Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengklaim penyebaran hoax atau berita bohong pada Pemilu 2024 turun dibandingkan 2019. Dia menegaskan bakal terus berupaya menekan hoax yang kerap terjadi.
Iklan
"Soal hoax dibanding tahun 2019 memang terjadi penurunan yang signifikan soal hoax, terutama di tahun 2023 dan 2024. Memang dalam sebulan ke depan ini terjadi peningkatan, tetapi saya sebagai Menkominfo sudah tegas bahwa hoax akan kami selesaikan secara adat, dalam hal ini adat digital itu 1x24 jam. Angkanya dari Januari 2023 hingga Januari ini sekitar 201 hoaks," ujar Budi Arie usai bertemu Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf di gedung PBNU, Jakarta, Kamis (18/1/2024).
Budi Arie menyampaikan akan dengan cepat menurunkan unggahan yang dinilai hoax. Dia juga bakal menyerah kasus hoax kepada penegak hukum apabila terdapat pelanggan hukum di dalamnya.
"Kita take down langsung semua konten yang mengandung unsur hoax. Soal konsekuensi hukumnya, kami akan serahkan kepada APH (aparat penegak hukum) manakala itu sudah masuk ke ranah hukum, maka silakan APH untuk mengambil langkah-langkah," ujar Budi Arie.
6 Kabar Hoax yang Menyulut Perang
Ia bisa memicu konflik, menggulingkan pemerintahan dan memecah belah satu bangsa: kabar bohong alias Hoax sejak lama ikut menggerakkan sejarah peradaban manusia. Inilah kisahnya:
Foto: Fotolia
Fenomena Beracun
Kabar bohong kembali mengalami kebangkitan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada hakikatnya, berita palsu yang marak di media-media sosial saat ini tidak berbeda dengan propaganda hitam yang disebar buat memicu perang dan kebencian pada abad silam. Fenomena itu mengandalkan jumlah massa untuk membumikan sebuah kebohongan. Karena semakin banyak yang percaya, semakin nyata juga sebuah berita
Foto: Fotolia/svort
Oplah Berganda buat Hearst
Pada 1889 pengusaha AS William Hearst ingin agar AS mengobarkan perang terhadap Spanyol di Amerika Selatan. Untuk itu ia memanfaatkan surat kabarnya, Morning Journal, buat menyebar kabar bohong dan menyeret opini publik, antara lain tentang serdadu Spanyol yang menelanjangi perempuan AS. Hearst mengintip peluang bisnis. Karena sejak perang berkecamuk, oplah Morning Journal berlipat ganda
Kebohongan Memicu Perang Dunia
Awal September 1939, Adolf Hitler mengabarkan kepada parlemen Jerman bahwa militer Polandia telah "menembaki tentara Jerman pada pukul 05:45." Ia lalu bersumpah akan membalas dendam. Kebohongan yang memicu Perang Dunia II itu terungkap setelah ketahuan tentara Jerman sendiri yang membunuh pasukan perbatasan Polandia. Karena sejak 1938 Jerman sudah mempersiapkan pendudukan terhadap jirannya itu.
Foto: Getty Images/H.Hoffmann
Kampanye Hitam McNamara
Kementerian Pertahanan AS mengabarkan bahwa kapal perang USS Maddox ditembaki kapal Vietnam Utara pada 2 dan 4 Agustus 1964. Insiden di Teluk Tonkin itu mendorong Kongres AS menerbitkan resolusi yang menjadi landasan hukum buat Presiden Lyndon B. Johnson untuk menyerang Vietnam. Tapi tahun 1995 bekas menhan AS, Robert McNamara, mengakui insiden tersebut adalah berita palsu.
Foto: NATIONAL ARCHIVES/AFP/Getty Images
Kesaksian Palsu Nariyah
Seorang remaja putri Kuwait, Nariyah, bersaksi di depan kongres AS pada 19.10.1990 tentang kebiadaban prajurit Irak yang membunuh puluhan balita. Kesaksian tersebut ikut menyulut Perang Teluk. Belakangan ketahuan Nariyah adalah putri duta besar Kuwait dan kesaksiannya merupakan bagian dari kampanye perusahaan iklan, Hill & Knowlton atas permintaan pemerintah Kuwait.
Foto: picture alliance/CPA Media
Operasi Tapal Besi
April 2000 pemerintah Bulgaria meneruskan laporan dinas rahasia Jerman tentang rencana pembersihan etnis ala Holocaust oleh Serbia terhadap etnis Albania dan Kosovo. Buktinya adalah citra udara dari lokasi kamp konsentrasi. Laporan tersebut menggerakkan NATO untuk melancarkan serangan udara terhadap Serbia. Rencana yang diberi kode "Operasi Tapal Besi" itu tidak pernah terbukti hingga kini.
Foto: Yugoslav Army/RL
Bukti Kosong Powell
Pada 5 Februari 2003 Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell, mengklaim memiliki bukti kepemilikan senjata pemusnah massal oleh Irak pada sebuah sidang Dewan Keamanan PBB. Meski tak mendapat mandat PBB, Presiden AS George W. Bush, akhirnya tetap menginvasi Irak buat meruntuhkan rejim Saddam Hussein. Hingga kini senjata biologi dan kimia yang diklaim dimiliki Irak tidak pernah ditemukan.
Foto: AFP/Getty Images
7 foto1 | 7
Bijak gunakan media sosial
Budi Arie turut menghimbau kepada masyarakat agar bijak dalam menggunakan media sosial. Dia menekankan hoax menjadi musuh bersama dalam era digitalisasi seperti sekarang ini.
"Yang pertama jaga jempol, jempol dijaga bukan jempol orang lain tapi jempol sendiri, karena jempol ini hari ini lebih dahsyat dari kata-kata atau mulutmu harimaumu. Jadi mulutmu harimaumu ndak kalah sama jempolmu bahayamu," ucap Budi Arie.
"Yang kedua saring dulu sebelum sharing. Jadi kita liat dulu ini berita benar nggak? kalau nggak benar mau saya coba sebarin kan ada di kominfo, ada cek data, ada cek konten dan lain-lain. Yang ketiga, hoax ini atau berita palsu ini menjadi tren dan musuh ruang digitalisasi kita, maka itu kita mengimbau kepada masyarakat untuk sama-sama menjaga ruang digital kita supaya sehat dan bijak," pungkasnya.