Menteri Ekonomi dan Energi Jerman Peter Altmaier menyerukan pembentukan aliansi global yang mendukung ekonomi pasar dalam menghadapi meningkatnya proteksionisme ekonomi di seluruh dunia.
Iklan
Konferensi jaringan terbesar Jerman di kawasan Asia-Pasifik sedang digelar di Jakarta mulai 1 November hingga 3 November 2018. Lebih dari 900 pelaku bisnis dan tokoh politik internasional menghadiri acara The 16th Asia Pasific Conference of German Business (APK).
Kerja sama bukan protesionisme
Dalam kesempatan tersebut Menteri Ekonomi dan Energi Jerman Peter Altmaier mengungkapkan para pelaku bisnis Jerman mendukung perdagangan bebas global dan ingin memperluas kerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Selain itu untuk menghadapi proteksionisme ekonomi ia menyerukan komunitas global untuk bekerja sama.
"Mari membentuk aliansi global yang mendukung ekonomi pasar, inilah yang dibutuhkan dunia, bukan proteksionisme," kata Altmaier. Ia juga mengatakan Jerman akan mendukung upaya untuk menjaga aturan perdagangan bebas dengan mereformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dia mengatakan WTO tidak sempurna, "tapi saya tidak melihat alternatif yang valid".
Sementara itu Direktur Utama Kamar Dagang Jerman (AHK) di Indonesia Jan Rönnfeld mengatakan, "Indonesia dipilih (menjadi penyelenggara APK) untuk memberi perhatian pada negara ini. Perusahaan Jerman tidak cukup menyadari (potensi) negara ini yang sebenarnya, mengingat ukuran dan peluang yang ditawarkannya. Jadi Jakarta dipilih untuk memfokuskan kembali pada hal itu".
Menurutnya secara keseluruhan Indonesia punya iklim investasi yang cukup positif. "Negara ini tampaknya sangat stabil. Dengan pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar 5 atau 6 persen, sebenarnya Indonesia adalah negara anggota G20 dengan pertumbuhan ekonomi yang paling stabil," ujarnya. yp/hp (dpa, rtr)
Potret Kemiskinan di Jerman
Kehilangan tempat tinggal, tidak cukup uang untuk membeli makanan dan anak-anak yang kekurangan - secara statistik hampir 30 persen warga Jerman terancam kemiskinan. Foto-foto Shamsan Anders tentang kemiskinan di Jerman.
Foto: DW/Shamsan Anders
Perspektif buram
Perumahan Grohner Düne adalah salah satu kawasan miskin di kota Bremen. Penduduk di kota ini menurut statistik yang punya "resiko kemiskinan" paling tinggi. Lebih 20% penduduk kota terancam kemiskinan. Yang dianggap "miskin" di Jerman adalah mereka yang pendapatannya masih di bawah 60% pendapatan rata-rata.
Foto: DW/Shamsan Anders
Pembagian makanan
Di kota Bremen ada tiga tempat pembagian makanan bagi warga miskin. Di tempat pembagian Burg, setiap hari ada sekitar 125 orang yang datang. Makanan yang dibagikan di sini sebagian besar berasal dari supermarket atau toko roti yang menyumbangkan bahan makanan yang hampir kadaluwarsa atau tidak bisa dijual lagi.
Foto: DW/Shamsan Anders
Bertoleransi dan bersyukur
Yang datang ke tempat pembagian makanan adalah keluarga, pensiunan, warga migran atau pengungsi. "Bremen tempat yang multikultural", kata koordinator pembagian makanan, Hannelore Vogel. "Di sini tidak ada konflik. Suasananya dipenuhi toleransi dan rasa bersyukur."
Foto: DW/Shamsan Anders
Para relawan yang rajin
Pekerjaan sosial ini dilaksanakan oleh tenaga relawan, seperti Werner Dose, pensiunan berusia 80 tahun. Selain itu ada juga tenaga bantuan yang sedang magang dan tenaga kerja yang dikirim dari Dinas Kerja.
Foto: DW/Shamsan Anders
Penjualan murah
Di "toko sosial" di kota Halle ditawarkan bahan makanan, perabot rumah, pakaian dan banyak barang-barang keperluan sehari-hari dengan harga rendah. Tempat ini hanya bisa dikunjungi warga yang kekurangan. Toko ini terutama menawarkan keperluan anak-anak dan orang berusia lanjut. Halle adalah salah satu kota termiskin di Jerman.
Foto: DW/Shamsan Anders
Perabotan rumah tangga
"Toko sosial" seperti ini makin banyak dikunjungi orang. Barang-barang di sini berasal dari sumbangan warga. "80 persen pelanggan di sini adalah warga asing, banyak dari mereka pengungsi", kata pegawai toko Gabi Croll. "Orang Jerman yang miskin segan datang ke sini, mungkin karena mereka malu," tambahnya.
Foto: DW/Shamsan Anders
Makin banyak warga tunawisma
Di Berlin diperkirakan ada sekitar 6000 warga tunawisma. Di kota-kota besar Eropa, jumlahnya bertambah dari tahun ke tahun. Sekitar 60 persen tunawisma di Berlin adalah warga asing. Kebanyakan berasal dari negara-negara Eropa timur.
Foto: DW/Shamsan Anders
Memimpikan masa depan yang lebih baik
Jörg adalah tukang mesin yang sejak 6 tahun hidup di jalan. Dia kehilangan satu kaki dalam sebuah kecelakaan. Dia mengatakan, makin banyak warga tunawisma sekarang di Berlin, sehingga "persaingan jadi makin ketat". Impian besar pria berusia 38 tahun ini adalah sekali waktu bisa bermain drum lagi. "Itu sangat menyenangkan," katanya. (Teks: Viola Röser/hp/yf)