1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIrak

Menhan AS Lloyd Austin Melawat ke Timur Tengah

8 Maret 2023

Menteri Pertahanan Lloyd Austin melakukan lawatan ke sejumlah negara Timur Tengah, termasuk kunjungan dadakan ke Irak. Di sana, dia meminta jaminan keamanan bagi pasukan koalisi dari ancaman kelompok pro-Iran.

Lloyd Austin di Irak
Menhan AS, Lloyd Austin (ki.) di IrakFoto: Iraqi Prime Ministry Press Office/AA/picture alliance

Kepada Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani, Lloyd Austin mengklaim militer Amerika Serikat "siap bertahan” di Irak jika diinginkan pemerintah. Isu ini memicu polemik di Irak dan ramai diperdebatkan. 

Kunjungan tersebut bertepatan jelang peringatan 20 tahun invasi darat militer AS pada 20 Maret mendatang. 

"Saya merasa optimis akan masa depan kemitraan ini,” kata Austin usai bertemu perdana menteri dan Menhan Thabet al-Abbasi di Baghdad.

"Amerika Serikat akan terus memperkuat dan memperluas kemitraan demi mendukung keamanan, stabilitas dan kedaulatan Irak.” 

Ancaman kelompok pro-Iran

Tawaran diplomatik itu disambut PM al-Sudani , yang juga mengutarakan niat untuk "memperkuat dan mengkonsolidasikan relasi” dengan Washington, dengan dasar komitmen Irak untuk "menjaga keseimbangan antara kekuatan regional dan internasional.”

Sejak kejatuhan diktatur Saddam Hussein pada 2003, Irak diperintah oleh mayoritas Syiah melalui pembagian kekuasaan dengan berbagai kelompok agama. Kedekatan alami dengan Iran, musuh bebuyutan Amerika Serikat, menyaratkan kelihaian diplomasi oleh pemerintah di Baghdad.

Pada 2017 lalu, kedua negara menyuplai Irak dengan senjata dan intelijen saat melancarkan serangan balik untuk merebut wilayah yang diduduki Islamic State sejak 2014. Hasilnya, kelompok jihadis itu kini terpaksa bersembunyi di wilayah pegunungan antara Irak dan Suriah.

Irak mengumumkan berakhirnya operasi militer koalisi bentukan AS di penghujung 2021. Namun demikian, sebanyak 2.500 serdadu AS masih bertahan untuk menyediakan jasa konsultasi atau pelatihan.

"Kita harus mampu beroperasi secara aman dan melanjutkan pekerjaan vital ini,” kata Austin.

Jaminan stabilitas di Kurdistan

Sejak beberapa tahun terakhir, pangkalan militer AS di Irak acap menjadi sasaran serangan drone atau roket, yang diduga dilancarkan oleh faksi pro-Iran. Menhan Austin sebabnya berterima kasih kepada pemerintah Irak atas "komitmennya melindungi pasukan koalisi dari ancaman aktor negara atau non-negara.”

Lloyd Austin sebelumnya melawat ke Yordania untuk bertemu Raja Abdullah II. Di sana, dia mengutarakan "kekhawatiran atas beragam tantangan bersama, menjaga fokus terhadap keamanan dan stabilitas di Irak, serta memerangi aktivitas yang mengancam stabilitas di kawasan,” tulis Kementerian Pertahanan AS dalam keterangan persnya.

Pengusiran terhadap pasukan koalisi terutama digencarkan kelompok pro-Iran, terutama Hashed al-Shaabi, induk organisasi paramiliter yang beranggotakan 128.000 gerilayawan didikan Garda Revolusi Iran.

Austin juga menyempatkan berkunjung ke wilayah otonomi Kurdistan di utara Irak. Bersama Presiden Nechirvan Barzani, dia mengimbau agar relasi antara pemerintah otonomi dan pusat diperkuat.

"Bagi Irak, agar bisa memanfaatkan potensinya secara maksimal, Erbil dan Baghdad harus bekerja sama untuk kemaslahatan semua warga,” kata Austin.

rzn/hp (afp,ap)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya