Bulan lalu, Presiden AS Donald Trump menyarankan agar Rusia kembali bergabung ke dalam kelompok G7. Namun, Menlu Jerman Heiko Maas berpendapat bahwa Rusia harus terlebih dahulu menyelesaikan konfliknya dengan Ukraina.
"Alasan pengecualian Rusia adalah aneksasi Semenanjung Krimea dan intervensi mereka di Ukraina timur," kata Maas. "Selama kita tidak punya solusi di sana, saya tidak melihat peluang untuk ini (kembali bergabung)."
Rusia keluar dari G7 pada 2014 setelah Moskow menganeksasi wilayah Semenanjung Krimea Ukraina.
'Tidak memerlukan' tambahan anggota
"Rusia sendiri dapat memberikan kontribusi terbesar untuk membuka kembali peluang-peluang seperti itu," kata Maas, mendesak Kremlin untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi konflik.
"G7 dan G20 adalah dua format terkoordinasi yang masuk akal," tambahnya. G20 adalah kelompok 20 negara dengan perekonomian terbesar ditambah dengan Uni Eropa, dan Rusia termasuk dalam kelompok tersebut.
"Kami tidak membutuhkan G11 atau G12," lanjut Maas.
Peran untuk Rusia
Meski begitu, Maas mengatakan Rusia tetap penting bagi G7.
"Kami juga tahu bahwa kami membutuhkan Rusia untuk menyelesaikan konflik di Suriah, Libya, dan Ukraina," tutur Maas.
Maas juga mengkritik Rusia karena menahan kiriman bantuan kemanusiaan untuk 1,5 juta orang di Suriah.
rap/ha (Reuters, dpa)
Uang, Pengaruh dan Kuasa: Inilah Kelompok Negara yang Mendominasi Dunia
G20, G7 atau G77, daftar kelompok negara yang bergabung untuk memperjuangkan kepentingan bersama di tatanan global tergolong banyak. Kelompok apa yang mewakili Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya? Simak daftarnya.
Foto: Reuters/F. Bimmer
G20: Kekuatan Ekonomi Dunia
Meski bersifat informal, keputusan yang dibuat pada KTT G20 memiliki bobot politik yang besar. Pasalnya ke-20 negara anggota G20 mewakili hampir 90 persen perekonomian global dan memiliki pengaruh besar pada perdagangan dunia dan perubahan iklim. Dua dari tiga manusia di Bumi hidup dan bekerja di salah satu negara G20. Kelompok gabungan negara industri maju dan berkembang ini dibentuk oleh G7.
G7: Ekslusifitas Negara Industri Maju
Tujuh kepala negara dan pemerintahan negara industri maju memiliki instrumen politik lain buat melebarkan pengaruhnya di dunia, yakni G7. Hampir sepersepuluh warga Bumi hidup di negara anggota G7 yang mewakili sepertiga perekonomian dunia. Meski hanya beranggotakan tujuh negara, G7 bertanggungjawab atas seperempat emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.
G8: Terkubur Oleh Konflik
Selama enambelas tahun, sampai 2014, negara-negara G7 dan Rusia bertemu secara rutin dalam KTT G8. Namun sejak aneksasi Krimea di Ukraina, Rusia diusir dari kelompok negara kaya tersebut. Keberadaan G8 turut diperhitungkan karena sering mengundang negara berkembang lain untuk berkonsultasi dalam masalah iklim atau perdagangan. G8+5 misalnya mencakup Brazil, Cina, India, Meksiko dan Afrika Selatan.
G10: Kreditur Ekonomi Dunia
Sebelas negara maju, Amerika Serikat, Italia, Jepang, Kanada, Inggris, Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Swedia dan Swiss, membangun aliansi 10 negara di dalam tubuh Dana Moneter Internasional (IMF). Serupa dengan IMF, G10 memberikan dana pinjaman kepada negara berkembang, seperti kepada Indonesai selama krisis moneter 1998.
G15: Kerjasama di Selatan
Untuk menggandakan pengaruh pada panggung politik internasional, sebanyak 15 negara berkembang tahun 1989 membentuk kelompok G15 yang mewakili lebih dari dua miliar penduduk Bumi. G15 yang kini telah bertambah menjadi 17 negara terutama membidik isu perdagangan dan kerjasama pembangunan antara negara di belahan Bumi selatan.
G77: Kelompok Negara Miskin
Untuk mengimbangi pengaruh negara industri maju, sebanyak 77 negara berkembang memutuskan membentuk G77 dalam sebuah konfrensi perdagangan dunia (UNCTAD). Kini G77 beranggotakan 134 negara. Kendati berjumlah banyak, pengaruh G77 pada politik global terbatas. Hal ini antara lain disebabkan oleh sejumlah negara G77 paling berpengaruh juga merupakan anggota kelompok G20. (Helle Jeppesen/rzn/hp)