Menhan Ryacudu Tandatangani Kerjasama Militer Dengan Cina
27 Mei 2016
Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu dan Menteri Pertahanan Cina Chang Wanquan menandatangani kesepakatan kerjasama militer. Keduanya bertemu di sela-sela konferensi pertahanan di Vientiane, Laos.
Iklan
Di sela-sela pertemuan pertahanan regional di ibukota Laos, Vientiane, Menteri Pertahanan Cina Chang Wanquan kini menyatakan, dia berharap Cina dan Indonesia bisa "memperdalam pertukaran pragmatis dan kerjasama" dan meningkatkan hubungan militer,demikian laporan kantor berita resmi Xinhua hari Jumat (27/05).
Bulan Maret lalu, ketegangan antara Indonesia dan Cina sempat mencuat, ketika penjaga pantai dan marinir Indonesia berusaha menahan sebuah kapal pukat Cina yang dituduh melakukan penangkapan secara ilegal di perairan Kepulauan Natuna.
Kapal marinir Cina ketika itu berusaha menghalangi upaya itu dan kemudian menabrak kapal pukat Cina agar tidak bisa ditarik ke pelabuhan Indonesia. Cina sempat mengklaim bahwa kapal nelayannya beroperasi di "daerah perikanan tradisional" Cina. Namun kedua negara cepat meredakan ketegangan itu lewat jalur diplomasi.
Indonesia memang tidak terlibat dalam sengketa kalim pulau dengan Cina di kawasan Laut Cina Selatan (CLS), berbeda dengan negara anggota ASEAN lain seperti Filipina, Malaysia dan Brunei. Bahkan Indonesia beberapa kali menawarkan diri sebagai "penengah" untuk mencari solusi damai.
"Sebagai dua negara berkembang besar di Asia, Cina dan Indonesia telah sepakat dalam strategi pengembangan dan prospek luas untuk bekerjasama," demikian disampaikan Chang Wanquan kepada Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu.
Laporan Xinhua itu juga menyebutkan, menteri pertahanan Cina "mempertegas sikap Cina yang konsisten dan jelas " soal isu Laut Cina Selatan.
Penampilan Cina di Laut China Selatan, koridor pelayaran strategis yang juga kaya akan ikan dan gas alam, beberapa waktu belakangan mengkhawatirkan Amerika Serikat dan sekutu nya di Asia Tenggara.
Di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara industri yang tergabung dalam kelompok G-7 di Shima, Jepang, para peserta juga membahas soal ketegangan Laut Cina Selatan.
Dalam deklarasi akhir G-7, para pemimpin menyatakan prihatin atas ketegangan teritorial di kawasan itu. Deklarasi tersebut tidak secara eksplisit menyebut China dan ekspansinya ke daerah sengketa,namun menyerukan kepada semua pihak untuk menghormati kebebasan pelayaran dan penerbangan dan menyelesaikan sengketa Laut Cina Selatan secara damai sesuai aturan hukum internasional.
Cina mengklaim hampir semua wilayah Laut Cina Selatan dan bersengketa dengan Filipina, Brunei, Vietnam, Malaysia dan Taiwan yang juga mengklaim wilayah yang sama.
Komunisme Sudah Mati Dimangsa Kapitalisme
Ideologi komunisme sudah bangkrut seiring runtuhnya Tembok Berlin, bubarnya Uni Sovyet dan Pakta Warsawa. Ironisnya negeri komunis kini lebih lihai bicara pertumbuhan ekonomi ketimbang ideologi.
Foto: Fotolia/Savenko Tatyana
Rusia
Biang komunisme Eropa ini menyadari runtuhnya ideologi yang digagas Karl Marx dan dikembangkan oleh Lenin dan Stalin seiring bubarnya Uni Sovyet. Pemimpin Rusia saat ini, Vladimir Putin tidak lagi banyak bicara soal ideologi, melainkan lebih menekankan ekpsor migas, penjualan senjata dan berebut hegemoni kekuatan global.
Foto: picture alliance/landov/A. Zhdanov
Cina
Embahnya komunisme di Asia ini menyadari bahwa ekonomi lebih penting dari ideologi. Petinggi Partai Komunis di Beijing lebih panik saat ekspor anjlok dan konjungktur turun, ketimbang saat Kongres Rakyat macet. Cina masih terapkan sistem satu partai, tapi terus membangun zona ekonomi istimewa dimana-mana untuk genjot ekspor. Negara ini juga memberi utang 1 Trilyun US Dollar kepada Amerika Serikat.
Foto: Reuters/D. Sagolj
Vietnam
Negara Asia lain yang masih mengusung ideologi komunisme ini, sudah sejak dua dasawarsa banting setir mengutamakan pertumbuhan ekonomi. Komunis Vietnam digdaya pada tahun 70-an dengan menumbangkan kekuatan Amerika. Namun tahun 90-an menyadari, kemakmuran dan ekonomi lebih penting dibanding ideologi.
Foto: AFP/Getty Images
Korea Utara
Satu-satunya negara Asia yang diyakini masih setia pada ideologi komunisme adalah Korea Utara. Tapi Kim Jong Un kini lebih tertarik pada permainan kekuasaan global, dengan ancaman senjata nuklirnya ketimbang penguatan ideologi. Politik dinasti Kim kini kelihatan jauh lebih penting dari komunisme, yang lebih banyak digunakan menenangkan rakyat yang lapar dan miskin.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Kuba
Komunisme di Kuba pelan-pelan sekarat bersama lengsernya Fidel Castro. Penerusnya yang juga adiknya Raul, lebih membuka diri untuk pertumbuhan ekonomi. Pelan tapi pasti Kuba membuka pasarnya dan berfokus pada kepentingan ekonomi ketimbang ideologi. Rakyat sudah muak dengan kemiskinan dan pembodohan selama 5 dasawarsa diktatur komunis.
Foto: picture-alliance/dpa/O. G. Mederos
Laos
Sejak lebih dari satu dekade Laos yang berpartai tunggal sibuk menggulirkan liberalisasi pasar untuk membenahi perkonomian. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi di atas 8% hampir setiap tahun. Tapi serupa Cina, jiran Indonesia itu masih setia pada konsep Marxis/ Leninis dan tidak segan menangkap atau menghilangkan paksa aktivis kemanusiaan jika diperlukan.