Au Pair sering disalahpahami sebagai pengasuh anak. Namun, sebenarnya seorang Au Pair adalah bagian dari keluarga dan menjadi kakak dari anak-anak 'host family'. Itulah peran yang dijalani Herwina, Au Pair asal Jakarta.
Iklan
Siang hari di Pülheim, kota kecil berjarak sekitar 15 menit perjalanan kereta dari Köln. Herwina, pemudi asal Jakarta berjalan santai melewati pintu masuk taman kanak-kanak "Arche". Kehadirannya di sana adalah untuk menjemput Kian Hübner, anak kedua dari apa yang disebut sebagai "Gastfamilie” dalam bahasa Jerman atau "host family” dalam bahasa Inggris. Belum ada padanan yang tepat untuk istilah ini, namun kata "keluarga angkat” mungkin bisa digunakan untuk mengacu pada keluarga di mana kini Herwina tinggal di Jerman.
Keluarga Hübner adalah "Gastfamilie” Herwina, dan perempuan berusia 23 tahun itu adalah seorang Au Pair untuk keluarga Hübner. Istilah Au Pair merujuk pada anak-anak muda usia 18-26 tahun, yang berada di negara asing dalam jangka waktu tertentu untuk tinggal bersama keluarga angkat. Au Pair dianggap sebagai anggota penuh keluarga selama masa tinggal. Oleh karena itu, Au Pair membantu keluarga dalam pengasuhan anak dan dapat diminta untuk memikul beberapa tugas rumah tangga yang ringan. Sebagai imbalan, keluarga angkat menyediakan tempat tinggal gratis serta uang saku. Jadi, perlu diingat bahwa Au Pair bukanlah pekerja rumah tangga atau pengasuh anak.
Di pagi hari Herwina menghadiri kelas bahasa Jerman tingkat lanjut di Volkhochschule Köln, dan di siang hari, atau tepatnya pukul 13.00, ia menjemput Kian dan pulang ke rumah bersama, yang dilanjutkan dengan bermain dan menemani Lou, kakak Kian yang berumur 7 tahun, belajar.
Belajar Hidup di Jerman
Awalnya Anggy datang ke Jerman sebagai 'au pair'. Kini ia biayai kuliahnya sendiri sambil bekerja. Pelajaran hidup didapatnya bukan hanya dari kuliah, namun dari kerja keras dan interaksi multikultur.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Kuliah dua jurusan
Anggy Pradita kuliah jurusan bahasa Jerman dan Inggris, di Universitas Westfälische Willhem Münster, Jerman. Di universitas yang sama dia pun mengambil jurusan pendidikan. Selama menempuh studi, ia membiayai sendiri biaya kuliah dan hidupnya.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Awalnya menjadi pengasuh anak
Awalnya, tahun 2010 Anggy datang ke Jerman, sebagai ‘au pair‘ atau pengasuh anak dengan pertukaran budaya. Lalu, ia mengikuti kelas persamaan SMA di Jerman dan mulai kuliah sambil bekerja.
Foto: Anggy Pradita
Bertahan hidup dengan bekerja
Kini di samping kuliah, sehari-hari Anggy bekerja membersihkan rumah orang-orang yang sibuk dan membutuhkan bantuannya, selain itu ia juga bekerja di sebuah kafetaria milik orang Jerman.
Foto: Anggy Pradita
Beraktivitas dan bercengrama
Di tengah kesibukannya kuliah dan bekerja, Anggy juga aktif dalam kegiatan—kegiatan mahasiswa di Jerman, terutama kegiatan kebudayaan. Bercengkarama dengan dengan kawan-kawan menjadi pelepas segala lelah.
Foto: Anggy Pradita
Mandiri
Bagi Anggy: kuliah, bekerja dan bersosialisasi di Jerman merupakan proses belajar dalam kehidupan. Kemandirian dan bagaimana beinteraksi dengan orang lain menjadi tantangan untuk dapat hidup lebih maju.
Foto: Anggy Pradita
Beribadah
Meski sibuk, aktivitasnya sedikitpun tak berkurang pada bulan puasa. Menjalankan puasa sekitar 18 jam sehari di musim panas, ia tetap studi, bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Namun kemenangan melawan hawa nafsu sekaligus memperkenalkan agama dan budayanya menjadi kegembiraan tersendiri baginya. Menjalankan ibadah menjadi keseimbangan dalam kesehariannya.
Foto: A. Pradita
Godaan di tanah air lebih berat
“Di kafe, kadang-kadang di tengah kerongkongan haus, saya tetap melayani pelanggan yang ingin es,“ kata Anggy. “Lebih berat di Jakarta loh..puasanya..soalnya godaannya tukang bakso yang lewat. Di sini kan tak ada abang bakso,“ ujarnya tertawa.
Foto: A. Pradita
Memasak menu berbuka bagi sesama
Anggy juga banyak berdiskusi tentang agama dengan pemilik kafe dan rekan kerjanya di mana ia bekerja . Kepada mereka ia menjelaskan mengenai Islam, berpuasa atau beribadah. Yang mengharukan, tiap buka puasa, atasannya atau sang pemilik kafe yang orang Jerman selalu menyiapkan sendiri makanan khusus yang dimasaknya khusus buat Anggy berbuka.
Foto: A. Pradita
Membangun hubungan kebersamaan
“Ia bahkan berbelanja khusus ke toko Turki atau toko halal untuk membeli bahan makanan yang khusus dimasaknya untuk saya,“ papar Anggy. Persahabatan antar agama, antar etnis, antar budaya, ynag didasari pemahaman satu sama lain membuahkan rasa kemanusiaan dan rasa kasih sayang. Anggy bahkan memanggil „mutti“ atau ibu pada pemilik kafe ini.
Foto: A. Pradita
Bertukar budaya, membangun toleransi
Belajar hidup, itulah intinya bagi Anggy dalam menjalani kehidupannya di Jerman. Pelajaran hidup, bukan hanya ditelannya dari bangku kuliah, namun juga dari tempat kerja, pengalaman berinteraksi dengan orang berbeda latar belakang, membangun toleransi dan bertukar budaya. “Ini akan jadi bekal hidup saya ketika lulus kuliah tahun 2018 nanti,“ tandasnya penuh semangat.
Foto: A. Pradita
10 foto1 | 10
Ingin menjadi bagian dari masyarakat Jerman
Sebelum ke Jerman, Herwina telah mengenyam pendidikan S1 jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Jakarta. Ia memiliki keinginan yang sangat besar untuk bisa merasakan bagaimana menjadi bagian dari masyarakat Jerman. Melamar beasiswa pun ia lakukan, namun kandas. Wina tak kehilangan akal. Ia mencoba peruntungannya pada program Au Pair. "Saya telah mempelajari bahasa dan budaya Jerman di tempat saya kuliah. Saya tertarik dan merasa mampu untuk mengikuti program ini," katanya.
Hal yang ia lakukan pertama kali setelah memutuskan untuk menjadi Au Pair adalah membuat akun di Au Pair World. Situs ini adalah platform semacam Facebook, namun dikhususkan untuk Au Pair yang mencari host family atau sebaliknya. Herwina mengerahkan segala kemampuannya untuk membuat tampilan akun Au Pair World-nya meyakinkan host family. "Aku buat akun sekitar bulan Mei. Sejak saat itu, aku rajin mengirim pesan kepada host family. Tiap hari 10 pesan," kenangnya. Ia kerap mendapat balasan, namun hingga tahap lanjutan video call ada hal-hal yang baik Herwina atau host family tidak bisa sepakati, seperti misalnya biaya tiket pesawat. "Aku mencari keluarga yang bersedia untuk bayar semuanya. Jadi aku enggak usah mengeluarkan biaya."
Bulan September 2018 pencariannya pun membuahkan hasil. Herwina mengenal keluarga Hübner. Mereka melakukan satu kali video call dan beberapa waktu kemudian Herwina dikirimi kontrak dan berbagai dokumen lain yang ia perlukan untuk mengurus visa di Kedutaan Besar Jerman, Jakarta. Awal Oktober Herwina terbang ke Jerman dan akan tinggal bersama keluarga Hübner selama satu tahun, atau tepatnya dari Oktober 2018 hingga Oktober 2019.
Siri Hübner, ibu di Gastfamilie, di mana Herwina tinggal, mengungkapkan apa yang membuat ia memilih Herwina untuk menjadi Au Pair di keluarganya. "Komunikasi yang sangat baik. Tentu ada banyak calon Au Pair yang mengirim pesan pada saya. Dan saya pun tidak mengutamakan satu negara. Saya punya feeling yang bagus pada Wina dan saya putuskan berdasarkan feeling saja dan ternyata keputusan saya adalah keputusan yang tepat," ungkap Siri yang sangat senang akan hadirnya Herwina yang bisa membantunya dalam menjaga kedua anaknya, yang berusia 7 dan 4 tahun.
Dengan menjadi bagian dari keluarga Hübner, Herwina berharap apa yang ia inginkan dari program ini bisa ia capai. "Harapan saya adalah untuk lebih memperdalam bahasa Jerman, dalam arti bisa berkomunikasi lebih baik lagi dalam bahasa Jerman dan tentunya bisa mengenal lebih dalam tentang cara hidup dan budaya orang Jerman,” jelasnya.
Tips Belajar Bahasa Jerman
Mempelajari satu bahasa yang baru bisa makan waktu lama dan kadang membuat frustasi. Berikut beberapa petunjuk praktis yang dapat memudahkan Anda dalam belajar Bahasa Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Bicara Lantang
Berbicara bahasa yang baru memang sulit karena pada awalnya biasanya terbentur dengan pengetahuan bahasa tersebut. Namun berlatih berbicara harus dimulai sejak dini. Jika Anda tidak punya kenalan orang Jerman, Anda bisa berlatih sendiri, misalnya di depan cermin.
Satu cara mudah untuk belajar sepanjang hari. Ambil secarik kertas, tulis nama barang-barang dalam Bahasa Jerman, dan tempelkan di barang tersebut. Jangan lupa untuk menuliskan artikel (der, die, das) dan juga bentuk jamaknya.
Foto: Colourbox
Baca Buku Cerita Anak dan Komik
Buku dan komik anak-anak ditulis dengan gaya yang sederhana dan dilengkapi dengan gambar. Itulah mengapa buku-buku tersebut sangat bermanfaat bagi mereka yang baru memulai belajar Bahasa Jerman.
Foto: DW/N. Steudel
Daftar Belanja dalam B ahasa Jerman
Sangatlah penting untuk mempelajari kosakata Jerman yang berguna dalam keseharian. Cobalah untuk menulis daftar belanja dan catatan lainnya dalam Bahasa Jerman. Mungkin pada awalnya perlu waktu, namun dengan cara ini Anda akan belajar banyak.
Foto: DW/A.-S. Bändlin
Jangan Tunggu sampai Sempurna
Yang paling penting adalah bahwa orang lain dapat memahami perkataan Anda. Ini tidak berarti bahwa setiap kalimat harus sempurna. Jadi jangan merasa takut untuk berbicara dalam Bahasa Jerman sesering dan sedini mungkin, walau merasa tatabahasa Anda masih kurang.
Foto: Fotolia/lassedesignen
Dengarkan Radio Jerman
Biasanya sangat sulit bagi pemula untuk mengerti misalnya apa yang didengar dari radio. Tapi jika sering mendengarkan percakapan, baik langsung maupun di radio, Anda dapat mengembangkan kedekatan rasa terhadap Bahasa Jerman. Banyak program radio Jerman yang kini bisa disimak secara online dari Indonesia.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Schulze
Cari Mitra Tandem
Satu kesempatan yang sangat bagus, jika Anda mengenal penutur asli Bahasa Jerman. Cobalah untuk mencari dan bertemu orang Jerman yang ingin belajar Bahasa Indonesia. Jika Anda berhasil mendapatkan "pasangan tandem", ini akan membantu Anda tidak saja untuk belajar kosa kata dan ekpresi, tapi juga untuk mempelajari irama bahasa.
Foto: Colourbox
Memasak dengan Bahasa Jerman
Memasak merupakan salah satu bagian terpenting dalam keseharian. Cara terbaik untuk mempelajari berbagai nama makanan serta bahan-bahannya adalah dengan memasak sendiri. Bukan berarti Anda harus memasak makanan Jerman. Tapi yang penting, apapun makanannya, resepnya ditulis dalam Bahasa Jerman.
Foto: Deyan Georgiev/Colourbox
Baca Buku yang Anda Kenal dalam B. Jerman
Anda pasti tahu di luar kepala cerita dari buku yang menjadi favorit Anda. Carilah, mungkin buku favorit Anda ini juga terbit dalam Bahasa Jerman. Ini satu keuntungan besar karena Anda tahu jalan cerita buku tersebut, sehingga Anda hanya harus membacanya dan berkonsentrasi pada bahasa.
Foto: Colourbox
Dengarkan Lagu Jerman dan Pelajari Liriknya
Belajar Bahasa Jerman lewat lagu dianggap satu cara paling efektif. Carilah lagu-lagu Jerman, misalnya di Youtube, dan pilih yang Anda sukai. Dengarkan dan coba tulis lirik lagu tersebut.
Foto: Getty Images/A. Rentz
Tonton Film atau TV Jerman
Satu cara yang bagus untuk belajar Bahasa Jerman, dan juga untuk menikmati hiburan. Jika Anda misalnya memiliki DVD atau CD film Jerman, Anda dapat menonton film tersebut dalam bahasa yang Anda mengerti atau dengan teks terjemahan. Setelah Anda mengetahui jalan ceritanya, tontonlah dalam Bahasa Jerman dan tanpa teks terjemahan.
Foto: picture-alliance/dpa
11 foto1 | 11
Tidak perlu agen
Menjadi Au Pair adalah salah satu cara untuk bisa ke Jerman dan menjadi bagian dari masyarakatnya. Banyak orang yang begitu ingin ke Jerman, sehingga mengacuhkan hal-hal penting yang harus diperhatikan atau menggunakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu, seperti misalnya jasa agen Au Pair.
Menurut Herwina, agen Au Pair sangat tidak diperlukan. "Kita bisa mengurus semuanya sendiri, seperti misalnya dengan membuat akun di Au Pair World. Ada agen yang bahkan meminta seorang calon Au Pair untuk membayar berjuta-juta agar bisa menjadi Au Pair di Jerman." Hal ini tentu bisa dihindari dengan benar-benar mencari informasi sedalam mungkin jika sudah berkeputusan bulat ingin menjadi Au Pair di Jerman (atau di negara yang diinginkan).
Selain itu, komunikasi dengan calon Gastfamilie juga harus dijalin dengan sebaik mungkin. Saat komunikasi pertama kali "harus sedetail mungkin membicarakan tentang apa yang nanti akan dikerjakan dan didapatkan selama mengikuti program Au Pair di Jerman. Dan yang paling penting menurut saya adalah harus lebih dalam lagi mempelajari bahasa dan budaya Jerman, agar ketika nanti sudah berada di Jerman, kita akan lebih meminimalisir kesulitan-kesulitan yang nantinya akan kita hadapi di negara asing," tambahnya.
Dari Jakarta ke Pulheim: Cerita Seorang Au Pair di Jerman
Herwina adalah seorang Au Pair dari Jakarta yang kini tinggal bersama satu keluarga Jerman di Pulheim, Jerman. Simak ceritanya dalam sajian galeri gambar berikut ini.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Au Pair di keluarga Jerman
Herwina, pemudi 23 tahun asal Jakarta ini sekarang bermukim di Pulheim, kota kecil dekat Köln untuk menjalani program Au Pair. Sebagai seorang Au Pair lulusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Jakarta ini tinggal bersama dan menjadi bagian dari satu keluarga yang disebut “Gastfamilie”. Gastfamilie Herwina di Pulheim adalah keluarga Hübner, yang memiliki dua anak.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Anggota keluarga baru
Seorang Au Pair adalah bagian dari Gastfamilie. Begitu pula halnya bagi Herwina yang adalah bagian dari keluarga Hübner. Untuk kedua anak keluarga Hübner, Lou dan Kian, Herwina dianggap sebagai kakak. Tugas Herwina adalah menjemput Kian pulang dari TK, lalu menemani Kian dan kakaknya, Lou, bermain dan belajar.
Foto: privat
Wajib memiliki kemampuan bahasa Jerman dasar
Herwina memanfaatkan waktu luangnya di pagi hari untuk memperdalam kemampuan Bahasa Jermannya. Oleh karena itu, ia mengunjungi kelas bahasa Jerman di Volkhochschule (VHS) Köln. Di sana ia belajar bahasa Jerman level B2. Peningkatan kemampuan bahasa menjadi satu bentuk hak yang dinikmati seorang Au Pair. Berbagai biaya terkait sekolah bahasa ditanggung oleh Gastfamilie.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Satu tahun bersama
Salah satu tujuan Herwina menjadi Au Pair adalah karena keinginannya yang besar untuk bisa ke Jerman dan menjadi bagian dari masyarakat Jerman. Ia telah mencoba melamar beasiswa untuk bisa lanjut kuliah di Jerman, namun gagal. Herwina pun tak hilang akal. Mencoba peruntungan untuk menjadi Au Pair, ia pun berhasil. Herwina akan tinggal bersama keluarga Hübner dari Oktober 2018 sampai Oktober 2019.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Lanjut kuliah
Oleh karena program Au Pair hanya dibatasi selama satu tahun di satu negara, maka setelah tidak lagi menjadi Au Pair Wina akan mencoba untuk melanjutkan kuliah S2 di Jerman. Sisa waktu hingga Oktober nanti masih akan ia manfaatkan untuk memperdalam bahasa Jermannya supaya bisa memenuhi persyaratan kuliah di universitas di Jerman. (na/ts)
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
5 foto1 | 5
Peluang untuk melanjutkan kuliah
Salah satu persyaratan untuk bisa menjadi Au Pair adalah kemampuan bahasa. Seseorang diharapkan sudah memiliki kemampuan bahasa dasar (level A1) negara di mana ia akan melakukan Au Pair. Oleh karena Herwina sudah mengenyam pendidikan S1 Bahasa Jerman, maka tentu kemampuan bahasanya sudah melebihi A1.
Namun, ia masih ingin terus memperdalam bahasa Jermannya hingga ke tingkat di mana ia bisa kuliah. Program Au Pair hanya bisa diikuti selama satu tahun di satu negara. Oleh karena itu, "rencana ke depan aku adalah untuk terus memperdalam bahasa Jerman untuk mendapatkan sertifikat C1 dan mencari peluang untuk mendapatkan kesempatan mengikuti program kuliah S2."
na/ts
*Simak serial khusus #DWKampus mengenai warga Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman dan Eropa di kanal YouTube DW Indonesia. Kisah putra-putri bangsa di perantauan kami hadirkan untuk menginspirasi Anda.