Bagaimana lika-liku hidup sebagai penari Bali di Jerman? Bagaimana pandangan warga Jerman atas penari pada umumnya, dan penari Bali pada khususnya? DW berbincang-bincang dengan Nyoman di rumahnya.
Iklan
Ni Nyoman Sukayahadi adalah penari Bali asal Indonesia yang sudah lama bermukim dan bekerja di Jerman. Selain menari dalam berbagai acara di Jerman, Nyoman juga kadang diminta menari di beberapa negara lain Eropa. DW berbincang-bincang dengan Nyoman di rumahnya.
DW: Mengapa memutuskan jadi penari?
Nyoman: Waktu saya kecil, saya senang sekali menari dan saya ingin bisa menari kalau ada upacara di pure. Karena sebagai anak kecil saya senang kalau bisa menari, bergerak dengan bagus dan jadi tontonan masyarakat banyak.
DW: Apakah orang tua mendukung?
Nyoman: Ayah saya iya, katanya. Karena saya tidak mengenal ayah saya. Waktu saya berusia tiga tahun ayah saya meninggal. Tapi ibu saya tidak mendukung, karena menurut dia, sebagai seniman hidupnya "senen-kemis," sekarang makan, besok tidak. Jadi kalau waktu kecil kalau saya ingin belajar menari saya berbohong, saya bilang saya akan belajar di rumah teman. Selain itu, memang ongkos untuk belajar menari mahal.
Mengunjungi Penari Bali di Kota Köln
03:03
DW: Apa bedanya bekerja di Indonesia dan di Jerman?
Nyoman: Kalau di Indonesia, dulu walaupun tidak dapat uang banyak, tapi bekerjanya setiap hari. Dan sebagai pelajar, kalau dapat uang sampai 250.000 Rupiah sebulan, itu sudah lumayan banyak. Bisa membiayai seluruh hidup.
Kalau di Jerman, memang uangnya lebih banyak. Tapi Auftrag-nya (permintaannya) lebih sedikit. Kalau dalam setahun rata-rata pemasukan per bulan lebih dari 450 Euro, harus bayar pajak. Biasanya lebih banyak permintaan di musim panas daripada di musim-musim lainnya.
DW: Mengapa orang Jerman suka tarian Bali?
Nyoman: Karena tarian Bali itu dinamis. Geraknya lincah, pakaiannya gemerlapan dan musiknya menghentak-hentak. Itu yang orang Jerman suka. Kalau misalnya tarian Jawa, orang Jerman suka juga, tapi kadang terlalu lembut. Sementara tarian Bali, walaupun berjam-jam, orang Jerman tahan menontonnya.
DW: Apa bedanya bekerja di Jerman dan di Indonesia sebagai perempuan?
Kalau di sini saya bebas bergerak. Terus misalnya kalau menari di luar kota, pulang sudah malam, tidak ada gangguan. Orang-orang tetap menghormati. Suamipun mendukung.
DW: Pesan apa yang ingin disampaikan untuk perempuan muda Indonesia yang ingin jadi penari?
Nyoman: Belajar yang baik. Benar-benar belajar. Karena sebagai penari tidak mudah. Image-nya di masyarakat. Kalau kita salah sedikit, selamanya dicap. Saya sering dengar orang mengakan, "ah penari itu kan bisa dipakai". Memang ada juga yang seperti itu. Jadi harus hati-hati.
DW: Apakah cap jelek itu juga ada di masyarakat Jerman terhadap penari?
Tidak. Kalau di sini, semua profesi sama. Dan mereka menganggap seorang seniman adalah sesuatu yang luar biasa. Yang tidak dimiliki setiap perempuan, ataupun laki-laki.
Orang Jerman juga suka berdansa! Tapi gaya dan musiknya kerap berasal dari berbagai negara. Ada dansa yang hanya musiman dan bertahan beberapa bulan, tapi ada juga yang menetap.
Foto: picture-alliance/dpa
Yang Penting Cool…
Sebenarnya orang Jerman tidak terkenal sangat berbakat berdansa. Dan kenyataannya, sebagian besar dansa diimpor dari negara lain. Yang benar-benar dari Jerman hanya tarian tradisional dan regional, tapi itu tidak menyenangkan bagi anak muda. Sedangkan HipHop sangat atraktif. Dansa ini berasal dari AS dan sudah populer di Jerman sejak beberapa tahun lalu.
Foto: picture-alliance/dpa
Tarian atau Olah Raga Bela Diri?
Ini juga masih sangat disukai, terutama oleh kaum lelaki. Namanya Capoeira, sebuah seni Afrika-Brasil yang jadi campuran antara tarian dan ilmu bela diri. Dalam Capoeira tidak hanya harus mengenal kemampuan tubuh, tapi juga berkondisi baik. Di Jerman, Capoeira sudah ada sejak sekitar 20 tahun lalu. Di setiap kota besar ada penawaran kursus.
Foto: picture-alliance/dpa
Ayunan Gaya Amerika Latin
Baik lelaki maupun perempuan, muda atau tua, Salsa banyak penggemarnya di Jerman, walaupun ayunan pinggul bagi banyak orang Jerman sangat sulit. "Di setiap negara ada kebudayaan bergerak tertentu", kata Christiane Rosenberg-Ahlhaus dari Serikat Penelitian Dansa. Orang Jerman lebih mengutamakan sikap tubuh tegap, sedangkan di kebudayaan lain, yang penting ayunan tubuh.
Foto: picture-alliance/dpa
Sulit, tapi Sangat Bergaya
Dari segi gerakan, ini lebih sesuai dengan orang Jerman: Tango yang berasal dari Argentina. Tetapi mereka yang sudah pernah mencoba pasti tahu, ini sulit. Tidak ada urutan langkah yang pasti. Lelaki memimpin, dan perempuan harus membiarkan diri dipimpin. Sedikit ketinggalan jaman? Tidak heran, sekarang ada juga kursus di mana perempuan memimpin, dan lelaki mengikuti.
Foto: Scott Griessel/Fotolia
Nada Oriental
'Boom' sudah berlalu, tapi tari perut oriental tetap disukai, terutama oleh perempuan. "Ini bukan tren lagi, melainkan permintaan stabil", kata Angela Vucko dari institut dansa "tanzhaus nrw" di Düsseldorf. Dalam kursus yang diajarkan bukan hanya teknik, melainkan juga latar belakang tarian yang berasal-mula di Mesir.
Foto: picture-alliance/dpa
Bollywood Buat Senang
Di Jerman, yang belajar tarian pop dari India yang dikenal dari film-film Bollywood tidak sebanyak seperti Salsa. Tapi ini gaya dansa yang kerap muncul. "Tarian India yang bersejarah sangat sulit", kata Angela Vucko, "tapi Bollywood adalah bentuk yang sederhana." Jika ditambah dengan musik yang membuat senang dan sedikit elemen eksotik, banyak yang suka, papar Vucko.
Foto: picture alliance/Sascha Radke
Swing Gaya Retro
Asalnya dari AS dan mencapai puncaknya tahun 30 dan 40-an. Tapi Swing sekarang naik daun lagi. Itu dibenarkan guru dansa dan peneliti tren Markus Schöffl. Antara lain karena musiknya kembali menjadi tren. "Sekarang mendengarkan Swing kembali 'cool', dan dansanya juga tenar kembali." Demikian halnya dengan mode zaman itu. Berdansa Swing dengan busana gaya retro banyak disukai.
Foto: picture alliance/dpa
Dansa dari Korea
Ini jadi 'hit' beberapa tahun lalu, dan disebut Gangnam Style. Yang mempopulerkannya 'rapper' asal Korea Selatan bernama Psy (foto). Ini dansa untuk pesta-pesta, dan siapapun pasti bisa. Dansa ini menyebar ke berbagai negara lewat internet. Lewat Youtube orang bisa mendapat petunjuknya, dan diajarkan di banyak sekolah dansa. Ini bisa dilakukan secara massal.
Foto: Reuters
Fitness dari Kolombia
Zumba! Itu namanya dan populer di banyak negara. Ini bukan dansa dalam arti sempit, melainkan semacam olahraga aerobik yang dikombinasikan dengan ritme Amerika Latin dan elemen dansa. Konsep ini berawal dari Kolombia, dan sangat digemari di studio fitness Jerman. Di seluruh dunia, Zumba sudah punya penggemar 12 juta.
Foto: picture-alliance/dpa
Lain Daripada Yang Lain...
Di Jerman banyak perempuan mulai belajar dansa Burlesque, yang dipopulerkan penari AS Dita von Teese (foto). Ini semacam seni merayu, yang berasal dari dunia teater, dan populer pada awal abad ke-20. Tapi penarinya tidak menanggalkan pakaian, melainkan hanya menampilkan diri secara mewah dan menggoda.