Menkeu: Pertumbuhan Indonesia Kembali 7 Persen di 2017
18 September 2014
Menteri Keuangan “optimis”, Indonesia akan meraih tingkat perutumbuhan 7 persen pada 2017, sambil mengingatkan bahwa presiden terpilih Joko Widodo akan menghadapi tantangan besar di bidang infrastruktur.
Iklan
Negara ekonomi terbesar Asia Tenggara itu meraih tingkat pertumbuhan 5,12 persen untuk kuartal kedua hingga Juni tahun ini, pertumbuhan terlambat selama lima tahun terakhir, memperlihatkan sejumlah problem yang akan dihadapi presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi ketika mulai memerintah bulan depan. (Baca: Memahami Jokoway)
Jokowi telah berjanji akan menaikkan pertumbuhan GDP hingga tujuh persen per tahun dalam dua tahun, dengan menarik investasi asing, khususnya di sektor manufaktur dan memangkas aturan birokrasi yang menghalangi investasi, sebuah ambisi yang dilihat oleh para ekonom terlalu ambisius.
“Saya pikir ini tidak akan terjadi pada 2015 karena ada normalisasi kebijakan AS (dalam bidang perbankan), tapi jika anda bicara soal 2017, saya cukup optimis,” kata Menteri Keuangan Chatib Basri dalam pertemuan media di sebuah forum investasi di Hong Kong.
“Dengan meningkatkan infrastruktur uang akan mengalir balik ke Indonesia, kemudian dalam dua tahun, saya tidak akan terkejut jika kita bicara tentang 7 persen pertumbuhan ekonomi,” kata Chatib Basri.
Ia menambahkan bahwa masalah pembebasan lahan adalah hambatan utama yang menghalangi pembangunan infrastruktur.
Ranking Negara Idaman Investor
Sepuluh negara didaulat sebagai tujuan investasi terbaik sejagad oleh konsultan internasional, A.T. Kearney dan lembaga PBB, UNCTAD. Cina masih berada di urutan teratas, sementara prospek Indonesia melemah.
Foto: PHILIPPE LOPEZ/AFP/Getty Images
10. Jepang
Tidak sedikit perusahaan-perusahaan multinasional yang menggantungkan program riset dan pengembangannya pada Jepang. Selain itu negeri sakura juga dinilai prospektif sebagai pusat logistik regional. Secara umum, posisi Jepang masih kokoh karena geliat pasar di dalam negeri yang dinamis, buruh yang terdidik dan konsumen yang berpikiran maju.
Foto: Fotolia/lassedesignen
9. Inggris
Investor dari zona Euro aktif merambah sektor keuangan yang menjadi tulang punggung perekonomian Inggris. Kendati rencana referendum soal keanggotaan Inggris di Uni Eropa 2017 mendatang, London masih dianggap sebagai pusat keuangan dan pertukaran modal paling menjanjikan di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
8. Thailand
Thailand sejak lama menikmati kepercayaan tinggi di kalangan investor. Negeri gajah putih itu misalnya beberapa tahun lalu menggeser Cina sebagai negara produksi Toyota terbesar ketiga di dunia. Serupa dengan Malaysia, Thailand mengandalkan sektor otomotif dan elektronik untuk mendulang dana investasi asing.
Foto: imago/McPhoto
7. Mexiko
Murahnya upah buruh dan biaya transportasi, serta afiliasi yang kuat perekonomian Mexiko dengan negeri jiran, AS, membuat investor membanjiri negara di jantung Karibik itu. Kepercayaan terhadap perekonomian Mexiko terutama menguat setelah pemerintah membuka keran bagi investasi asing dalam program privatisasi perusahaan energi pelat merah.
Foto: picture alliance/Arco Images GmbH
6. Jerman
Jerman didaulat sebagai negara dengan sektor manufaktur paling canggih di dunia. Negeri di jantung Eropa ini berhasil menarik investor yang mencari iklim bisnis yang aman, berjangka panjang dan berkelanjutan. Ketika perekonomian lain di Eropa menyusut, Jerman justru tengah menikmati angka pertumbuhan yang signifikan.
Foto: Reuters
5. Brasil
Negeri samba ini bisa membanggakan diri sebagai negara tujuan investasi terbesar untuk pemodal dari negara-negara berkembang dan ambang industri. Ketika arus keluar investasi portfolio menderas, Brasil justru menikmati jenis investasi jangka panjang. Energi dan pertambangan adalah dua sektor yang paling menjanjikan buat investor.
Foto: Fotolia/marchello74
4. Indonesia
Sejatinya investor asing masih menaruh harapan tinggi pada perekonomian Indonesia yang digerakkan oleh konsumsi dan eksplorasi sumber daya alam. Namun kepercayaan anjlok setelah pemerintah menelurkan regulasi yang melarang ekspor mineral mentah. Kebijakan tersebut dikhawatirkan bakal mengotori iklim investasi di tanah air.
Foto: picture-alliance/dpa
3. India
India menyedot 25,5 miliar US Dollar dalam bentuk Investasi Asing Langsung (FDI). Namun kendati masih dipercaya sebagai negara idaman buat perusahaan multinasional, arus modal yang masuk berkurang sebanyak enam miliar US Dollar dibandingkan tahun 2012. Salah satu alasan terbesar adalah langkah pemerintah memperketat regulasi penanaman modal.
Foto: Getty Images
2. Amerika Serikat
Meski memuncaki indeks kepercayaan investasi asing langsung (FDI), posisi Amerika Serikat dalam daftar negara idaman tujuan investasi melorot tipis dibandingkan Cina. Sektor keuangan dan elektronik/komputer adalah alasan terbesar perusahaan asing ramai-ramai berinvestasi di negeri paman sam.
Foto: Reuters
1. Cina
Negeri tirai bambu sejauh ini memuncaki daftar popularitas negara tujuan investasi di dunia. Sebanyak 45 persen dari 150 perusahaan multinasional yang dilibatkan dalam jajak pendapat menyebut Cina sebagai negara idaman. Beberapa sektor yang menjadi primadona adalah telekomunikasi, otomotif dan konstruksi.
Foto: PHILIPPE LOPEZ/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
“Jika kami bisa mengatasi isu pembebasan lahan, maka anda tahu, ekonomi akan melesat,“ kata Menteri Keuangan yang akan segera mengakhiri masa jabatannya ini.
“Alasan kenapa kami memutuskan 5,2 persen pertumbuhan (tahun ini) adalah karena kami perlu untuk memperlambat pertumbuhan dalam rangka mengekang masalah defisit ekonomi,” kata Chatib Basri, menambahkan bahwa kebijakan ini masih akan berlangsung hingga akhir tahun.
Pemerintah memberlakukan kenaikan suku bunga secara agresif tahun lalu bersama sejumlah langkah lainnya yang bertujuan untuk menekan impor.
Indonesian menikmati satu dekade yang relatif tenang dan stabil di bawah pemertintahan Yudhoyono, membantu negara itu bertransformasi menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dunia dan menjadi sasaran investasi besar.
Namun berbagai perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia sejak lama mengeluh soal munculnya kecenderungan kebijakan ekonomi yang semakin bercorak nasionalistik, khususnya dalam sektir sumberdaya alam, korupsi yang merajalela, dan infrastruktur yang buruk.