1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Komentar Erdogan Bisa Picu Masalah Diplomatik

20 Maret 2019

Erdogan mengatakan pembantaian di Christchurch adalah bagian dari serangan yang lebih luas terhadap Turki dan Islam. Dia peringatkan warga Australia yang anti-Muslim bahwa mereka akan dipulangkan kembali dalam peti mati.

Türkei, Istanbul: Recep Tayyip Erdogan auf einer Wahlveranstaltung
Foto: picture-alliance/AP/E. Gurel

Menteri luar negeri Selandia Baru akan mengunjungi Turki untuk "mengkonfrontir" Presiden Recep Tayyip Erdogan atas komentarnya tentang pembantaian anti-Muslim di Christchurch, demikian dikatakan Perdana Menteri Jacinda Ardern, Rabu (20/03).

Erdogan berjanji akan membalas perbuatan penembak jika Selandia Baru gagal melakukannya. Dia juga menunjukkan klip yang diduga merupakan hasil rekaman penembakan saat berkampanye menjelang pemilihan lokal yang dijadwalkan 31 Maret. Ia mengatakan kepada para pendukungnya bahwa pembunuhan itu adalah bagian dari serangan terhadap Turki dan Islam.

"Wakil perdana menteri kami akan mepertanyakan komentar tersebut di Turki," kata Ardern di Christchurch, merujuk pada Winston Peters, yang menjabat sebagai menteri luar negeri dan wakil perdana menteri. "Dia akan pergi ke sana untuk meluruskannya secara langsung."

Komentar itu muncul setelah Peters memperingatkan Erdogan bahwa memperlihatkan rekaman penembakan itu kepada pendukung partai AK dapat membahayakan keselamatan warga Selandia Baru di luar negeri. 

Polisi telah mendakwa seorang warga negara Australia berusia 28 tahun dengan pembunuhan karena menembak mati sedikitnya 50 orang di dua masjidsaat sedang salat Jumat. Tersangka yang menyebut dirinya sebagai supremasi kulit putih menyiarkan serangan di media sosial.

Korban serangan Christchurch mulai dimakamkan pada hari Rabu (20/03).

Baca juga:

Lilik Abdul Hamid Dianggap Orang Tua Bagi Warga Indonesia di Selandia Baru

 

Australia kecam komentar Erdogan tentang Gallipoli

Erdogan juga membuat marah Australia setelah ia mengatakan bahwa pasukan Australia dan Selandia Baru berperang di Turki selama Perang Dunia I karena mereka ingin berperang melawan Islam.

"Kami tidak memiliki masalah dengan kalian, mengapa kalian datang jauh-jauh ke sini?" Erdogan mengatakan kepada para pendukungnya saat kampanye di Turki utara. "Satu-satunya alasan: Kita Muslim, dan mereka Kristen."

Presiden Erdogan menambahkan bahwa orang Australia yang anti-Muslim akan "dikirim kembali dalam peti mati" seperti kakek mereka yang bertempur di Gallipoli, perang tahun 1915 di mana pasukan Ottoman Turki membunuh ribuan tentara Australia dan Selandia Baru.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison memanggil duta besar Turki pada hari Rabu (20/03) untuk menuntut agar komentar yang "sangat ofensif" dan "sangat ceroboh" tersebut ditarik kembali.

"Saya akan menunggu apa tanggapan dari pemerintah Turki sebelum mengambil tindakan lebih lanjut. Tetapi saya dapat memberitahu Anda bahwa semua opsi akan saya pertimbangkan," kata Morrison, yang lalu menambahkan bahwa pemerintahnya sedang meninjau kembali saran perjalanannya untuk Turki.

Morrison mendesak Erdogan untuk mengingat kata-kata pendiri Turki, Mustafa Kemal Ataturk, pada sebuah peringatan di Gallipoli: "Tidak ada perbedaan antara keluarga John dan Mehmet ... Setelah mereka kehilangan nyawa di tanah ini, mereka telah menjadi anak-anak kita juga."

"Ataturk berusaha mengubah negaranya menjadi negara modern dan, negara yang terbuka. Menurut saya komentar ini bertentangan dengan semangat itu," tegas Morrison.

vlz/hp (Reuters, AFP, dpa, AP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait