1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu AS ke Libya Pekan Depan

ging ginanjar27 Agustus 2008

Kunjungan ini akan merupakan peristiwa bersejarah dalam hubungan Amerika-Libya yang diwarnai ketegangan selama puluhan tahun.

Foto: AP

Rencana kunjungan Menlu AS Condoleezza Rice ke Libya diungkapkan seorang pejabat penting Amerika yang tidak mau disebutkan namanya. Departemen Luar Negeri Amerika masih membisu. Tidak mengiakan, namun tidak pula membantah.

Seperti terlihat di ruang pers Departemen Luar Negeri Amerika kemarin. Wakil juru bicara Deplu, Robert Wood, langsung ditanya masalah dalam pertemuan rutin dengan wartawan. Robert Wood berkelit, tidak memberikan jawaban pasti:

"Yang bisa saya katakan adalah, andaikan kami memiliki bahan untuk diumumkan mengenai suatu kunjungan, kami akan mengumumkannya. Menteri Luar Negeri memang sudah lama berencana melawat ke Libya. Dan tentu saja kalau suatu waktu nanti ada kepastian yang bisa kami kabarkan, maka akan kami kabarkan".

Sementara itu, Menlu Rice yang baru saja mengakhir lawatan Timur Tengah belum menyatakan apapun soal ini. Condoleezza Rice memang sudah beberapa kali mengungkapkan niat itu. Dan Libya melihatnya sebagai semacam perwujudan pemulihan hubungan sepenuhnya yang dijanjikan Amerika jika Libya menghentikan seluruh program pengembangan senjata pemusnah masal.

Tahun 2004 pemimpin Libya Kolonel Muammar Khadafi mengumumkan penghentian program senjata pemusnah masal sebagaimana dituntut barat. Dua tahun kemudian Amerika mengumumkan pemulihan hubungan. Tahun lalu, rencana kunjungan Condolleeza Rice ditunda sehubungan penangkapan dan pengadilan terhadap para perawat dan dokter Bulgaria dan Palestina yang dituduh secara sengaja menyebarkan AIDS di Libya. Mereka dibebaskan Juli tahun lalu.

Dalam jumpa pers akhir tahun 2007, Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice mengungkapkan lagi niatnya untuk mengunjungi Libya.

Diungkapkan Rice saat itu:

"Kami sudah menjanjikan untuk memulihkan hubungan Amerika-Libya dan turut membantu Libya mendapatkan investasi dan terlibat lagi dalam pergaulan dengan masyarakat dunia. Saya mengharapkan terciptanya kesempatan untuk memperluas hubungan kedua negara lebih jauh lagi. Dan tentu saja saya berharap mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Libya. Itu akan merupakan langkah yang penting."

Libya pernah menjadi salah satu negara yang paling terkucil di dunia, karena keterlibatan dan dukungannya yang terang-terangan terhadap terorisme. Bahkan agen-agen Libya terbukti memasang bom pada sebuah pesawat milik maskapai penerbangan Amerika Panam, yang lalu meledak di atas udara Lockerbie, Skotlandia. Peristiwa tahun 1988 itu menewaskan 270 orang. Libya bersedia memberi kompesasi kepada para keluarga korban. Rincian ganti rugi itu baru saja disepakati 14 Agustus lalu.

Pada saat kesepakatan itu ditandatangani, Condoleezza Rice sedang bertolak ke Tbilisi, ibu kota Georgia. Saat itu ia mengungkapkan lagi niatnya untuk melawat ke Libya.

Kunjungan terakhir seorang pejabat Amerika ke Libya terjadi pada tahun 1953, ketika Menteri Luar Negeri John Foster bertemu penguasa Libya yang waktu itu masih berbentuk kerajaan, Raja Idris Sanussi.