1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Westerwelle Nahost-Reise

12 September 2011

Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle melakukan lawatan ke Yordania, Israel dan Palestina secara diam-diam. Targetnya, untuk menjajagi peredaan ketegangan jika PBB menyetujui berdirinya sebuah negara Palestina.

Menlu Jerman Guido Westerwelle bertemu presiden otonomi Palestina Mahmud Abbas.Foto: picture alliance / dpa

Menlu Jerman Guido Westerwelle melakukan aksi diplomasi tanpa publikasi. Ini berlaku bagi pertemuannya dengan Presiden Otonomi Palestina Mahmud Abbas di ibukota Yordania, Amman hari Minggu (11/09) petang serta pertemuan dengan Raja Abdullah dari Yordania hari Senin (12/9). Juga aksi diplomasi serupa dijalankan dalam lawatan ke Israel lewat Yordania.

Dalam kopernya, menlu Jerman itu membawa setumpuk pertimbangan kecemasan. Apa yang dapat dilakukan, jika Palestina, seperti yang diprediksikan, dalam sepekan mendatang mengajukan permohonan ke PBB untuk mengakui kedaulatan negaranya? Apa yang terjadi, jika dalam Sidang Umum permohonan ini mendapat persetujuan mayoritas? Israel dan Amerika Serikat telah menolak langkah ini sebagai sepihak. Apakah hal itu akan berarti kebekuan dalam konflik Timur Tengah akan berlanjut? Ataukah akan kembali dilakukan upaya bagi perundingan langsung tahap berikutnya?

Dari Mahmud Abbas, menlu Jerman itu tidak memperoleh kabar baru. Konkretnya, pihak Palestina menyatakan tidak akan mundur. Raja Yordania, yang ibaratnya peniup peluit dalam konflik Palestina, sudah jelas menyatakan mendukung berdirinya sebuah negara Palestina merdeka.

Westerwelle, yang dalam lawatan ini juga mewakili Uni Eropa, mengharapkan peranan juru penengah dari Raja Yordania. Pasalnya, dalam Liga Arab, ia merupakan salah satu dari wakil dua negara yang masih menjalin hubungan dengan Israel. Di sisi lainnya, Israel sendiri telah mengeluarkan ancaman akan ngotot bertahan pada posisi benteng politiknya, juga jika proklamasi negara Palestina hanya bersifat simbolis.

Westerwelle belum menegasakan, bagaimana Jerman akan menyikapi permohonan Palestina ke PBB itu. Karena Eropa juga belum memutuskan pendapatnya secara bersama. Yang sudah jelas, menlu Jerman itu seperti biasanya merujuk pada hubungan khusus Jerman-Israel. Ia akan menegaskan kepentingan Jerman lewat sebuah solusi perundingan.

Westerwelle juga memperingatkan, sebuah keputusan PBB jangan sampai memicu dampak kekerasan. Setelah mengakhiri lawatannya, Westerwelle akan mendesak Uni Eropa, untuk menetapkan posisi bersama, supaya dapat meningkatkan tekanan. Agar proses perundingan damai dihidupkan kembali.

Target lawatan itu adalah membatasi kerugian. Berdirinya sebuah negara Palestina tanpa perundingan dengan Israel, tidak sesuai dengan keinginan Jerman dan sejumlah negara Uni Eropa lainnya. Akan tetapi, jika mayoritas anggota PBB menyetujuinya, hendaknya paling tidak suasana di Timur Tengah jangan sampai menderita akibat hal tersebut.

Para diplomat menyebutnya mengamankan Status Quo. Jerman juga akan bersikap seperti itu di New York, setelah lawatan Westerwelle ke Timur Tengah ini. Sebuah lawatan tanpa gembar-gembor, yang semakin tidak mudah, setelah dilancarkannya serangan terhadap kedutaan Israel di Kairo, Mesir, serta semakin gawatnya hubungan antara Israel dengan Turki. Westerwelle dipastikan juga tidak akan mengumumkan keberhasilan lawatannya.

Ulrich Leidholdt/Agus Setiawan

Editor: Dyan Kostermans 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya