Menlu AS Kunjungi India, Bahas Afganistan dan Cina
28 Juli 2021
Menlu AS Antony Blinken akan bertemu dengan PM India Narendra Modi dan beberapa pejabat lainnya pada Rabu (28/07) untuk membahas sederet isu penting, mulai dari agresi Cina, situasi di Afganistan, dan catatan HAM India.
Iklan
Para pejabat India akan menyuarakan kekhawatiran mereka atas ekspansi Taliban di Afganistan dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Rabu (28/07).
Ini adalah kunjungan luar negeri pertama Blinken ke India sejak menjabat sebagai menlu AS di bawah pemerintahan Joe Biden.
Selain membahas tentang situasi keamanan di Afganistan, India juga akan menekan AS untuk memberikan lebih banyak dukungan dalam melawan agresi Cina di kawasan Indo-Pasifik.
Situasi keamanan di Afganistan dan agresi Cina
India merupakan bagian dari aliansi Quad bersama dengan AS, Jepang dan Australia. Aliansi ini dipandang sebagai sebuah benteng untuk melawan Cina.
Tetapi menurut Brahma Chellaney, seorang pakar urusan luar negeri di Pusat Penelitian Kebijakan India, hubungan keduanya "sedikit berkurang” sejak Joe Biden mengambil alih kursi kepemimpinan dari Donald Trump.
"India terkunci dalam kebuntuan militer dengan Cina, tetapi tidak seperti administrasi Trump yang secara terbuka mengutuk agresi Cina dan mendukung India, tidak ada satu orang pun dari administrasi Biden yang melakukannya,” ujar Chellaney seperti dilansir dari AFP.
Pasukan AS Pulang, Afganistan Tertimbun di Bawah Sampah Amerika
Pangkalan Udara Bagram jadi markas besar pasukan AS di Afganistan selama hampir 20 tahun. Markas militer itu telah kosong sejak musim semi dan meninggalkan berton-ton sampah.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Rongsokan sejauh mata memandang
Sejarawan mungkin memperdebatkan peninggalan misi politik AS di Afganistan. Tetapi peninggalan fisiknya terlihat jelas dalam bentuk rongsokan dan sampah dalam jumlah besar. Angkatan Darat AS akan ditarik sepenuhnya dari Pangkalan Udara Bagram pada peringatan 20 tahun serangan teroris 11 September di Washington dan New York, jadi dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Di mana harus menaruh semua sampah?
Tentara AS akan membawa pulang peralatan atau memberikannya kepada pasukan keamanan setempat. Tetapi masih banyak sampah kemasan dan elektronik tersisa. Lebih dari 100.000 tentara AS bertugas di Bagram sejak 2001. Pangkalan yang terletak 70 kilometer di utara Kabul, telah berkembang menjadi kota kecil ala Amerika, lengkap dengan pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Sampah seseorang adalah harta karun bagi orang lain
Tempat pembuangan rongsokan di luar pangkalan telah menjadi populer di kalangan pemburu harta karun. Mereka datang dalam jumlah besar untuk mengais sampah, mencari sesuatu yang masih berguna, seperti sepasang sepatu boot militer ini. Harapan mereka adalah menjual apa yang ditemukan untuk mendapatkan uang.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Mencari harta karun sampah elektronik
Sampah elektronik dalam jumlah besar juga terkubur di tempat pembuangan sampah. Orang mencari papan sirkuit berisi suku cadang dan sekrup yang dapat digunakan kembali. Beberapa bahkan mengandung bahan berharga seperti tembaga dan sejumlah kecil emas. Bagi orang Amerika, itu semua sampah. Tapi bagi warga Afganistan yang berpenghasilan hanya US $695 (Rp8,5 juta) setahun, itu adalah harta karun.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang akan terjadi dengan Bagram?
Bagram, di kaki pegunungan Hindu Kush, memiliki sejarah panjang sebagai pangkalan militer. Tentara Uni Soviet menggunakan pangkalan itu selama invasinya pada 1979. Banyak yang sekarang khawatir setelah pasukan Amerika pergi, Bagram akan jatuh ke tangan Taliban, yang berarti kemenangan strategis bagi kaum Islamis.
Foto: imago images
Penarikan pasukan yang riskan
Pasukan AS resminya ditarik pulang sejak 1 Mei dan tidak ada waktu untuk membuang sampahnya. Senjata berat dan pasukan tambahan tetap disiagakan untuk kemungkinan serangan Taliban selama penarikan. Pada minggu terakhir penarikan, total 36 negara NATO dan mitra terlibat dalam misi tersebut, termasuk 2.500 tentara Amerika dan 1.100 tentara Jerman
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Wanita yang bekerja
Seorang gadis memulung peti logam usang dari tempat pembuangan sampah. Terlepas dari situasi sulit, anak perempuan dan wanita yang paling diuntungkan dari misi militer pimpinan AS dan jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Mereka dapat bersekolah, dan sebagai wanita dewasa bisa bekerja di sektor yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh mereka, termasuk di pengadilan tinggi dan institusi resmi lainnya.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Orang-orang yang ditinggalkan
Beberapa orang menemukan barang-barang bernilai sentimental murni di tempat barang rongsokan, untuk mengingatkan mereka pada pangkalan militer AS ini. Banyak pemukiman pasukan lokal Afganistan bermunculan di sekitar Bagram, dan eksistensi mereka bergantung pada pangkalan itu. Banyak yang sekarang bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan mereka dan keluarga mereka.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang tersisa?
Jadi apa yang tersisa dari kehadiran AS di Hindu Kush, selain sepatu usang dan kawat berkarat? Presiden AS Joe Biden menjanjikan kemitraan "berkelanjutan" pada saat pertemuan dengan mitranya dari Afganistan, Ashraf Ghani di Gedung Putih 25 Juni. Nasib jutaan warga Afganistan akan tergantung dari janji Biden. (bn/as)
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
9 foto1 | 9
Meski begitu, kunjungan Blinken di New Delhi diperkirakan akan membuka jalan diadakannya KTT dari aliansi Quad tahun ini, kata media lokal melaporkan.
Selain itu, Chellaney menilai pemerintahan Biden telah membuat New Delhi kesal dengan penarikan pasukan AS dari Afganistan yang ia nilai "terburu-buru dan tidak direncanakan dengan matang.”
Menurutnya, India khawatir bahwa kemungkinan Taliban mengambilalih kekuasaan di Afganistan, akan mengubah negara itu menjadi pangkalan bagi militan untuk menyerang India.
Catatan HAM India
Pertemuan Blinken dengan para pejabat India juga akan membahas upaya bersama dalam membuat vaksin COVID-19, perubahan iklim, dan catatan hak asasi manusia (HAM) terbaru di India.
Di bawah kepemimpinan Modi, India dinilai telah meningkatkan penggunaan UU anti-terorisme dan UU "hasutan” untuk menangkap warga. Menurut para kritikus, UU tersebut ditujukan untuk membungkam mereka yang berbeda pendapat, namun hal ini disangkal oleh pemerintah.
Pemerintahan Modi yang beraliran nasionalis Hindu juga dinilai telah mengenalkan UU yang menurut para kritikus merupakan diskriminasi terhadap 170 juta umat Muslim yang menjadi minoritas di India.