Syiar Ahmadyah di Indonesia bermula tanggal 2 Oktober 1925 di Tapaktuan, Aceh. Sejak itu gerakan yang lahir di Punjab ini berkembang dan ikut memperkaya kajian Alquran di tanah air. Berikut opini Monique Rijkers.
Iklan
Dalam sebuah diskusi lintas iman yang penulis ikuti, seorang pria bercerita perlakuan yang ia alami saat menunaikan sholat di sebuah masjid yang ia duga adalah masjid milik Ahmadiyah.
Pria tersebut mengaku heran karena bekas tempatnya sholat dibersihkan oleh pengurus masjid setempat. Sontak pernyataan tersebut dibantah oleh pegiat toleransi Muslim yang hadir dan menegaskan pengalamannya berhubungan dengan jemaat Ahmadiyah selama ini yang tak pernah mengalami hal buruk.
Ahmadiyah dengan semboyan "Love for all, hatred for none” (Cinta untuk semua, tak ada benci untuk siapapun) acap mengundang penolakan meski jemaahnya yang hidup di Indonesia adalah pendonor kornea mata terbanyak.
Ahmadyah di Indonesia
Kehadiran Ahmadiyah di tengah kemajemukan agama-agama di Indonesia, sesungguhnya telah berlangsung sebelum kemerdekaan 1945.
Ahmadiyah berawal di Kadian, India yang digagas oleh Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1889. Hingga kematiannya pada tahun 1908, dia berhasil menyebarkan ajaran Ahmadiyah sehingga pengikutnya mencapai 70 ribu orang di India.
Setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal, Ahmadiyah terpecah menjadi dua, Lahore (Pakistan) dan Kadian. Perbedaan antara Ahmadiyah Lahore dan Ahmadiyah Kadian terutama pada pengakuan terhadap Mirza Ghulam Ahmad yang dianggap oleh aliran Kadian sebagai Imam Mahdi, sedangkan Ahmadiyah Lahore hanya menempatkan Mirza Ghulam Ahmad sebagai pembaru ajaran agama.
Pada 2 Oktober 1925, juru dakwah Ahmadiyah Kadian bernama Maulana Rahmat Ali kelahiran Pakistan datang ke Tapaktuan, Aceh lalu ke Padang pada tahun 1926. Maulana Rahmat Ali menyebarkan Ahmadiyah sampai di Jakarta. Buah dari dakwahnya di Indonesia menjadi Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Sebenarnya pada tahun 1924 ada pula Maulana Ahmad dan Mirza Wali Ahmad Baiq dari Ahmadiyah Lahore datang ke Yogyakarta dari India untuk berbicara di depan Kongres Muhammadiyah.
Bukan Mata Bayar Mata, Melainkan Sumbang Kornea Mata
Indonesia berada di urutan ketiga jumlah tunanetra terbanyak di dunia. Lebih dari 3 juta orang mengalami kebutaan. Ironisnya, donor kornea mata sangat terbatas. Penyumbang terbanyak adalah Jemaah Ahmadiyah.
Foto: Monique Rijkers
Detik-detik jelang operasi
Penyakit mata terbanyak di Indonesia adalah katarak dan kerusakan kornea mata yang dapat mengakibatkan kebutaan. Kornea yang rusak akibat infeksi bakteri, jamur, struktur kornea berlubang harus diganti dengan kornea donor. Resipien atau penerima kornea umumnya harus mengantri untuk mendapatkan kornea karena jumlah kornea terbatas. Dari jutaan penderita, hanya tersedia belasan ribu donor kornea.
Foto: Monique Rijkers
Kornea Mata Dalam Botol Pengawet
Jumlah calon penerima (resipien) kornea di Indonesia hingga tahun 2017 mencapai 170 ribu orang, sedangkan total calon pendonor kornea sekitar 15 ribu orang. Sejak 2008 hingga 2017 donor kornea lokal dari Indonesia sebanyak 445 orang. Pada kurun waktu yang sama, Indonesia mendapat bantuan donor kornea dari Filipina 700 kornea dan Srilanka 75 kornea. Di Indonesia, ada 3,75 juta penyandang tunanetra,
Foto: Monique Rijkers
Kartu Pendonor Mata
Calon pendonor kornea harus berusia di atas 17 tahun, tanpa paksaan dan disetujui oleh keluarga/ahli waris. Data identitas dicatat di Sekretariat Bank Mata. Pengambilan kornea dilakukan setelah pendonor meninggal, tidak menderita penyakit sistemis atau syaraf pusat yang disebabkan oleh HIV, hepatitis, rabies, tumor mata, glaucoma, sifilis, leukemia, kanker payudara dan kanker leher rahim.
Foto: Monique Rijkers
Medium Pendingin Penyimpanan Kornea Mata
Jeda waktu dari calon donor yang meninggal hingga tenaga ahli Bank Mata melakukan eksisi (membuka kornea mata) tidak boleh lebih dari 6 jam. Keluarga pendonor mata harus menutup mata donor dengan es batu yang dibalut kain kasa. Setelah itu kornea mata donor harus disimpan dalam keadaan dingin di dalam medium pengawet. Umumnya kornea yang didonorkan ini bisa bertahan selama dua minggu.
Foto: Monique Rijkers
Rosikin Sang Pengambil Kornea
Rosikin, tenaga ahli Laboratorium Bank Mata punya sertifikat dari Badan Kesehatan Dunia, WHO. Rosikin bertugas mengambil kornea dari pendonor, mengawetkan serta mengirimkan ke rumah sakit. Rosikin harus siap sedia setiap waktu karena kematian pendonor kornea tidak bisa diduga. Rosikin biasa mengambil kornea donor saat jenazah masih di rumah duka, kamar mayat, mobil jenazah bahkan di ambulans.
Foto: Monique Rijkers
Rosikin, Petugas Langka
Menurut Rosikin, “Pendonor kornea mata yang menggunakan kacamata minus atau plus atau pernah operasi katarak masih bisa menjadi pendonor kornea. Kornea dari mata kanan bisa digunakan untuk mata kiri dan sebaliknya. Kornea dari laki-laki bisa untuk mata perempuan dan sebaliknya. Usia juga tidak masalah. Penerima donor kornea mata anak bisa menggunakan donor kornea dari orang dewasa.
Foto: Monique Rijkers
Operasi Cangkok Kornea Mata
Operasi cangkok kornea berlangsung 90 menit. Setelah dicangkok, resipien harus rutin memeriksa kondisi kornea ke dokter mata guna memantau ada tidaknya penolakan dari tubuh. Risiko komplikasi berupa katarak dan glukoma (syarafnya tertekan oleh tekanan tinggi). Biaya operasi cangkok kornea bervariasi tergantung rumah sakit. Jika terjadi komplikasi, bisa dilakukan operasi cangkok kornea ulang.
Kornea Mata di Ruang Operasi
Meski calon pendonor kornea memberikan kornea secara sukarela tanpa menerima uang namun resipien kornea membutuhkan dana guna mendapatkan kornea dari Bank Mata. Harga satu kornea sekitar 6 juta rupiah. Kornea mata impor ada yang diberikan gratis untuk Bank Mata, ada pula yang harus dibeli sesuai pesanan pasien.
Kornea Mata Setelah Dicangkok
Di layar ini tampilan kornea yang sudah dicangkok. Cangkok kornea dapat menolong pasien yang alami kerusakan kornea. Namun di Indonesia belum ada peraturan yang wajibkan donor kornea. Di Filipina ada aturan yang menyatakan setiap jenazah yang meninggal di rumah sakit bisa diambil korneanya dalam waktu 6-12 jam. Untuk kasus kecelakaan/ kriminal butuh waktu hingga 48 jam guna pengusutan hukum.
Calon Pendonor Kornea Mata
Minimnya jumlah pendonor kornea umumnya disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat dan alasan agama. Justru Jemaah Ahmadiyah Indonesia mendorong umatnya menjadi pendonor kornea. Pada tahun 2017, menurut Pengurus Ahmadiyah Depok, Rita Kohongia, ada 4016 calon pendonor kornea baru. Imun Achmadi dan istrinya, Nani Sugihartini tinggal di Bekasi dan sudah menjadi pendonor sejak 1989.
Foto: DWM. Rijkers
10 foto1 | 10
Maulana Ahmad hanya tinggal setahun di Yogya lalu kembali ke India sedangkan Mirza Wali Ahmad Baiq terlibat dalam kegiatan organisasi pemuda bersama Muhammadiyah dan kemudian bergabung dengan organisasi pemuda Moeslim Broederschap yang didirikan pada tahun 1926 oleh Djojosugito, kader Muhammadiyah yang memilih menjadi Ahmadi (sebutan untuk pengikut Ahmadiyah).
Subur di Masyarakat Perkotaan
Mirza Ahmad Baiq menyebarkan Ahmadiyah aliran Lahore melalui diskusi dan tulisan yang diterbitkan hingga banyak menarik minat para pemuda Islam. Gerakan Ahmadiyah Indonesia yang beraliran dari Lahore terbentuk pada 9 September 1929 dengan nama "De Ahmadijah Beweging Indonesia” dengan ketetapan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi penutup dan pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Mudjaddid atau pembaru.
Meski kedua aliran Ahmadiyah tidak berpolitik namun Gerakan Ahmadiyah Indonesia berupaya merangkul kaum nasionalis berlatar belakang pendidikan Barat, sesuatu yang tidak dilakukan oleh aliran Kadian.
Pada 23-25 Juni 1930 Gerakan Ahmadiyah Indonesia mengadakan kongres pertama di Purwokerto yang membahas ancaman dari penyebaran agama Kristen dan ateisme. Gerakan Ahmadiyah Indonesia berkembang cepat dengan cabang di enam kota.
Bagi organisasi massa berbasis umat Islam seperti Muhammadiyah, kehadiran Ahmadiyah dianggap sebagai saingan, apalagi anak keempat pendiri Muhamadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, yang bernama Erfan Ahmad Dahlan memilih mengikuti Ahmadiyah, seperti ditulis oleh AK. Pringgodigdo dalam buku "Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia” yang merupakan cetakan ke-7 yang diterbitkan tahun 1970.
Kontribusi Ahmadiyah Dalam Penerjemahan Alquran Bahasa Indonesia
Salah satu kontribusi penting Ahmadiyah dalam sejarah perkembangan agama Islam Indonesia adalah penerjemahan Alquran. Mirza Wali Ahmad Beig adalah penyokong penerjemahan Alquran yang dilakukan oleh H.O.S. Tjokroaminoto dengan tafsiran dari Ahmadiyah aliran Lahore. Hal ini terungkap dalam Kongres Sarekat Islam pada Januari 1928 di Yogya. Menggunakan tafsir Ahmadiyah aliran Lahore dalam Alquran menimbulkan polemik sehingga Agus Salim dari Sarekat Islam turun tangan membela penerjemahan itu.
Kisah Seorang Imam Gay di Paris
Ludovic-Mohamed Zahed telah mengabdikan hidupnya untuk memperjuangkan hak kaum homoseksualitas dalam Islam. Perjuangan yang berat dan berisiko. Simak kisahnya.
Foto: Getty Images/AP Photo/C.Paris
Butuh satu dekade yakinkan keluarga
Zahed: Butuh waktu 10 tahun untuk meyakinkan keluarganya yang imigran Tunisia bahwa dia, walaupun seorang homoseksual, tak layak dihina dan dipukuli seperti anjing. Melainkan seorang pria gay bermartabat dan sekaligus seorang Muslim yang taat.
Foto: Getty Images/AP Photo/C.Paris
Mendirikan masjid inklusif
Pendiri Homosexual Muslims of France ini mendirikan "Masjid Inklusif "di Paris pada tahun 2012. Zahed mengatakan bahwa masyarakat Muslim secara historis lebih toleran terhadap homoseksualitas ketimbang budaya Kristen. (foto ilustrasi)
Foto: picture-alliance/dpa
Hidup dalam ancaman
Ancaman yang dihadapinya tidak sedikit. Di Perancis, Zahed kerap meneriman pesan-pesan di Facebook yang menudingnya "menodai Islam" dan seharusnya "terbakar di neraka".
Foto: picture alliance/dpa
Menikahi pasangan
Pada tahun 2011, Zahed menikahi pasangannya. Ibunya, menghadiri pernikahan mereka. Ibunya mengatakan: 'Kamu bisa memiliki suami jika menginginkannya. Saya menerimamu kamu apa adanya." (foto ilustrasi)
Foto: picture-alliance/dpa
Merasa bisa menjadi keduanya
Saat diundang ke Berlin, Zahed berusaha menunjukkan bahwa homoseksualitas dan Islam, kompatibel: "Saya juga berjuang dengan dua identitas ini. Saya terbelah antara agama dan perliaku seksualitas saya,". Tapi kemudian, kata Zahed, dia menyadari bahwa Islam memegang pesan toleransi dan perdamaian - dan bahwa dia bisa menjadi keduanya: gay dan sekaligus Muslim.
Foto: DW/A. Ammar
Melawan intoleransi
Sejak saat itu, Zahed memutuskan mengabdikan hidupnya untuk meyakinkan orang lain, agar ikut melawan interpretasi Islam yang berpikiran tertutup dan tidak toleran yang dia sebut "fasis". Ed: Naomi Conrad (ap/as)
Foto: picture-alliance/dpa/R.Schederin
6 foto1 | 6
Agus Salim menegaskan tafsir Alquran yang ada saat itu berasal dari Wahabi Baru, kaum teosofi dan Ahmadiyah, namun yang paling baik adalah tafsir Ahmadiyah. Penerbitan Alquran sempat ditunda menunggu Majelis Ulama mengambil sikap. Menurut AK. Pringgodigdo dalam buku "Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia”, pada September 1928, Majelis Ulama Indonesia yang adalah bagian keagamaan Sarekat Islam mengadakan rapat di Kediri, Jawa Timur dan memutuskan penerjemahan Alquran dengan tafsir Ahmadiyah aliran Lahore boleh diteruskan dengan pengawasan Majelis Ulama Indonesia.
Alquran dengan penerjemahan berdasarkan tafsir Ahmadiyah hanya salah satu contoh tafsir penerjemahan yang beredar di Indonesia. Menurut buku terbitan Litbang Kementerian Agama, "Alquran di Era Global; Antara Teks dan Realitas” pada abad ke-20 terdapat Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus, Tafsir Al Furqan karya A Hasan, Tafsir Al Azhar karya Hamka, Tafsir Al Bayan dan Tafsir An Nur karya Hasby Ash Shidieqy, Alquran dan Tafsirnya yang diterbitkan Departemen Agama RI, Tafsir Al Mishbah karya Muhammad Quraish Shihab dan masih banyak lagi.
Persekusi Masih Terjadi
Meski turut berperan dalam tafsir Alquran dan mengakui Alquran sebagai kitab suci yang benar serta beribadah secara Islam, Ahmadiyah dianggap berbeda dari mazhab dalam Islam lainnya.
Persekusi berupa pengusiran warga Ahmadiyah dari tempat tinggal mereka terjadi beberapa kali di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Terakhir pada Mei 2018, penyerangan berakibat delapan rumah hancur sehingga 28 orang kehilangan tempat tinggal.
Perhatian terhadap Ahmadiyah sejauh ini masih minim, termasuk Presiden Joko Widodo belum pernah mengunjungi para korban penyerangan walau sudah beberapa kali mendatangi korban gempa di Lombok.
Pembunuhan terhadap tiga jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Jawa Barat pada 2011 merupakan contoh betapa rentannya menjadi seorang Ahmadi. Di masa DI/TII di Jawa Barat juga pernah terjadi pembantai orang Ahmadiyah di Jawa Barat karena menolak keluar dari Ahmadiyah. Pengakuan pemerintah kepada Jemaat Ahmadiyah diberikan pada tahun 1953 sedangkan untuk Gerakan Ahmadiyah Indonesia baru diterbitkan pada tahun 1986 meski organisasi ini sudah terbentuk sejak 1930.
Seberapa Terintegrasi Muslim di Eropa?
Semakin meluasnya gerakan populis haluan kanan di Eropa menimbulkan keraguan apakah praktik agama Islam dapat sejalan dengan demokrasi barat. DW mengungkap beberapa kesalahpahaman soal integrasi yang tersebar.
Foto: picture-alliance/Godong/Robert Harding
Seberapa sukseskah integrasi linguistik?
3/4 warga Muslim kelahiran Jerman memakai bahasa Jerman sebagai bahasa ibunya. Di antara para imigran, hanya 1/5 yang mengaku bahasa Jerman sebagai bahasa pertama. Semakin lama suatu generasi di suatu negara, maka semakin baik kemampuan bahasanya. Tren ini terlihat di seluruh Eropa. Di Jerman, 46% Muslim mengaku bahasa nasional mereka adalah bahasa Jerman. Bandingkan di Austria 37% dan Swiss 34%.
Foto: picture-alliance/dpa
Bagaimana pandangan Muslim atas hubungan antar-agama?
Studi yang dirilis Religion Monitor (2017) mengungkap 87% Muslim Swiss mengisi waktu luang mereka dengan menjalin relasi secara teratur dengan warga non-Muslim. Di Jerman dan Perancis hasilnya 78%, sementara di Inggris 68% dan Austria 62%. Sebagian besar Muslim dari generasi terkini secara konstan menjalin kontak dengan warga non-Muslim, terlepas dari berbagai rintangan yang muncul di masyarakat.
Foto: Imago/R. Peters
Apakah Muslim merasa terkoneksi dengan Eropa?
96% Muslim Jerman merasa terkoneksi dengan negara yang mereka tinggali. Persentase setinggi ini juga dirasakan warga Muslim di Perancis, namun persentase tertinggi dimiliki Swiss dengan perolehan 98%. Terlepas dari sejarahnya yang sejak lama dikenal memiliki institusi yang terbuka terhadap keragaman budaya dan agama, hanya sedikit Muslim (89%) yang mengaku memiliki hubungan dekat dengan Inggris.
Foto: Getty Images/S. Gallup
Seberapa pentingkah agama dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim Eropa?
Muslim dari keluarga imigran memiliki komitmen religius yang tinggi, yang terus dipertahankan lintas generasi. 64% Muslim yang tinggal di Inggris menyebut diri mereka "sangat religius". Perbandingan Muslim yang saleh di antara negara di Eropa yakni Austria 42%, Jerman 39%, Perancis 33% dan Swiss 26%.
Foto: DW/A. Ammar
Berapa banyak mahasiswa Muslim yang meraih gelar sarjana?
36% Muslim kelahiran Jerman meninggalkan bangku sekolah pada umur 17 tahun, tanpa melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Di Austria proporsinya mencapai 39%. Di Perancis, dengan sistem pendidikan yang lebih setara, warga Muslim memiliki hasil pendidikan yang lebih baik. Hanya satu dari sepuluh siswa Muslim yang meninggalkan sekolah sebelum mencapai usia 17 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Berapa banyak warga Muslim yang mampu memasuki pasar kerja?
60% Muslim yang pindah ke Jerman sebelum tahun 2010 memiliki jam kerja penuh-waktu, sementara hanya 20% yang memiliki kerja paruh-waktu. Persentase ini sama bagi non-Muslim. Warga Muslim Jerman memiliki peluang kerja yang lebih tinggi dibandingkan negara lainnya di Eropa. Angka pengangguran di Perancis di antara warga Muslim mencapai 14%, lebih tinggi 8% dibandingkan dengan warga non-Muslim.
Foto: picture alliance/dpa/U.Baumgarten
Seberapa luas penolakan terhadap Islam?
Satu dari empat non-Muslim di Austria mengaku tidak mau tinggal bersebelahan dengan Muslim. Persentase di Inggris juga cukup tinggi, mencapai 21%. Di Jerman, 19% responden non-Muslim menyebut mereka tidak menerima Muslim sebagai tetangga. Angkanya tak jauh berbeda di Swiss 17% dan Perancis 14%. Di antara golongan minoritas lainnya, Muslim adalah kelompok sosial yang paling banyak ditolak.
Foto: AP
‘Muslim di Eropa - terintegrasi namun tak diterima’
Seluruh informasi terkait bagaimana integrasi Muslim di Eropa dirilis oleh Yayasan Bertelsmann dengan judul riset ‘‘Muslims in Europe - Integrated but not accepted?’ Kesimpulan diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap lebih dari 10.000 orang di Jerman, Austria, Swiss, Perancis dan Inggris. Pengungsi Muslim yang tiba di Eropa sebelum tahun 2010 tidak termasuk dalam kelompok responden.
8 foto1 | 8
Penentangan terhadap Ahmadiyah semakin sistematis setelah tahun 1974 dan 2005 Majelis Ulama Indonesia memberikan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah. Hizbut Tahrir, Front Pembela Islam dan Forum Majelis Taklim adalah sejumlah organisasi yang menghendaki Ahmadiyah dibubarkan.
Di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Surat Keputusan Bersama atas nama Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung, sejak tahun 2008 seluruh kegiatan Ahmadiyah yang mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW diminta untuk dihentikan.
Meski terdapat perbedaan tafsir pada satu ayat terkait nabi terakhir, paling tidak Ahmadiyah turut serta dalam penerjemahan seluruh Alquran. Sejarah inilah yang idealnya diketahui oleh sesama anak bangsa dan dicatat sebagai kontribusi yang sudah diberikan Ahmadiyah.
Diharapkan dengan menyadari sumbangsih Ahmadiyah sebelum Indonesia lahir, maka persekusi dan tekanan dari ormas terhadap Jemaah Ahmadiyah tidak ada lagi. Tudingan sesat dan pemaksaan keluar dari Ahmadiyah serta serangan fisik terhadap Ahmadi sudah waktunya dihentikan dengan ketegasan hukum terhadap para pelaku kekerasan.
Penulis:
@monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator #IAMBRAVEINDONESIA.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
*Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.
Menakar Keislaman Aliran Alevi
Hingga kini penganut aliran Alevi masih berpolemik ihwal identitas keislaman mereka. Sebagian mengklaim Alevi sebagai bagian Islam, yang lain menolak keras. Inilah potret kepercayaan sub kultur yang sering ditindas itu
Foto: Imago/Zuma Press/xDavidxI.xGrossx
Kelahiran Turki, Berakar di Islam
Alevi adalah keyakinan berpengikut terbesar kedua di Turki. Sekitar 15-25% penduduk memeluk ajaran yang terbentuk pada abad ke-13 di dataran Anatolia ini. Alevi banyak mengadopsi ajaran Syiah yang diiringi dengan sentuhan sufisme. Meski Alevi berarti pengikut Imam Ali, keyakinan ini berbeda dengan Syiah Alawiyah yang berakar di Arab.
Foto: AP
Pengikut Ali Ibn Abi Thalib
Alevi terutama mengagungkan salah satu khalifah Islam, Ali ibn Abi Thalib. Menurut teologi Alevi, Ali merupakan salah satu wali Allah S.W.T. Aliran ini juga menghormati empat kitab suci agama samawi. Berbeda dengan Islam pada umumnya, Al-Quran buat kaum Alevi bukan sumber hukum dan cendrung menginterpretasikan ayat-ayat Al-Quran dari sudut pandang mistik
Foto: gemeinfrei
Islam Atau Bukan?
Termasuk ke dalam salah satu bentuk ibadah kaum Alevi adalah tarian berputar serupa Sufisme yang disebut Semah. Mereka tidak menjalankan rukun Islam dan Iman. Sebab itu pula banyak pengikut Alevi yang menanggap keyakinannya tidak bisa digolongkan Islam. Namun begitu pemimpin revolusi Iran, Ayatollah Khomeini, menetapkan pada dekade 1970an bahwa Alevi merupakan bagian dari Islam Syiah.
Foto: Imago/Zuma Press/xDavidxI.xGrossx
Kesempurnaan Absolut
Tujuan keimanan menurut Alevi adalah pencerahan dan kesempurnaan dalam konteks Al-Insan al-Kamil. Kesempurnaan itu bisa dicapai dengan cara menaklukkan hawa nafsu, rasa cinta terhadap sesama, kesabaran, kesederhanaan dan nilai-nilai kebajikan lain yang digunakan pada kehidupan sehari-hari.
Foto: Imago/Zuma Press
Semua dan Sama
Perempuan dalam tradisi Alevi memiliki posisi setara dengan laki-laki. Ajaran ini juga melarang poligami dan menganggap semua umat agama sebagai saudara seiman. Sebab itu pula kaum Alevi menilai semua agama berada di jalan yang benar menuju Tuhan.
Foto: Imago/Zuma Press
Puasa Muharram
Alevi juga mewajibkan umatnya berpuasa. Tapi berbeda dengan Islam, kaum Alevi berpuasa selama 12 hari di bulan Muharram. Setelah masa puasa tersebut mereka merayakan hari Asyura yang dalam tradisinya menyaratkan setiap orang memasak dan membagi-bagikan makanan pada teman, tetangga dan saudara.
Foto: Imago/Zuma Press/xDavidxI.xGrossx
Keyakinan 12 Imam
Ajaran Alevi tidak mengenal ritual Sholat dan tidak memiliki ketetapan waktu untuk melakukan ibadah. Kebanyakan ritual ibadah Alevi juga berbeda dengan Islam Sunni atau Syiah. Namun Alevi juga meyakini 12 Imam yang diagungkan Syiah Imamiyah. Mereka terutama mengikuti ajaran Imam ke-enam, Ja'far As-Shadiq yang juga menjadi guru bagi dua pendiri Mazdhab Sunni, yakni Abu Hanifah dan Malik bin Anas.
Foto: AP
Tragedi Madimak
Adalah pembantaian di hotel Madimak di kota Sivas pada 1993 yang mengubah wajah Alevi. Saat itu 37 pengikut Alevi yang sedang menghadiri festival dibakar hidup-hidup di dalam hotel oleh pengikut Sunni di Turki. Untuk menghindari tragedi serupa terulang, sejak itu kaum Alevi tidak lagi bersembunyi, melainkan mulai aktif di ranah publik. Meski begitu pengikut Alevi sering menjadi korban presekusi