Menteri Pakistan Mundur Setelah Protes Kelompok Agama
27 November 2017
Menteri Hukum Pakistan Zahid Hamid akhirnya mengundurkan diri memenuhi tuntutan kelompok Islamis Tehreek-i-Labaik Ya Rasool Allah Pakistan (TLY). Aksi kelompok Islamis sempat rusuh.
Iklan
Menteri Hukum Pakistan Zahid Hamid mengundurkan diri hari Senin (27/11) setelah aksi protes kelompok Islamis yang menuduhnya melakukan penghujatan agama. Kerusuhan sempat berlangsung ketika aparat keamanan mencoba membubarkan kamp demonstran pada akhir minggu.
Aksi protes terhadap Zahid Hamid sebelumnya menyebar ke seluruh kota-kota besar. Para demonstran lalu melawan aparat keamanan dan melakukan aksi pembakaran. Pemimpin protes Khadim Hussain Rizvi mengatakan, dia kini memiliki jaminan dari militer bahwa tuntutan kelompok Tehreek-i-Labaik Ya Rasool Allah Pakistan (TLY) akan terpenuhi.
"Dengan kepastian yang diberikan Kepala Staf Angkatan Darat, kami akhirnya membatalkan aksi," katanya kepada kerumunan sekitar 2.500 demonstran. Tadinya, ZLY bermaksud mengeluarkan fatwa terhadap Hamid.
Menteri Hukum Zahid Hamid Hamid mengambil keputusan untuk mundur setelah bertemu dengan Perdana Menteri Punjab, Shehbaz Sharif. Keputusan untuk mengalah terhadap pemrotes akan merupakan pukulan besar bagi partai pemerintah Pakistan PML-N di bawah pimpinan Nawaz Sharif pada pemilu tahun 2018, kata para analis.
Aksi protes selama berminggu-minggu itu dipicu oleh "kesalahan bicara" Zahid Hamid pada saat pelantikannya. Ketika mengucapkan sumpah jabatannya. Zahid Hamid mengatakan: "Saya percaya..” dan bukannya "Saya bersumpah".
Insiden itu kemudian memicu aksi protes bermingu-minggu. Kelompok Islamis TLY menyatakan. Zahid Hamid telah melakukan penghujatan agama, dengan mengubah susunan kata-kata dalam acara pengambilan sumpah. Aksi protes itu menyebar cepat di kota-kota besar Pakistan.
Ketika aparat keamanan hari Sabtu bermaksud membubarkan demonstrasi di Islamabad, situasi tiba-tiba meruncing dan terjadi bentrokan. Insiden itu menurut catatan polisi menewaskan setidaknya tujuh orang, ratusan lainnya luka-luka. Pemerintahan sipil kemudian memerintahkan polisi untuk mundur dan meminta militer mengamankan situasi. Namun pihak militer tidak menanggapi perintah itu.
Kelompok-kelompok masyarakat sipil menuduh pemerintah Pakistan selama ini bersikap terlalu lunak atas aksi-aksi kubu Islamis. Mereka memperingatkan bahwa sikap ini justru memungkinkan ekstremisme berkembang.
Pemerintahan sipil di Pakistan belakangan mengalami guncangan hebat. Bulan Juli lalu, Perdana Menteri Nawaz Sharif harus mengundurkan karena terjerat kasus korupsi, sementara menteri keuangan Ishaq Dar – yang juga dituduh melakukan korupsi - telah mengambil cuti medis tanpa batas waktu.
"Secara politis, ini sangat memalukan bagi PML-N," kata analis Hasan Askari kepada kantor berita AFP. Dia menambahkan, hal itu akan merusak kredibilitas mereka dan bisa diprediksi akan terjadi lebih banyak pembelotan.
India-Pakistan: Dulu Saudara Kini Seteru
Pada tanggal 15 Agustus 1947, Kemaharajaan Britania India terbagi jadi dua negara - India yang mayoritas Hindu dan Pakistan yang mayoritas Muslim. Kedua negara ini terus bermusuhan.
Foto: AP
Kelahiran dua bangsa
1947, Kemaharajaan Britania India terbagi dua - India dan Pakistan. Pendiri Pakistan Mohammad Ali Jinnah dan partainya All-India Muslim League pada awalnya menuntut otonomi untuk wilayah mayoritas Muslim di India dan kemudian negara terpisah untuk Muslim. Jinnah percaya bahwa umat Hindu dan Muslim tidak dapat terus hidup bersama, karena mereka "bangsa-bangsa" yang berbeda.
Foto: picture alliance/dpa/United Archives/WHA
Garis darah
Setelah kelahiran India dan Pakistan, kerusuhan komunal dimulai di banyak daerah barat, kebanyakan di Punjab. Sejarawan mengatakan bahwa lebih dari satu juta orang tewas dalam bentrokan dan jutaan lainnya bermigrasi dari India ke Pakistan dan dari Pakistan ke India.
Foto: picture alliance/dpa/AP Images
Perang tahun 1948
Segera setelah kemerdekaan, India dan Pakistan bentrok di Kashmir. Wilayah Kashmir yang mayoritas Muslim diperintah pemimpin Hindu, namun Jinnah menginginkannya menjadi wilayah Pakistan. Pasukan India dan Pakistan bertempur di Kashmir tahun 1948, dengan India menguasai sebagian besar lembah, sementara Pakistan menduduki wilayah yang lebih kecil.
Foto: picture alliance/dpa/AP Photo/M. Desfor
Seperti AS dan Kanada?
Sejarawan liberal mengatakan bahwa Jinnah dan Mahatma Gandhi menginginkan hubungan baik antara negara-negara baru merdeka. Jinnah, misalnya, percaya bahwa hubungan antara India dan Pakistan harus serupa dengan yang terjadi antara AS dan Kanada. Tapi setelah kematiannya pada tahun 1948, penerusnya mengikuti jalur yang bersebrangan dengan New Delhi.
Foto: AP
Menggambarkan satu sama lain sebagai 'musuh'
Sementara India menekankan gerakan kebebasan Kongres Nasional India melawan penguasa Inggris - dengan Gandhi sebagai arsitek utamanya - buku teks Pakistan berfokus pada "perjuangan" melawan penindasan Inggris dan Hindu." Propaganda negara di kedua negara saling melukiskan pihak satu sama lain sebagai "musuh" yang tidak bisa dipercaya.
Foto: picture alliance/dpa/AP Photo/M. Desfor
Memburuknya ikatan
Hubungan diplomatik antara India dan Pakistan tetap sengit selama tujuh dekade terakhir. Isu terorisme Islam merusak hubungan dalam beberapa tahun terakhir, dengan New Delhi menuduh Islamabad mendukung jihadis berperang di Kashmir yang dikendalikan India. India juga menyalahkan kelompok-kelompok di Pakistan karena telah meluncurkan serangan teror ke India. Islamabad membantah klaim tersebut.
Foto: Picture alliance/AP Photo/D. Yasin
Harapan terciptanya perdamaian
Banyak pemuda di India dan Pakistan mendesak pemerintah untuk memperbaiki hubungan bilateral. Pembuat film dokumenter Islamabad Wajahat Malik berpendapat bahwa cara terbaik bagi India dan Pakistan untuk mengembangkan hubungan yang lebih dekat adalah melalui interaksi yang lebih banyak antara masyarakat mereka. (Ed: Shamil Shams/ap/hp)