1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menhan ASEAN Bertemu di Laos Bahas Ancaman Konflik Regional

20 November 2024

Menteri Pertahanan ASEAN membahas situasi keamanan di tengah ancaman konflik maritim dengan Cina. Bantuan militer dijanjikan oleh Amerika Serikat, Australia dan Jepang.

Konfrontasi kapal perang Cina dan Taiwan
Awak kapal Taiwan memantau pergerakan kapal perang Cina di Laut Cina TimurFoto: Taiwan Defence Ministry/REUTERS

Menteri dan perwakilan sektor pertahanan di Asia Tenggara bertemu di Laos pada hari Rabu untuk melakukan pembicaraan keamanan, di tengah meningkatnya sengketa maritim dengan Cina menjelang perpindahan kekuasaan di Amerika Serikat. 

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dijadwalkan bergabung dalam pertemuan para menteri ASEAN di Vientiane. Dia baru saja menyelesaikan pertemuan dengan pemerintah di Australia dan menteri pertahanan Jepang. Dalam pertemuan tersebut, ketiga negara berkomitmen mendukung ASEAN atas "kekhawatiran serius tentang tindakan yang tidak stabil di Laut Cina Timur dan Selatan, termasuk tindakan berbahaya oleh Republik Rakyat Tiongkok terhadap Filipina dan kapal-kapal negara pesisir lainnya." 

Selain Amerika Serikat, negara-negara lain yang menghadiri pertemuan ASEAN selama dua hari tersebut termasuk Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Cina. Bersama Filipina, negara-negara anggota ASEAN seperti Vietnam, Malaysia, dan Brunei memiliki klaim yang bersaing dengan Cina di Laut Cina Selatan, yang diklaim Beijing sebagai wilayah teritorialnya. 

Membuka pembicaraan, Menteri Pertahanan Laos Chansamone Chanyalath mengatakan, dirinya berharap digelarnya pertemuan produktif yang akan "menjadi standar bagi kita untuk melanjutkan kerja sama ASEAN dalam pertahanan, termasuk cara menangani, menggagalkan, dan mengelola ancaman keamanan di masa sekarang dan masa depan." 

Latgab Militer ASEAN Pertama

01:00

This browser does not support the video element.

Eskalasi perundungan oleh Cina?

ASEAN dan Beijing telah merundingkan kode etik dan prosedur untuk mengatur perselisihan di laut, tetapi pembahasan yang seharusnya rampung pada tahun 2026 malah melambat. Sejauh ini, pembicaraan terhambat oleh masalah-masalah pelik, termasuk ketidaksepakatan mengenai apakah pakta tersebut harus bersifat mengikat. 

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., yang telah menyerukan urgensi yang lebih besar dalam negosiasi kode etik, mengeluh pada pertemuan para pemimpin ASEAN bulan lalu bahwa negaranya "terus menjadi sasaran pelecehan dan intimidasi" oleh tindakan Tiongkok, yang menurutnya melanggar hukum internasional. Kapal-kapal Tiongkok dan Filipina telah bentrok berulang kali tahun ini, dan Vietnam pada bulan Oktober menuduh bahwa pasukan Tiongkok menyerang nelayannya di wilayah yang disengketakan di Laut Cina Selatan. 

Cina juga telah mengirim kapal patroli ke wilayah yang diklaim Indonesia dan Malaysia sebagai zona ekonomi eksklusif. Pada pertemuan para pemimpin ASEAN bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington "sangat prihatin dengan aktivitas Cina yang semakin berbahaya dan melanggar hukum di Laut Cina Selatan yang telah melukai orang, merusak kapal dari negara-negara ASEAN, dan bertentangan dengan komitmen untuk penyelesaian sengketa secara damai." 

Dia berjanji bahwa AS akan "terus mendukung kebebasan navigasi dan kebebasan penerbangan di Indo Pasifik." Sebagai tanggapan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning mengatakan bahwa AS dan militer non-regional lainnya yang hadir di laut tersebut merupakan sumber utama ketidakstabilan. 

"Peningkatan pengerahan dan aktivitas militer di Laut Cina Selatan oleh AS dan beberapa negara non-regional lainnya, yang memicu konfrontasi dan menciptakan ketegangan, merupakan sumber ketidakstabilan terbesar bagi perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan," kata Mao. Belum jelas bagaimana pemerintahan Trump akan menangani situasi Laut Cina Selatan. 

Regional tensions overshadow ASEAN summit

03:23

This browser does not support the video element.

Menyambut kekuasaan Trump

Setelah pertemuan Austin di Australia, Departemen Pertahanan mengatakan AS, Australia, dan Jepang telah sepakat untuk memperluas latihan gabungan dan mengumumkan badan konsultasi pertahanan di antara pasukan ketiga negara untuk memperkuat kerja sama mereka. Ketika ditanya pada hari Selasa saat berada di Filipina tentang apakah dukungan pertahanan AS akan terus berlanjut dibawah Trump, Austin mengatakan dia tidak akan berspekulasi. 

Masih belum jelas apakah Austin berencana untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan Cina Dong Jun di sela-sela pertemuan ASEAN, tetapi Menteri Pertahanan Jepang Jenderal Nakatani diperkirakan akan bertemu dengan Dong untuk mengungkapkan kekhawatirannya atas aktivitas militer Beijing, NHK Jepang melaporkan. 

Jepang telah memprotes bahwa sebuah pesawat militer Cina melanggar wilayah udaranya secara singkat pada bulan Agustus, dan pada bulan September Jepang menyatakan "kekhawatiran serius" setelah sebuah kapal induk Cina dan dua kapal perusak berlayar di antara dua pulau Jepang. Pertemuan tersebut juga kemungkinan akan menyentuh ketegangan di Semenanjung Korea, perang Rusia-Ukraina, dan perang di Timur Tengah. Mereka juga berharap untuk membahas isu-isu lain, termasuk bencana alam, keamanan siber, dan terorisme. 

Masalah regional pelik lainnya adalah perang saudara dan krisis kemanusiaan di Myanmar, anggota ASEAN. Kredibilitas ASEAN diuji secara serius saat meletus perang di Myanmar. Sejak kudeta di Naypyidaw akhir tahun 2021, junta militer Myanmar telah dilarang menghadiri pertemuan ASEAN. Tahun ini, junta di Myanmar diwakili oleh birokrat tingkat tinggi, termasuk pada pertemuan puncak pada bulan Oktober.

rzn/hp (ap,rtr)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait