1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu UE Peringatkan Pendukung Rusia dalam Perang di Ukraina

19 November 2024

Pada pertemuan di Brussels, Belgia, para menteri luar negeri Uni Eropa membahas peran Cina dan Iran dalam perang di Ukraina. Mereka juga menyambut izin AS kepada Ukraina untuk menggunakan rudal menyerang kawasan Rusia.

Perwakilan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell
Perwakilan luar negeri Uni Eropa, Josep BorrellFoto: Alexandros Michailidis/European Union

Dalam konferensi pers yang mungkin merupakan konferensi pers terakhirnya, perwakilan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell menyatakan keprihatinannya mengenai semakin besarnya peran Cina dalam perang di Ukraina.

"Tanpa Korea Utara, tanpa Iran, tanpa Cina, Rusia tidak dapat mempertahankan upaya militernya,” katanya. Dia juga prihatin dengan laporan bahwa ketiga negara tersebut memasok sistem persenjataan lengkap ke Rusia.

Sebelum pertemuan para menteri luar negeri di Brussels hari Senin (18/11) itu, diketahui bahwa UE telah menerima laporan intelijen tentang pabrik senjata terkait di Cina yang memproduksi drone untuk Rusia, kata seorang pejabat tinggi UE. Namun, belum ada bukti jelas mengenai hal ini, tegasnya. Tapi kecil kemungkinan perusahaan itu dapat bertindak tanpa sepengetahuan para pemimpin Cina.

Pemerintah Cina menolak tuduhan apa pun. Dalam jumpa persnya, Josep Borrell belum mau berkomentar lebih spesifik mengenai isi pemberitaan tersebut. Meski demikian, para menteri luar negeri UE kini mempertimbangkan untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap Cina.

Terkait Iran, para menteri luar negeri sudah lebih tegas: Mereka memperluas sanksi UE yang sudah ada terhadap Teheran karena dukungan militernya untuk Rusia. Sanksi baru ini antara lain mencakup larangan ekspor produk apa pun yang dapat digunakan untuk memproduksi drone dan rudal.

Rudal ATACMS dengan daya jangkau 300 km yang dikirim AS ke UkrainaFoto: DW

Para menlu menyambut baik keputusan rudal AS

Pagi hari sebelum pertemuan para menteri luar negeri, Josep Borrell meminta negara-negara UE untuk bersatu dan mengambil keputusan lebih cepat. Terutama setelah jelas bahwa AS telah mengizinkan Ukraina menggunakan rudal yang dipasok AS di wilayah Rusia. Rudal itu memiliki jangkauan hingga 300 kilometer, dan terutama akan digunakan di wilayah Kursk.

Langkah ini disambut baik oleh sebagian besar menteri luar negeri UE. Menlu Jerman Annalena Baerbock menganggap keputusan itu "penting", namun melihatnya sebagai "bukan peninjauann ulang, melainkan intensifikasi" dari upaya yang sudah ada untuk membantu Ukraina secara militer.

"Hak Ukraina untuk membela diri di Ukraina berarti, Anda tidak perlu menunggu sampai sebuah roket menghantam rumah sakit anak-anak atau sekolah atau bahkan blok apartemen sipil,” tegasnya.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Pernyataan Annalena Baerbock diamini oleh Menlu Belanda Caspar Veldkamp - sementara Menlu Lituania Gabrielius Landsbergis mengatakan, keputusan tersebut pada prinsipnya baik, tetapi pada saat yang sama menimbulkan pertanyaan apakah Ukraina memiliki cukup rudal untuk itu.

Tidak ada kesepakatan tentang sikap terhadap Israel

Sejauh ini, memang tidak ada negara yang secara resmi mengizinkan Ukraina menggunakan persenjataan yang dipasok untuk menyerang sasaran militer di wilayah Rusia. Tapi setelah ada lampu hijau dari AS, keputusan ini mungkin bisa berubah. Menlu Prancis Jean-Noel Barrot kembali menegaskan negaranya juga mempertimbangkan izin tersebut. 

Kritik muncul dari Hungria. Menlu Peter Szijjarto menyebut keputusan AS itu "sangat berbahaya.” Hungaria memang dianggap dekat dengan Rusia di secara rutin memblokir bantuan UE ke Ukraina. Menlu Italia Antonio Tajani mengatakan, senjata yang dipasok oleh Italia hanya dapat digunakan di wilayah Ukraina, menurut kantor berita AFP.

Dalam hal lain, para menteri luar negeri UE tidak mencapai kesepakatan atas usulan Josep Borrell untuk menunda dialog politik dalam kerangka Perjanjian Asosiasi UE-Israel. Beberapa negara, termasuk Jerman, menolak usulan itu. Karena keputusan UE harus diambil dengan suara bulat, usulan Josep Borrell akhirnya kandas.

Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman

Lucia Schulten Koresponden Eropa di DW Studio Brussels, dengan fokus pada Uni Eropa dan pengadilan internasional.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait