Menteri Imigrasi Denmark Sebut Berpuasa Bisa “Berbahaya”
23 Mei 2018
Menteri Imigrasi Denmark Inger Stoejberg dikritik setelah menyarankan warga Muslim menjalankan puasa tidak di tempat kerja. Dia menilai hal itu bisa membahayakan keselamatan kerja.
Iklan
Menteri Imigrasi dan Integrasi Denmark Inger Stoejberg memicu kontroversi di negaranya setelah mengatakan bahwa menjalankan puasa di bulan Ramadan tidak sesuai lagi dengan pasar kerja modern.
Menteri yang punya reputasi menjalankan kebijakan imigrasi yang keras, menulis dalam sebuah posting blog untuk tabloid Denmark BT, masa berpuasa umat Muslim selama sebulan "berbahaya bagi kita semua."
Dalam postingnya, Inger Stoejberg mempertanyakan gagasan kewajiban berpuasa, yang dikatakannya "menjadi salah satu pilar Islam selama 1400 tahun".
Dia menyarankan, jika umat Islam akan berpuasa, mereka harus mengambil cuti dari pekerjaan "untuk menghindari konsekuensi negatif bagi masyarakat Denmark lainnya."
Sebagai contoh, dia mengemukakan pekerjaan pengemudi bis dan pekerja rumah sakit sebagai contoh spesifik tentang kemungkinan dampak negatif berpuasa bagi orang lain.
Ramadan di Jerman: Air Putih Pun Serasa Es Dawet
Mulai dari "bablas" sahur, buka puasa, sampai terlewat halte bis: inilah beragam suka duka warga Indonesia yang tinggal di Jerman di bulan puasa. Rata-rata yang mereka rasakan: rindu keluarga di tanah air.
Foto: DW/Y. Farid
Air putih serasa es dawet
Banyak hal ajaib yang dirasakan Andias Wira Alam saat berpuasa di Jerman. Jika puasa jatuhnya di musim panas --dimana puasa bisa 19 jam panjangnya--, air putih yang diminumnya saat buka serasa senikmat es dawet. Karyawan IT ini tinggal bersama istri dan dua putrinya di kota Bonn, Jerman. Tahun 2019 ini bulan puasa berlangsung di musim semi.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Diburu batas waktu tesis
Devi Fitria harus menjelaskan pada rekan kerjanya yang non-muslim mengapa ia stop makan, minum dan merokok pada bulan puasa. Kini rekannya lebih mengenal makna Ramadan. Devi berpuasa di tengah kesibukan kerja. Dulu saat kerja di sektor gastronomi, berat baginya berpuasa karena berjam-jam lamanya ia harus berdiri, menuang minuman dan menyiapkan makanan bagi tamu.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Terhindar godaan tukang bakso
Kegiatan Anggi Pradita segudang: kuliah, kerja di kafe & layanan kebersihan, aktif dalam kegiatan mahasiswa dan budaya. Meski sibuk berat, sejak tahun 2011 tinggal di Jerman, Anggi tak pernah sakit ketika berpuasa. Walau durasi puasa lebih lama, Anggi lebih suka berpuasa di Jerman: “Di Jerman tak banyak godaan, misalnya godaan jajanan bakso yang banyak mangkal di jalanan Indonesia.“
Foto: DW/A. Purwaningsih
Silat jalan terus
Tiap Ramadan tiba, Joko Suseno, sering merindukan suasana “heboh“ di kampung halaman, silaturahmi dengan teman-teman atau organisasi lain dengan berbuka puasa bersama. Pendiri Perguruan silat di Jerman ini sempat tak puasa ketika sakit kepala mendera dan harus minum obat. Namun jarang sekali puasanya ‘bolong‘. Bahkan saat puasa, ia tetap mengajar silat di dua kota, Bonn dan Köln seperti biasa.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Begadang menanti sahur
Saat masih di Indonesia, Siti sangat senang bisa tarawih bersama kawan-kawan. Di Jerman, tiap bulan puasa tiba, awalnya kesepian. Namun kini--Siti yang sangat aktif mengorganisir kegiatan budaya dan sosial di Jerman-- senang melihat banyak orang di Jerman yang juga berpuasa. Ia dan kawan-kawan kadang ‘begadang‘ bersama menunggu sahur tiba.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Tergoda perempuan cantik
Syamsir Alamsyah biasanya pulang kampung ke Kalimantan saat bulan puasa. Gitaris band Melayu di Jerman ini mengatakan: “Susah puasa di Jerman jika jatuhnya pada musim panas, banyak perempuan cantik jalan-jalan atau menikmati matahari yang jarang muncul di Jerman, dengan busana seronok. Di kampung, saya sibuk bersama keluarga dan teman, tak sempat jalan-jalan keluar seperti di Jerman.“
Foto: DW/A. Purwaningsih
Musim panasnya sejuk
Di Jerman tak ada Adzan Maghrib yang biasa terdengar dimana-mana, sehingga harus disiplin sendiri mengontrol waktu berbuka puasa maupun sahur, ujar Hosy Indradwianto. Jadi ia memantaunya lewat internet di telepon genggam. Karyawan Konsulat RI di Frankfurt ini mengaku mengalami kesulitan di awal bulan puasa. Lama-lama ia bisa menikmatinya.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Reflek menjilat tumpahan sup
Bekerja di sektor gastronomi pada bulan puasa adalah tantangan berat bagi Bambang Susiadi. Namun ia tetap menjalankan ibadah puasa. ia berkisah, dulu, saat menyiapkan makan siang anak-anak sekolah di tempat kerja, tangannya pernah terkena tumpahan sup. Reflek, ia menjilatnya. Namun sebelum tertelan ia ingat sedang berpuasa.
Foto: Bonnindo
Halte bis jadi sering terlewat
Sebelum ke Jerman, Lenny Martini, sempat ‘keder’ dengan panjanganya jam berpuasa di musim panas, “Pas dijalani, ternyata biasa saja,“ ujar peneliti urban ini sambil tertawa. Tapi karena jam berbuka dan sahur menjadi amat pendek, otomatis jam tidurnya pun sangat berkurang, “Jadi sering ngantuk, tiap naik bis sering terlewat halte stopnya karena ketiduran.“
Foto: DW/A.Purwaningsih
Ramadan tak Ramadan, di Jerman sama saja
Sanusi kadang tak berpuasa, karena tidak mendapatkan suasana serupa seperti di kampung halaman. Di Jerman, bagi petugas museum ini, suasana Ramadan sama saja seperti bulan-bulan lainnya. “Semua sama saja, jadi tak ada perasaan apa-apa…“ Namun jika Ramadan tiba, rasa rindu Sanusi pada rang tua dan kampung halaman semakin menggebu.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Kangen "ngabuburit"
Michi Widyastuti kangen sahur dan berbuka puasa bersama keluarga. Ia tak pernah lupa asyiknya “ngabuburit“ di tanah air, sebelum akhirnya pindah ke Jerman. Meski karyawan toko organik ini pandai dan hobi memasak, tiap bulan puasa, ia tetap ‘ngidam‘ makanan enak di Indonesia. Ia tinggal di Jerman bersama suaminya yang orang Jerman dan putri kembarnya.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Lupa buka puasa gara-gara nonton bola
"Tak ada adzan, tak ada kultum, tak ada tukang kolak..." demikian tutur Anky Padmadinata tentang Ramadan di Jerman. Ia mengaku jika keasyikan melakukan sesuatu, seperti nonton bola misalnya, kadang-kadang terlewat berbuka puasa. Tiga hari pertama puasa terasa berat karena tubuh belum terbiasa, setelahnya tak ada masalah.
Foto: privat
12 foto1 | 12
Reaksi di Denmark
Banyak pengamat yang mengeritik Inger Stoejberg atas pernyataan itu. Mereka mengatakan tidak ada bukti bahwa berpuasa menjadi bahaya di tempat kerja. Direktur perusahaan bis Denmark mengatakan kepada BT, mereka tidak pernah mengalami kecelakaan atau keluhan terkait puasa.
Uni Muslim Denmark lewat media sosial menyatakan, umat Muslim mampu menjaga diri dan masyarakat sekitarnya "bahkan ketika kami berpuasa."
Juru bicara pemerintah Keren Ellmann mengatakan hari Selasa (22/5), komentar Stoejberg tidak mencerminkan pendapat pemerintahan koalisi, namun dia "punya hak untuk memulai debat ini."
Sebelumnya Inger Stoejberg, anggota Partai Liberal konservatif yang ikut dalam koalisi pemerintahan minoritas sejak 2015, memang telah dikenal dengan retorika nasionalisnya. Pada Maret 2017, dia mengatakan bahwa warga Denmark harus melaporkan kalau ada karyawan restoran lokal yang bekerja secara ilegal atau kalau mereka "tidak berbicara bahasa Denmark sama sekali."
Puasa Dalam Balutan Seragam Serdadu Jerman
Dengan beratnya tugas dan tanggung jawab, tidak mudah bagi serdadu Jerman yang berpuasa untuk menjaga kondisi dan konsentrasi selama bulan Ramadhan. Berikut suka dukanya.
Foto: Ulrike Hummel
Butuh konsentrasi tinggi
Chaouki Aakil bertugas di Batalyon Logistik dan juga bertanggung jawab atas keselamatan para prajurit dalam bertransportasi. Tugas ini menuntut konsentrasi yang tinggi. Jika Ramadan jatuh pada musim panas, menurutnya berarti tantangan berat bagi serdadu Jerman yang beragama Islam.
Foto: Ulrike Hummel
Beratnya tugas di Afghanistan
Chaouki Aakil mengingat pengalamannya dulu saat masih bertugas di Afghanistan. Di sana ia menghadapi beban fisik dan psikis yang sangat berat. Selain itu, ia harus bisa menyesuaikan diri dengan budaya yang sangat berbeda. Puasa atau tidak, serdadu Jerman yang beragama Islam harus mengambil berbagai keputusan di lapangan.
Foto: picture alliance / JOKER
Pengaruh bagi kesehatan
Dalam situasi ekstrim dan sangat sulit, berpuasa bisa berpengaruh pada kesehatan, demikian dijelaskan Michael Faust, dokter di klinik Universitas Köln. "Dalam misi yang panjang, tentara perlu konsentrasi tinggi. Dalam hal ini, minum jadi sangat penting." Menurutnya, orang bisa bertahan tanpa makanan untuk waktu yang lama. Kebutuhan kalori bisa dipenuhi sebelum atau sesudahnya.
Foto: Ulrike Hummel
Mengatur waktu makan
Tidak mudah mengatur waktu makan di Bundeswehr selama puasa. Jadi, masa berbuka puasa harus dibicarakan sebelumnya. Apalagi waktu buka puasa setiap hari bergeser beberapa menit. Jadi pekerja kantin harus bisa beradaptasi. Sejauh ini semuanya berfungsi dengan baik, Militer Jerman menawarkan makanan "halal". Produk sampingan yang tidak halal seperti gelatin tidak digunakan.
Foto: picture-alliance/dpa
Masakan halal
Juru masak di dapur umum menggunakan sendok dan peralatan khusus untuk makanan halal. Mereka juga memperhatikan agar daging babi tidak disimpan tercampur dengan daging yang halal.
Foto: picture-alliance/dpa/K.Jaspersen
Berkumpul dengan keluarga
Jika jadwal kerja memungkinkan, para serdadu berusaha berbuka puasa dengan keluarganya. Bagi banyak pemeluk agama Islam, bulan puasa adalah masa untuk berkumpul dengan keluarga. Berpuasa punya makna sosial. Menjalankan ibadah puasa memupuk rasa solidaritas.