu ditangani," katanya kepada DW. Kehadiran Stoltenberg di Seoul dan Tokyo menunjukkan bahwa NATO ingin memperkuat kemitraannya dengan Asia, katanya.

"Kunjungan ini juga menandakan persatuan, karena menunjukkan bahwa NATO dan Asia bersedia untuk bekerja sama. Perjalanan ini menandakan kemitraan yang lebih kuat untuk menghadapi pengaruh Cina, Korea Utara dan Rusia di Asia,” tambahnya.

Pada KTT NATO tahun lalu di Madrid, Spanyol, para pemimpin dari Jepang dan Korea Selatan menyatakan urgensi untuk mengatasi tantangan di Asia Timur. PM Jepang Fumio Kishida Jepang ketika itu menyatakan kekhawatirannya atas kemungkinan konflik di Asia Timur di tengah pembangunan militer Cina dan kehadiran yang meningkat di Laut Cina Timur dan Selatan.

Kecaman dari Korea Utara dan Cina

Media pemerintah Korea Utara menyebut kunjungan Jens Stoltenberg sebagai "awal dari konfrontasi dan perang karena membawa awan gelap 'Perang Dingin baru' ke kawasan Asia-Pasifik." Menjelang KTT NATO di Madrid tahun lalu, Cina juga bereaksi serupa. Duta Besar Cina untuk PBB, Zhang Jun, ketika itu mengatakan, "Lima ekspansi NATO ke arah timur setelah Perang Dingin tidak hanya gagal membuat Eropa lebih aman, tetapi juga telah menabur benih konflik." Dia lalu menegaskan, "Kami dengan tegas menentang elemen-elemen tertentu yang menuntut keterlibatan NATO di Asia-Pasifik, atau NATO versi Asia-Pasifik.”

Jim Townsend mengatakan, retorika semacam ini memang sudah diperkirakan. "Mereka akan mengatakan bahwa kunjungan kepala NATO adalah tur propaganda. Tapi bagi NATO, perjalanan ini penting sebagai salah satu jaminan bagi rakyat Korea Selatan dan Jepang untuk memastikana bahwa mereka memiliki teman di Eropa dan AS, yang peduli dengan keamanan di bagian Asia ini,” jelasnya.

(hp/yf)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait