Menlu AS Antony Blinken tiba di Indonesia, negara pertama yang didatangi dalam rangka kunjungan ke Asia Tenggara, termasuk ke Malaysia dan Thailand. AS menggalang dukungan mengimbangi pengaruh Cina di kawasan.
Iklan
Dalam kunjungan pertamanya ke Indonesia sebagai menteri luar negeri, Antony Blinken tiba di Jakarta hari Senin (13/12) dan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan pejabat tinggi lainnya. Blinken akan memaparkan visi pemerintahnya untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama dengan kawasan ini.
Asia Tenggara akan menjadi salah satu mitra utama Amerika Serikat (AS) untuk menghadapi persaingan dengan Cina, ketika kedua adidaya dunia itu sedang berebut pengaruh di Asia-Pasifik. Presiden Joe Biden terutama ingin menegaskan lagi prioritas Asia Tenggara dalam politik luar negeri AS, setelah komitmen AS di kawasan ini di masa pemerintahan Donald Trump sempat dipertanyakan.
Antony Blinken juga akan akan menyampaikan pidato tentang strategi Indo-Pasifik AS di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden pada hari Selasa (14/12). Menlu AS itu akan memaparkan visi Joe Biden untuk kerangka ekonomi Indo-Pasifik, kata seorang diplomat tinggi AS untuk Asia menjelang kunjungan itu.
Adu Kekuatan Militer di Laut Cina Selatan
Sengketa wilayah di Laut Cina Selatan picu adu kekuatan militer di wilayah. Anggaran militer sejumlah negara naik drastis. Cina anggarkan pembelian senjata besar-besaran. Yang dilirik pedagang senjata Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Drake
Kapal Induk Kebanggaan Cina
Tentara rakyat Cina mengoperasikan kapal induk Liaoning sejak 2012. Kapal buatan Uni Sovyet tahun 1985 ini dibeli tahun 1998 dari Ukraina. Setelah dirombak dan direnovasi, dilanjutkan dengan pelatihan marinir Cina, sejak 2016 kapal induk ini dinyatakan siap tempur.
Foto: imago/Xinhua
Indonesia Andalkan Kapal Eropa
Indonesia juga melakukan modernisasi alat utama sistem pertahanan laut dengan membeli kapal perang baru. Korvette KRI Sultan Hasanuddin buatan 2007 sdibuat di Belanda. Jerman sejak lama juga menyuplai senjata ke Indonesia dan negara jiran di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Foto: picture alliance/dpa/A. Ibrahim
Vietnam Jagokan Lubang Hitam
Vietnam tak mau ketinggalan, dan tahun silam membeli enam kapal selam pemburu buatan Rusia. Angkatan laut AS dan menjulukinya "lubang hitam" karena kapal selam ini sulit dilcak radar dan nyaris tak berbunyi saat dioperasikan. Zona jelajahnya di kawasan perairan dangkal dan kapal selam ini tangguh menangkal kapal perang maupun kapal selam musuh.
Foto: Vietnam News Agency/AFP/Getty Images
Filipina Andalkan Kapal Buatan AS
Angkatan laut Filpina andalkan kapal perang BRP Gregorio del Pilar dalam sengketa kawasan laut itu. Ini juga bukan kapal baru, melainkan kapal bekas penjaga pantai AS buatan tahun 1967. Setelah dimodernisasi, kapal perang ini diiproklamirkan siap tempur pada 2012. Kawasan operasinya sekitar kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Favila
Singapura Kerahkan Kapal Siluman
Singapura negara terkecil di Asia Tenggara mengandalkan kapal perang berteknologi tinggi. Kapal siluman kelas Formidable buatan Perancis ini dioperasikan negara pulau itu sejak 2007.
Foto: Imago/China Foto Press
AS Tetap Dominasi Kawasan
Amerika Serikat tetap dominasi kekuatan militer di kawasan. Armada ke 7 Pasifik di Asia berkekuatan hingga 60 kapal perang, 350 pesawat tempur dan 60.000 serdadu. Kapal induk USS Ronald Reagan adalah satu-satunya yang dioperasikan terus menerus di luar perairan AS. Pangkalan kapal induk ini adalah basis AL di Yokosuka, Jepang. Penulis. Rodion Ebbighausen (as/ap)
Foto: AP
6 foto1 | 6
Dua adidaya berebut pengaruh Asia Tenggara
Amerika Serikat sedang menggalang dukungan sekutu dan negara-negara mitranya untuk mengimbangi pengaruh Cina di Asia Tenggara dan menentang langkah-langkah agresif dalam ketegangan di Laut Cina Selatan.
AS menuduh Angkatan Laut Cina menekan negara-negara di kawasan, termasuk Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Indonesia dalam ambisi memperluas pengaruhnya. Cina mengklaim hampir seluruh kawasan Laut Cina Selatan sebagai miliknya, dan menolak tindakan AS sebagai "campur tangan kekuatan luar."
Pemerintahan Joe Biden melihat peningkatan hubungan dengan Asia Tenggara sebagai hal yang vital untuk melawan dominasi Cina, terutama setelah Donald Trump menarik diri dari kesepakatan perdagangan regional pada 2017. Namun pemerintahan Biden belum menjelaskan apa strategi barunya dalam kerangka ekonomi dan politik energi.