Menlu Gabriel: Jerman dan Eropa Perlu Mendekat ke Asia
27 Maret 2017
Setelah Politik Luar Negeri AS di bawah Donald Trump bergerak ke arah proteksionisme, Jerman dan Eropa harus mendekat ke Asia, kata Menlu Jerman Sigmar Gabriel.
Iklan
"Pusat gravitasi ekonomi kini berpindah ke Asia", kata menteri luar negeri Jerman Sigmar Gabriel di Hamburg hari Jumat (24/3), ketika menghadiri acara tahunan Ostasiatiescher Verein (OAV), yang didirikan tahun 1900.
Selanjutnya dia mengatakan, Asia adalah kawasan terpenting bagi masa depan Jerman dan Eropa.
"Itu sebabnya kita perlu orientasi baru dalam politik Asia", tandasnya. Namun, Menlu Jerman dari partai SPD itu menekankan, ini tidak berarti bahwa Jerman akan mengabaikan mitra-mitra yang lain.
Jerman Melirik Asia
Sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik menjalin hubungan ekonomi yang erat dengan Jerman. Negara mana saja? Simak selengkapnya lewat galeri gambar berikut
Foto: picture-alliance/dpa
Bertemu di Ho Chi Minh City
Pusat pertumbuhan ekonomi kini bergeser ke Asia. Lebih dari separuh populasi dunia hidup di kawasan Asia Pasifik. Dan buat perusahaan Jerman yang berorientasi ekspor, kawasan dinamis ini adalah pasar yang menjanjikan. Dalam Konferensi Ekonomi Jerman Asia Pasifik, politisi dan pengusaha bertemu di Ho Chi Minh City, Vietnam buat menjalin hubungan dagang yang lebih erat.
Foto: Imago
Tahapan Pertumbuhan
Vietnam, disamping Indonesia, adalah salah satu negeri berpenghasilan paling rendah di Asia Pasifik. Sementara Malaysia, Thailand dan Vietnam dibaptis sebagai macan ekonomi. Adapun Jepang, Korsel, Singapura dan Hongkong mendapat predikat sebagai negara berteknologi tinggi berkat know how dan infrastruktur yang mumpuni. Sementara Cina menggabungkan ketiganya dalam perekomiannya yang dinamis.
Ekspor Jerman ke Asia
Sejak tahun 2000, ekspor Jerman ke Asia berlipatganda dibandingkan neraca ekspor keseluruhan. Cina kembali menjadi pasar terbesar dengan jumlah eskpor yang meningkat empat kali lipat. Sementara penjualan produk Jerman di negara-negara miskin juga tumbuh pesat berkat pertumbuhan ekonomi.
Dari Cina untuk Cina
Produsen otomotif dan peralatan teknik termasuk perusahaan yang mencatat penjualan paling tinggi di Asia. Tidak heran jika banyak produk buatan Asia dibuat dengan peralatan Jerman. Selain itu produsen otomotif asal jantung Eropa ini mulai memproduksi kendaraan di Asia. Volkswagen misalnya sudah memiliki pabrik di Foshan, Cina.
Foto: picture-alliance/dpa
Impor Asia
Negara-negara Asia Pasifik berhasil menggandakan volume impornya sejak 1990. Perusahaan Jerman juga banyak berkecimpung, kendati masih tertinggal dibandingkan negara lain. Korea Selatan misalnya mengekspor ke Cina dua kali lipat lebih banyak ketimbang Jerman.
Ekspor Jerman Melemah
Di Jepang, Korea Selatan dan India, neraca ekspor Jerman banyak melemah. Sebaliknya Cina sukses menjelma menjadi penyedia barang dan jasa nomor wahid di kawasan. Faktor lain yang mempersulit posisi Jerman, dari semua negara di Asia Pasifik, cuma Korea Selatan dan Singapura saja yang bersedia menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa.
Investasi Asia di Jerman
Belakangan semakin banyak perusahaan Asia yang berinvestasi langsung di Jerman. Dilihat dari volumenya, Jepang adalah investor terbesar. Adapun Cina menyusul dengan pertumbuhan pesat sejak beberapa tahun terakhir. Saat ini ada lebih banyak perusahaan Cina di Jerman ketimbang Jepang. Secara keseluruhan, investasi negara Asia Pasifik telah membantu menciptakan 180.000 lapangan kerja di Jerman
Nafsu Belanja Cina
Beberapa perusahaan Asia bahkan melahap pesaingnya dari Jerman. Sany, produsen peralatan konstruksi Cina, mengucurkan dana setengah miliar Euro 2012 silam buat membeli Putzmeister, perusahaan pompa beton nomor satu di dunia. Di tahun yang sama, Weichai Power, produsen mesin milik pemerintah Cina membeli Kion Group asal Wiesbaden yang memproduksi truk forklift seharga 700 juta Euro
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Di hadapan sekitar 400 undangan dari 20 negara, Sigmar Gabriel mengatakan, Asia adalah kawasan ekonomi terbesar dunia, dengan 4,5 miliar penduduk. 9 dari 10 pelabuhan peti kemas terbesar dunia ada di Asia.
Tentu saja kawasan Asia masih penuh ketimpangan, kata Gabriel. Asia di satu pihak adalah investor terbesar dalam bidang energi ramah lingkungan, di lain pihak paling banyak mengkonsumsi batu bara, yang merusak lingkungan.
Perubahan Dunia Dekade Mendatang
Apa jadinya politik ekonomi dunia satu dekade ke depan? Lembaga intelijen swasta Strategic Forecasting, Stratfor memprediksi tren 10 tahun mendatang. Kekuatan AS melemah, negara terkemuka lain alami laju penurunan.
Foto: Fotolia/Joachim Wendler
Rusia
Tidak ada pemberontakan besar-besaran, tapi Stratfor memperingatkan, melemahnya kontrol pemerintah pusat bisa menyebabkan kevakuman kuasa. Sanksi global, penurunan harga minyak, krisis mata uang, naiknya budget militer, meningkatnya perselisihan internal melemahkan Rusia. Rusia tidak akan secara resmi dipecah menjadi beberapa negara, tetapi kemungkinan terjadi selisih antar daerah semiotonom.
Foto: Fotolia/scaliger
AS menggunakan kekuatan militer untuk redam ancaman
Infrastruktur senjata nuklir Rusia tersebar di wilayah geografis yang luas. Jika terjadi disintegrasi politik, itu berarti akan terjadi kekosongan kontrol kekuasaan paling berbahaya di dunia. Dan AS akan mencari tahu apa yang harus dilakukan bahkan jika itu berarti pengiriman pasukan untuk mengamankan senjata, merebut kontrol dari pos-pos militer dan menjamin bahwa tidak ada rudal ditembakkan.
Foto: picture-alliance/dpa/Tass/D. Rogulin
Jerman akan hadapi masalah ...
Perekonomian Jerman bergantung pada sektor ekspor yang memetik manfaat dari liberalisasi perdagangan benua, yang diaktifkan melalui Uni Eropa dan mata uang Euro. Jika terjadi krisis Euro, maka negara ini ynag paling merasakan dampaknya. Konsumsi domestik tidak memberi pengaruh besar. Hasilnya adalah stagnasi ekonomi seperti Jepang.
Foto: picture alliance / dpa / H. Schmidt
Polandia akan menjadi salah satu pemimpin Eropa
Pusat pertumbuhan ekonomi dan pengaruh politik akan mengarah ke Polandia, kata laporan itu. Populasi Polandia tidak menurun seperti banyak terjadi di negara besar Eropa lainnya. Faktanya, Polandia akan makmur. Kepemimpinan di kawasan regional akan memperbesar prestise politik dan ekonomi negara itu, apalagi jika ditambah kemitraan strategis jangka panjang dengan AS.
Foto: Getty Images/AFP/D. Dilkoff
Akan ada empat bagian Eropa
Dalam 10 tahun ke depan, diprediksi 4 kawasan yang akan jadi semakin terasing satu sama lain: Eropa Barat, Eropa Timur, Skandinavia, dan Inggris. Mereka masih akan harus berbagi lingkungan yang sama, tetapi tidak akan sedekat sebelumnya. Uni Eropa bertahan, tapi hubungan ekonomi, politik, dan militer dipengaruhi hubungan multilateral bilateral atau terbatas di lingkup kecil dan tidak mengikat.
Foto: Imago
Turki dan AS menjadi sekutu dekat, untuk alasan yang tak terduga
Turki akan enggan untuk campur tangan dalam konflik di perbatasan, tetapi mau tidak mau harus melakukannya, demikian menurut ramalan Stratfor. Peningkatan kekuatan dan ketegasan Ankara terhadap tetangganya, membuat Turki enjadi mitra yang sangat diperlukan AS. Tapi Turki akan menginginkan sesuatu sebagai balasannya: garis pertahanan negara yang kuat dengan bantuan AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Jepang akan meningkatkan kekuatan angkatan laut di Asia
Jepang memiliki tradisi maritim dan sebagai sebuah negara kepulauan tergantung pada impor. Jepang memperkuat angkatan lautnya, karena Cina juga memperbesar kekuatan maritim di rute pelayaran Cina Timur, Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia, dimana Jepang memerlukan wilayah itu untuk perdagangan. Jepang juga tergantung pada Amerika Serikat untuk menjamin akses di wilayah-wilayah tersebut.
Foto: Reuters/T. Peter
Meredam Eskalasi Militer di Laut China Selatan
Kekuatan regional akan memutuskan sesuatu agar sengketa Laut Cina Selatan yang tidak menyebabkan eskalasi militer, tapi sengketa itu masih akan menunjukan gejala dinamis. Tiga pemain lama akan muncul. Rusia, dengan kekuatannya menurun, akan semakin kehilangan kemampuan untuk melindungi kepentingan maritim. Cina dan Jepang keduanya akan berusaha keras mempertahankan wilayah sengketa.
Foto: Reuters
Akan ada 16 mini-Cina
Ekonomi China akan melambat dan pertumbuhan kapasitas produksi akan mencapai garis datar. Manufaktur Cina akan bermigrasi ke 16 negara berkembang. Meksiko, Nikaragua, Republik Dominika, Peru, Ethiopia, Uganda, Kenya, Tanzania, Bangladesh, Myanmar, Sri Lanka, Laos, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Indonesia bisa meningkatkan ekonomi selama dekade berikutnya karena lebih banyak pekerjaan manufaktur.
Foto: AFP/Getty Images/J. Eisele
Kekuasaan AS akan menurun
Dengan dunia yang lebih tidak teratur dan tak terduga selama 10 tahun ke depan, AS akan merespon bijaksana tentang bagaimana mengambil tantangan, daripada mengambil peran kepemimpinan aktif dalam memecahkan masalah dunia. AS akan lebih menahan diri dalam urusan global.
Foto: picture alliance/chromorange
10 foto1 | 10
Menlu Jerman menekankan, sekitar 2 juta tempat kerja di Jerman tergantung langsung dari perdagangan dengan kawasan Asia.
"Selama puluhan tahun kota melihat Asia, terutama Cina, sebagai pasar untuk produk-produk kita", kata Gabriel. "Namun sekarang Cina sudah bangkit menjadi pengekspor teknologi".
Kekuatan Ekonomi Global Masa Depan
Cina diprediksi akan merajai perekonomian dunia tahun 2050 menurut Economist Intelligence Unit. Tapi kiprah negeri tirai bambu itu bukan temuan yang paling mengejutkan, melainkan posisi Indonesia.
Foto: Fotolia
1. Cina
Negeri tirai bambu ini berada di peringkat kedua daftar negara sesuai besaran Produk Domestik Brutto-nya (PDB). Cina tahun 2014 berada di posisi kedua, di bawah AS dengan 11,212 Triliun Dollar AS. Tapi pada tahun 2050, Economist Intelligence Unit memprediksi Cina akan mampu melipatgandakan PDB-nya menjadi 105,916 Triliun Dollar AS.
Foto: imago/CTK Photo
2. Amerika Serikat
Saat ini AS masih mendominasi perekonomian global. Dengan nilai nominal PDB yang berada di kisaran 17,419 Triliun Dollar AS per tahun, tidak ada negara lain yang mampu menyaingi negeri paman sam itu. Tapi untuk 2050 ceritanya berbeda. AS akan turun ke peringkat dua dengan nilai PDB 70,913 Triliun Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa/J. F. Martin
3. India
Tahun 2050 India akan menikmati pertumbuhan konstan di kisaran 5%, menurut studi EIU. Saat ini raksasa Asia Selatan ini bertengger di posisi sembilan daftar raksasa ekonomi terbesar dunia dengan nilai PDB 2 Triliun Dollar AS. Tapi 35 tahun kemudian India akan merangsek ke posisi ketiga di bawah AS dengan pendapatan nasional sebesar 63 triliun Dollar AS.
Foto: Reuters/N. Chitrakar
4. Indonesia
Perekonomian Indonesia membaik setekah tiga kali bangkrut menyusul krisis moneter berkepanjangan. Saat ini Indonesia mencatat nilai nominal PDB sebesar 895 Miliar Dollar AS dan berada di peringkat 16 dalam daftar kekuatan ekonomi global. Tahun 2050, Econimist Intelligence Unit memproyeksikan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat dengan PDB sebesar 15,4 Triliun Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa
5. Jepang
Serupa AS, Jepang terpaksa turun peringkat di tahun 2050. Saat ini negeri sakura itu masih bertengger di posisi ketiga kekuatan ekonomi terbesar sejagad, dengan perolehan PDB sebesar 4,6 Triliun Dollar AS. 35 tahun kemudian, Jepang digeser oleh Indonesia dan terpaksa melorot ke peringkat lima dengan 11,7 Triliun Dollar AS.
Foto: AP
6. Jerman
Perekonomian Jerman banyak ditopang oleh sektor riil yang didominasi oleh industri padat karya. Tapi menurut EIU, justru sektor inilah yang akan banyak menyusut di masa depan. Jerman diyakini bakal kehilangan seperlima tenaga kerjanya pada 2050. Hasilnya, Jerman yang saat ini di posisi keempat dengan PDB sebesar 3,8 Triliun, akan merosot ke posisi enam dengan perolehan 11,3 Triliun Dollar AS.
Foto: imago/Caro
7. Brasil
Dari semua negara di posisi sepuluh besar, cuma Brasil yang tidak berubah. Saat ini raksasa Amerika Selatan itu berada di posisi tujuh dengan nominal PDB sebesar 2,3 Triliun Dollar AS. Di posisi yang sama Brasil bakal mencatat perolehan sebesar 10,3 Triliun Dollar AS tahun 2050.
Foto: picture-alliance/dpa/W. Rudhart
7 foto1 | 7
Politik Jerman harus lebih menyadari potensi besar Asia, kata Menlu Jerman. Di sana tidak ada hanya ada India, yang merupakan negara dengan penduduk terbanyak di dunia, melainkan juga Indonesia, negara dengan populasi muslim terbesar dunia.
Sebuah haluan politik baru untuk Asia harus bisa fleksibel, namun tetap berada di dalam garis-garis haluan yang telah ditetapkan, "berdasarkan kepentingan dan nilai-nilai yang kita miliki", katanya.
Sigmar Gabriel selanjutnya mengatakan, dia ingin ada aturan-aturan yang tegas untuk pasar bebas. Misalnya, lebih banyak perjanjian perdagangan bebas Uni Eropa dengan negara-negara Asia. Hingga kini, Uni Eropa baru memiliki satu perjanjian, yaitu dengan Korea Selatan. "Di sini kita harus bisa melangkah maju", tandasnya.
Rapor Kerja Pemimpin Asia
Asia bergolak berkat aksi presiden Filipina bantai gembong narkoba, perombakan mata uang di India dan konflik Laut Cina Selatan. Inilah rapor kerja pemimpin Asia 2016 menurut majalah Bloomberg.
Foto: picture-alliance/dpa/Jeon Heon-Kyun
Joko Widodo
Sempat tertatih di awal, Joko Widodo mulai menunjukkan taji politik dengan menggabungkan kekuatan beberapa partai dan menguasai dua pertiga kursi di DPR. Jokowi saat ini mencapai tingkat kepuasan publik sebesar 69% dan mampu mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Namun tahun depan Jokowi harus membenahi perekonomian dan menghadapi desakan kelompok konservatif Islam, terutama di pilkada Jakarta
Foto: Reuters/Olivia Harris
Narendra Modi
Belum pernah ada figur yang mendominasi panggung politik India seperti Narendra Modi. Berbekal tingkat kepuasan sebesar 81%, Modi berani mengambil kebijakan yang tidak populer, seperti Demonetisasi mata uang pecahaan 500 dan 1000 Rupee buat mencegah tindak pemalsuan uang. Tahun 2016 India menikmati pertumbuhan ekonomi di atas 7%. Ekonomi tetap akan menjadi tantangan terbesar Modi buat tahun depan
Foto: Reuters/D. Siddiqui
Shinzo Abe
Abe mengalami pukulan telak ketika Presiden terpilih AS, Donald Trump, berjanji akan membatalkan Perjanjian Dagang Trans Pasifik Partnership yang ia gagas. Tingkat kepuasan publik atas kinerjanya juga menurun dan kini bertengger di kisaran 50%. Tahun depan Abe harus bisa bekerjasama dengan Trump dan membawa Jepang melintasi titian maut dalam hubungan pansnya dengan Cina.
Foto: Getty Images/AFP/R. Buendia
Xi Jinping
Presiden Cina, Xi Jinping, mengalami tahun baik selama 2016. Ia tidak hanya terpilih sebagai "pemimpin utama" oleh Partai Komunis yang menempatkannya sejajar dengan Mao Zedong atau Deng Xiaoping, Xi juga lihai memperluas pengaruh Cina di Eropa dan Afrika, serta dalam isu Laut Cina Selatan. Tahun depan Xi harus berhadapan dengan pemerintahan baru AS di bawah Donald Trump, yang merapat ke Taiwan.
Foto: Getty Images/AFP
Rodrigo Duterte
Duterte menikmati popularitas yang tinggi dengan tingkat kepuasan penduduk sebesar 83%. Ia banyak menuai kontroversi menyusul kebijakan berdarah dalam perang melawan narkoba yang hingga kini menelan lebih dari 5.000 korban jiwa. Duterte juga berani bercerai dengan Amerika Serikat dan mendekat ke Cina. Mencari jalan tengah antara dua kekuatan adidaya itu akan menjadi tugas terbesarnya tahun depan
Foto: Reuters/K. Nogi
Najib Razak
Selama 2016, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak sibuk mempertahankan jabatannya setelah didera tudingan korupsi senilai 1 miliar Dollar AS dari dana investasi 1MDB. Menurut Bloomberg, nasib Najib tahun depan akan bergantung pada kepiawaiannya memperbaiki situasi ekonomi penduduk pribumi yang menjadi basis suara terbesar koalisi Barisan Nasional.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Park Geun-hye
Belum pernah ada presiden Korea Selatan yang mencatat tingkat kepuasan publik serendah Park Geun-hye, yakni hanya 4%. Tidak ada pula pemimpin Asia lain yang mengalami nasib seburuk presiden Korsel ini selama 2016. Park dimakzulkan parlemen menyusul skandal korupsi yang menimpa teman-teman terdekatnya. Jika dikabulkan Mahkamah Konstitusi, pemakzulan itu akan mengakhri karir politik Park tahun 2017.
Foto: picture-alliance/dpa/Jeon Heon-Kyun
7 foto1 | 7
Orientasi politik luar negeri Jerman, kata menlu Sigmar Gabriel, harus menuntut penyelesaian konflik dengan cara-cara yang damai. Eropa dan Asia harus bekerjasama, "sehingga berbagai ketegangan bisa dihadapi dengan dialog, dengan mekanisme internasional dan prosedur internasional, misalnya melalui mahkamah-mahkamah internasional yang ada."
Sigmar Gabriel juga ingin memperkuat institusi-institusi regional di Asia dan melibatkan mereka dalam mekanisme internasional. "Di forum-forum PBB, baik secara formal maupun informal, kita harus mengajak negara-negara Asia agar memberi kontribusinya bagi penyelesaian berbagai masalah global".
Menlu Jerman selanjutnya mengatakan, orientasi politik luar negeri Jerman tetap harus didasarkan pada nilai-nilai universal yang diakui, didukung dan dipertahankan oleh Jerman.
Dilema Cina di Selat Malaka
Cina mati-matian mempertahankan klaimnya di Laut Cina Selatan. Padahal pasang surut perekonomian negeri tirai bambu itu bergantung pada Selat Malaka. Kelemahan tersebut coba dimanfaatkan AS dan India
Foto: picture-alliance/ChinaFotoPress/Maxppp
Surutkan Pengaruh
Dengan segala cara pemerintah Cina berupaya mencaplok Laut Cina Selatan (LCS). Faktor ekonomi dan militer adalah motivasi terbesar di balik langkah sarat konflik itu. Ironisnya bukan pada Laut Cina Selatan perekonomian Cina bergantung, melainkan pada Selat Malaka. Manuver Beijing dalam konflik LCS justru melenyapkan sisa pengaruh Cina di jalur laut antara Indonesia dan Malaysia itu
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Blokade Laut
Sebanyak 80% impor energi Cina diangkut dengan kapal melewati selat Malaka. Tanpanya mesin ekonomi negeri tirai bambu itu akan cepat meredup. Serupa dengan strategi Iran di Selat Hormuz, berbagai negara besar yang berkonflik dengan Beijing telah mengadopsi blokade laut ke dalam strategi militernya untuk menundukkan Cina.
Foto: AP
Neraka Logistik
Blokade laut masuki masa kejayaan pada era Perang Dunia II dilanjutkan pada Perang Dingin dan Perang Irak 1991. Cara ini terbukti efektif memutus suplai logistik sebuah negara yang terlibat dalam perang. Saking efektifnya, diktatur NAZI Jerman Adolf Hitler perintahkan armada kapal selamnya buat menyerang semua kapal dagang yang berlayar dari AS ke Inggris.
Foto: Getty Images/AFP/K. Kasahara
India di Gerbang Selat Malaka
Sebab itu AS telah meracik strategi buat memblokir pasokan energi Cina di Selat Malaka. Baru-baru ini India bahkan menempatkan pesawat pengintai dan sejumlah kapal perang di Kepulauan Andaman dan Nicobar di gerbang utama Selat Malaka di Teluk Bengal. Jarak antara pulau Great Nicobar yang dijadikan pangkalan militer India dengan Selat Malaka cuma berkisar 650 kilometer
Foto: Getty Images
Jalur Kuno di Era Modern
Tidak heran jika Beijing sejak lama berupaya mencari jalan lain untuk mengimpor energi tanpa harus melewati selat Malaka. Untuk itu Cina berpaling dari laut dan fokus menggarap proyek infrastruktur di daratan. Rencana tersebut bukan hal baru. Beijing berniat menghidupkan kembali jalan sutera yang dulu aktif digunakan sebagai jalur dagang hingga abad ke-13.
Berpaling ke Myanmar
Salah satu wujudnya adalah proyek pembangunan pipa minyak seharga 2,5 milyar Dollar AS yang menghubungkan pelabuhan Kyaukphyu di Myanmar dengan Kunming di provinsi Yunan. Pipa sepanjang 2800 kilometer itu mampu mengalirkan 12 milyar ton minyak mentah per tahun. Proyek ini dituntaskan 2014 silam.
Pipa ke Teluk Persia
Proyek lain adalah menghubungkan pelabuhan Gwadar di Pakistan dengan provinsi Xinjiang. Koridor ekonomi itu buka akses Cina langsung ke negara produsen minyak di Teluk Persia. Tapi opsi ini tidak murah. Lantaran kondisi geografis yang didominasi pegunungan, biaya pembangunan pipa antara kedua wilayah bakal menambah ongkos 10 Dollar AS untuk setiap barrel minyak mentah.
Foto: picture-alliance/dpa
Gas dari Utara
Beijing juga berharap pada Rusia. Tahun 2014 silam kedua negara menyepakati pembangunan pipa minyak dan gas sepanjang 4800 km dari Angarsk menuju Daqing. Proyek seharga 400 milyar Dollar AS itu direncanakan bakal mampu mengangkut 1,6 juta barrel minyak per hari. Tapi Rusia menangguhkan pembangunan menyusul anjloknya harga minyak.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Fulai
Membelah Thailand
Cina bahkan mengusulkan pembangunan kanal laut di Thailand dengan mencontoh Terusan Panama. Proyek seharga 25 milyar US Dollar itu bakal menghubungkan Samudera Hindia dengan Teluk Thailand. Namun rencana ini ditolak oleh pemerintah di Bangkok lantaran masalah keamanan.
Opsi Terbatas
Analis berpendapat, rencana Cina membangun koridor darat untuk mengamankan pasokan energi justru menegaskan peran tak tergantikan Selat Malaka. Upaya Beijing diyakini cuma akan menambah keragaman jalur pasokan energi, tapi tidak akan mengurangi ketergangtungan Cina terhadap Selat Malaka.