1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu AS ke Teluk Bahas Langkah Balasan Terhadap Iran

19 September 2019

Menlu AS Mike Pompeo terbang ke Uni Emirat Arab untuk berbicara dengan sekutunya menanggapi serangan terhadap kilang minyak di Arab Saudi. AS menyebut serangan itu sebagai "tindakan perang" Iran.

Saudi-Arabien | Nach Angriff auf Ölanlagen in Saudi-Arabien
Foto: Reuters/H. I. Mohammed

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo terbang ke Abu Dhabi hari Kamis (19/09) dari kota Jeddah, Arab Saudi, di mana ia bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman pada Rabu (18/09) malam. Pimpinan Arab Saudi mengatakan, serangan terhadap kilang minyak di negaranya adalah "ujian nyata" dari dunia internasional.

AS dan Arab Saudi "sepakat bahwa rezim Iran harus bertanggung jawab atas kelanjutan perilaku yang agresif, ceroboh, dan mengancam," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus dalam sebuah pernyataan setelah pembicaraan di Jeddah.

"Serangan yang tidak dapat diterima dan belum pernah terjadi sebelumnya... tidak hanya mengancam keamanan nasional Arab Saudi, tetapi juga membahayakan kehidupan semua warga Amerika yang tinggal dan bekerja di Arab Saudi," tambahnya.

Mike Pompeo mengecam serangan ke Arab Saudi sebagai "tindakan perang" Iran. Pemerintah Arab Saudi hari Rabu merilis "bukti-bukti baru" yang menurut mereka menunjukkan bahwa serangan itu "tidak diragukan lagi" telah disponsori oleh Teheran.

Prancis: serangan tidak berasal dari Huthi di Yaman

Para pejabat Saudi menunjukkan apa yang mereka katakan sebagai pecahan dari 25 drone dan rudal jelajah yang ditembakkan hari Sabtu (14/09) di dua instalasi minyak terbesar negara itu dan membuat instalasi tersebut terbakar hebat.

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian juga mengatakan hari Kamis (19/09), klaim kelompok Huthi bahwa mereka yang melakukan serangan ke Arab Saudi "kurang kredibel."

Namun juru bicara militer Huthi, Brigadir Yahya Saree mengatakan, serangan terhadap dua fasilitas minyak di Arab Saudi itu diluncurkan dari tiga lokasi di Yaman, menggunakan pesawat canggih tanpa awak dengan kemampuan jarak jauh.

Dia juga mengancam Uni Emirat Arab dengan mengatakan bahwa pihaknya siap menyerang puluhan sasaran termasuk kota-kota yang dipenuhi pencakar langit Dubai dan Abu Dhabi.

"Jika Anda menginginkan perdamaian dan keamanan untuk fasilitas Anda… … maka tinggalkan Yaman sendirian," kata juru bicara Huthi.

Menteri Pertahanan Arab Saudi Turki Al-Malik memperagakan "bukti-bukti" atas serangan terhadap instalasi kilang minyak Foto: Reuters/H. I. Mohammed

Target-target potensial

Perencana militer AS yang menimbang pembalasan dilaporkan telah meneruskan daftar target Iran, termasuk kilang Abadan, salah satu kilang minyak terbesar minyak terbesar dunia, dan Pulau Khark, fasilitas ekspor minyak terbesar di Iran, tulis harian New York Times. Target potensial lainnya adalah lokasi peluncuran rudal dan aset lain dari Garda Revolusi Iran.

Rabu malam, stasiun siaran CBS News mengutip seorang pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya yang mengatakan, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyetujui serangan itu, dengan syarat bahwa hal itu dilakukan sedemikian rupa, sehingga tidak ada jejak yang menunjukkan keterlibatan Iran.

Para diplomat di Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, para ahli PBB diharapkan datang ke Arab Saudi untuk memimpin penyelidikan internasional.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, sanksi AS yang diberlakukan kembali oleh Presiden Donald Trump sejak 31 Juli, menggambarkan tindakan yang "ilegal" dan "tidak manusiawi" yang dirancang untuk "melukai warga sipil."

hp/ae (afp, rtr, ap)