Au Pair artinya saling membantu. Siapa yang bekerja sebagai Au Pair membantu kegiatan rumah tangga di sebuah keluarga asing. Apa imbalan dan manfaat, serta bagaimana pengalaman mereka yang sudah mengambil program ini?
Iklan
Tahun 2011, Paradiscoco Pakpahan menjejakkan kakinya ke Jerman. Paradiscoco datang ke Jerman untuk mengikuti program Au Pair. Ia berbagi kisah pengalamannya: “Saya mencari-cari informasi di internet tentang program Au Pair ini. Lalu akhirnya melamar dan diterima. Orangtua dari anak yang saya asuh juga sudah bertukar kontak dengan saya lewat chatting di internet.“
Saling membantu
Sebagai imbalan, para Au Pair ini dapat tinggal dan makan tanpa bayar dan memperoleh uang saku. Uang sakunya rata-rata sekitar 260 Euro per bulan.
“Program ini sangat baik, karena bukan sekedar saling membantu tapi juga saling memperkenalkan budaya kedua belah pihak,” tandas Paradiscoco.
Jam kerja Paradiscoco sebagai Au Pair sekitar 30 jam perminggunya. Dalam setahun, ia boleh mengambil cuti empat minggu.
Biasanya Au pair bekerja dari Senin sampai Jumat, pagi sampai siang atau siang sampai sore. Kadang-kadang –meski cukup jarang— jam kerjanya pindah ke malam hari, jika si orang tua ingin keluar malam.
Untuk mengikuti program Au Pair ini, ada kontrak kerja yang disepakati kedua belah pihak, orang tua si bocah dengan Au Pair. Kontrak kerja sebagai Au Pair hanya berlaku selama setahun, termasuk kewajiban majikan untuk membayar kursus Bahasa Jerman bagi sang Au Pair. Namun bukan artinya Au Pair tak bisa Bahasa Jerman sama sekali. Jika ingin menjadi Au Pair di Jerman, mereka harus lulus kursus Bahasa Jerman tingkat dasar dulu, sebelum melamar. Baru ketika menjalankan program homestay sebagai Au Pair, kursusnya bisa dilanjutkan.
Bagaimana tiket pesawatnya?
Pengalaman serupa mencari informasi untuk mendaftar sebagai Au Pair diceritakan Sylvia Pujiwati. Setiap website yang menyuguhkan informasi Au Pair ditengoknya dengan telaten.
Jika tiket untuk Paradiscoco ditanggung majikan, lain halnya dengan Sylvia: “Sesuai kesepakatanku dengan gasteltern atau orang tua si bocah yang akan saya asuh, kami bayar tiket pesawat setengah-setengah. Uang tiketnya saya bayar dengan uang saku saya selama tiga bulan pertama.” Sylvia mengasuh sepasang balita kembar selama setahun mengikuti program Au Pair.
Pengalaman tak terlupakan
Apa pengalaman tak terlupakan sepanjang mengikuti program Au Pair? Pertama kali datang ke Jerman, Sylvia mendarat di bandara Frankfurt. Ia menceritakan, penerbangan itu merupakan pengalaman terbang pertama kalinya ke luar negeri seorang diri. Rasa takut ditepisnya, mengingat keinginannya yang besar untuk merasakan hidup di negeri empat musim: “Setibanya di bandara, tak ada yang menjemput. Gasteltern saya tinggalnya jauh di.utara, di Pulau Sylt, Kota Westerland. Dari Frankfurt saya masih harus menempuh perjalanan darat dengan kereta selama delapan jam, transit di Hamburg. Ganti kereta di sana.“
Sementara Paradiscoco, punya pengalaman unik saat mengasuh balita putri Loraine. “Orang-orang Jerman bertanya pada saya, apakah saya ayahnya? Muda sekali untuk punya anak. Saya jawab, saya hanya mengasuhnya sebagai Au Pair. Lalu orang-orang heran lagi, kok ada Au Pair laki-laki menjaga balita perempuan. Mungkin jarang ya..”ujar Paradiscoco sambil tertawa.
Setahun setelah mengasuh Loraine, tahun 2012 Paradiscoco mendapat kesempatan untuk bekerja magang di sebuah taman bermain anak-anak selama setahun, sebelum akhirnya mewujudkan cita-citanya untuk melanjutkan pendidikan keperawatan. “Dulu sebenarnya saya sudah sekolah sebagai perawat. Tapi kemudian ijazah saya di Indonesia tak diakui di Jerman. Jadi tak bisa langsung bekerja, saya harus ikut pendidikan lagi.”
Selama sebulan sebelum mengecap pendidikan kembali, ia mengambil liburan panjang, mengunjungi beberapa kota di Eropa. Bertukar budaya, menjalin persahabatan, menatap cakrawala yang lebih luas, meraih cita, lewat program Au Pair.
Yang Harus Diketahui Sebelum Studi di Jerman
Jerman menarik minat mahasiswa asing karena kualitas universitasnya dan biaya yang murah. Tapi sebelum memutuskan berkuliah di Jerman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Foto: picture alliance / dpa
"Bebas Bayaran" Sifatnya Relatif
Universitas Jerman hanya bebas bayaran jika calon mahasiswa yang mendaftar ke universitas negeri juga diterima oleh universitas itu. Selain itu, calon mahasiswa juga bermaksud untuk berkuliah dalam kondisi seperti warga Jerman biasa. Itu berarti: menghadapi tantangan yang sama. Program studi yang lain dari itu, atau di universitas swasta, kualitasnya juga bagus, tetapi tidak bebas biaya dan mahal.
Foto: dapd
Mahasiswa dan Kerja Sampingan
Visa mahasiswa membatasi jumlah waktu yang boleh digunakan untuk bekerja. Bagi mahasiswa tanpa paspor Uni Eropa, batasnya 120 hari per tahun. Dalam semester kuliah hanya boleh bekerja 20 jam per minggu. Tetapi biaya hidup di Jerman lebih murah daripada di banyak kota AS dan Inggris. Sebaiknya tidak mencoba kerja gelap. Ada risiko eksploitasi, dan jika tertangkap bisa dideportasi.
Foto: Fotolia/MNStudio
Melamar Beasiswa
Di Jerman banyak ditawarkan beasiswa bagi mahasiswa asing di berbagai bidang. Jika berprestasi baik dan ulet mencari beasiswa, kesempatan bisa diperoleh. DAAD adalah lembaga negara Jerman yang memberikan beasiswa paling banyak bagi mahasiswa asing. Yayasan yang memberi beasiswa dengan spesifikasi tertentu juga banyak.
Foto: picture-alliance/dpa
Masalah Visa
Mahasiswa dari negara bukan anggota Uni Eropa kerap hadapi masalah visa. Tiap orang bertanggungjawab sendiri untuk mengurus asuransi kesehatan, buktik emampuan menunjang hidup secara finansial, temukan tempat tinggal, daftarkan diri pada kantor wilayah, buat janji soal perpanjangan visa, dan dokumen lainnya. Bagi banyak negara, masalah ini sudah dimulai saat meminta visa di kedutaan besar Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Menanggulangi Banyak Formulir
Orang harus bersedia mengisi formulir. Sebaiknya biasakan diri dengan kata-kata birokratis Jerman. Juga organisir semua surat, lengkap dengan fotokopinya, mulai dari urusan visa sampai bayar sewa kamar. Triknya: jika dapat surat resmi, kirim kembali surat resmi yang lebih banyak lagi. Begitu saran Leah Scott-Zechlin, yang pernah kuliah di Berlin, dan veteran "Papierkrieg" (perang kertas).
Foto: picture alliance/dpa/Patrick Pleul
Bisa Bahasa Jerman Sangat Membantu
Tentu di kota besar orang asing bisa tinggal tanpa bisa bahasa Jerman. Sebagian program studi juga ditawarkan dalam bahasa Inggris. Tetapi setiap aspek hidup lebih mudah jika bisa bahasa Jerman, baik untuk bicara dengan petugas negara, maupun untuk bersosialisasi dengan orang Jerman. Kalau ingin bekerja, kemampuan berbahasa Jerman jadi aset sangat besar di pasaran tenaga kerja.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Universitas Tidak Menuntun Mahasiswa
Di Jerman mahasiswa tidak dibimbing seperti di sekolah. Sepenuhnya tergantung tiap mahasiswa asing untuk bisa jalani hidup di negara asing, datang ke kuliah dan belajar. Mata kuliah ada yang berkesan sangat bebas. Terserah mahasiswa, apakah serahkan pekerjaan rumah, berpartisipasi dalam kuliah atau tidak. Sebagian mata kuliah tergantung sepenuhnya pada ujian akhir atau makalah di akhir semester.
Foto: imago/Westend61
Masalah Tempat Tinggal
Asrama mahasiswa ada di banyak kota. Tetapi untuk dapat tempat kadang sulit. Di samping asrama, mahasiswa Jerman juga sering tinggal di Wohngemeinschaft (WG). Dalam sistem ini, beberapa mahasiswa bersama-sama menyewa sebuah apartemen. Tiap orang dapat satu kamar. Dapur dan kamar mandi biasanya digunakan bersama. Ini cara baik untuk bersosialisasi dengan orang Jerman dan memperbaiki bahasa Jerman.
Foto: Fotolia
Mencari Saran
Tinggal dan belajar di luar negeri kerap butuh tanggung jawab tinggi. Dan kadang orang merasa harus berjuang sendirian menghadapi banyak tantangan. Tapi tidak usah khawatir. Anda bukan mahasiswa asing pertama di Jerman. Sumber informasi dan saran kerap bisa ditemukan di internet. Untuk yang berbahasa Inggris ada forum "Toytown Germany".
Foto: Fotolia/Creativa
Mungkin Ingin Tinggal Selamanya
Mungkin Anda individu yang tahu cara peroleh kesempatan terbaik dalam hidup: kuliah beberapa tahun di Jerman, raih gelar, mungkin kerja sedikit, lalu kembali ke tanah air dan dapat penghasilan tinggi. Bisa jadi juga, Anda jatuh cinta dengan Jerman, sehingga hadapi dilema ucapkan "Tschüß" (selamat tinggal) selamanya kepada tanah air, atau rindu Jerman seumur hidup. Penulis: Caitlin Hardee (ml/vlz)