Menteri muda Muslim pertama di Inggris, Sayeeda Warsi, mengundurkan diri dari jabatannya. Langkah itu diambil sebagai protes akibat politik Gaza pemerintah Inggris yang dinilainya "secara moral tidak bisa dibela".
Iklan
Warsi, yang juga menteri muda perempuan untuk urusan keyakinan dan komunitas mengumumkan pengundurandirinya lewat Twitter. "Dengan penyesalan mendalam, saya memberikan pernyataan pengunduran diri kepada perdana menteri. Saya tidak bisa lagi mendukung politik Gaza yang dijalankan pemerintah," demikian ditulisnya.
Ia juga menulis, "Menurut pandangan saya, politik kita berkaitan dengan proses perdamaian Timur Tengah secara umum, tapi terutama langkah dan bahasa yang digunakan dalam krisis Gaza saat ini tidak bisa dibela secara moral. Ini tidak sesuai dengan kepentingan nasional, dan dalam jangka panjang akan punya dampak merugikan bagi reputasi internasional dan domestik kita."
Warsi selama ini secara lantang mengecam banyaknya jumlah warga sipil yang tewas di Gaza. "Apakah orang bisa terus-menerus membenarkan pembunuhan terhadap anak-anak," demikian ditulis Warsi pada Twitter tanggal 24 Juli, ketika sebuah sekolah PBB yang digunakan untuk menampung pengungsi Palestina ditembaki.
Penurunan jabatan?
Baroness Sayeeda Warsi yang orang tuanya asal Pakistan, lahir di Yorkshire 28 maret 1971. Ia menjadi menteri perempuan Muslim pertama dalam kabinet Inggris, ketika David Cameron jadi Perdana Menteri tahun 2010. Dalam reshuffle kabinet September 2012, Cameron memindahkannya dari posisi pimpinan Partai Konservatif ke posisi menteri muda di Departemen Luar Negeri. Langkah ini dianggap banyak orang sebagai penurunan jabatan.
Gaza: Demonstrasi dari Seluruh Dunia
Masyarakat di berbagai belahan dunia menggelar aksi unjuk rasa menentang serangan Israel ke Gaza. Kekerasan ini menyangkut persoalan kemanusiaan. Aksi solidaritas tersebut dapat Anda simak dalam kliping Foto berikut.
Foto: picture-alliance/AA
Bergema hingga ke Ljubljana
Para demonstran di Ljubljana, Slovenia mengusung plakat dalam aksi protes menentang serengan tentara Israel di Gaza. pengunjuk rasa memilih Kantor Perwakilan Uni Eropa sebagai lokasi demonstrasi mereka.
Foto: Reuters
Berujung bentrokan
Di Sarcellles, Perancis, 20 Juli 2014 , para pemuda Perancis yang ambil bagian dalam demonstrasi terlibat bentrokan dengan aparat.
Foto: picture-alliance/dpa
Solidaritas dari Marseille
Di Marseille 19 Juli 2014, para demonstran pro-Palestina ambil bagian dalam aksi unjuk rasa memrotes operasi militer Israel ke Gaza.
Foto: Reuters
Masih dari Perancis
Demonstran pro-Palestina berhadapan dengan aparat kepolisian dalam aksi demonstrasi, di Paris, 19 Juli 2014. Mereka bentrok dengan aparat ketika dilarang melakukan aksi pawai.
Foto: Reuters
Kembali bentrok
Bentrokan kembali tak terelakan di Paris, 26 Juli 2014, saat warga kembali berdemonstrasi. Seorang demonstran tampak kehilangan sepatu dalam aksi itu.
Foto: Reuters
Di depan Gedung Putih
Komite Amerika-Arab Anti-Diskriminasi (ADC) dan aktivis lainnya berpartisipasi dalam acara menyalakan lilin dalam keheningan di depan Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat. Masyarakat berunjukrasa mengenang warga Palestina yang telah kehilangan nyawa mereka di Gaza.
Foto: Reuters
Bersatu dalam aksi hening
Dalam acara itu, sebuah potongan kardus bergambar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ditempatkan di depan Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat. Pendukung Palestina dalam aksi ini menggelar aksi untuk menghormati korban serangan Israel.
Foto: Reuters
Membawa syal Palestina
Seorang warga meneriakan slogan sambil menggenggam syal bertuliskan Palestina, dalam sebuah demonstrasi menentang serangan militer Israel di Jalur Gaza, di kompleks mesjid al-Aqsa, di kota tua Yerusalem, pada hari pertama liburan Idul Fitri yang menandai akhir bulan suci Ramadan.
Foto: Getty Images
Anak-anak ikut turun ke jalan
Seorang anak Palestina memegang pistol plastik selama demonstrasi menentang serangan militer Israel di Jalur Gaza pada tanggal 28 Juli 2014 di kompleks masjid al-Aqsa, di kota tua Yerusalem.
Foto: Getty Images
Protes dari Taiwan
Pendukung Palestina meneriakkan slogan-slogan di depan American Institute di Taiwan (AIT), kedutaan besar AS di Taiwan. Mereka menggelar aksi unjuk rasa terhadap operasi militer Israel di Jalur Gaza.
Foto: Reuters
Cetak tangan merah
Seorang pendukung Palestina meninggalkan cetak tangan merah pada bendera nasional Israel di depan American Institute di Taiwan (AIT), yang secara de facto merupakan kedutaan besar AS di Taiwan. Ia melakukannya tanggal 28 Juli 2014, dalam aksi protes terhadap operasi militer Israel di Jalur Gaza.
Foto: Reuters
Dukungan dari Tunis
Di Avenue Habib Bourguiba di Tunis, Demonstran pro-Palestina meneriakkan slogan sambil melambaikan bendera Palestina sebagai wujud protes terhadap aksi militer Israel di Gaza.
Foto: REUTERS
Dari Berlin, Jerman
Di Berlin, tanggal 25 Juli 2014, plakat dan bendera selama aksi protes terhadap serangan Israel di Jalur Gaza. Aksi protes berlangsung dengan mengambil bagian pada peringatan "al-Quds Day" atau Hari Yerusalam.
Foto: Reuters
Pro Palestina di London
Puluhan ribu demonstran pro-Palestina berbaris di depan kedutaan Israel di London, Inggris, 19 Juli 2014. Mereka menentang aksi Israel memperluas operasi darat ke Gaza.
Foto: picture-alliance/dpa
Hingga ke Wina
20 Juli 2014, di ibukota Austria, Wina, para pengunjukrasa menyerukan slogan dan mengusung bendera dalam demonstrasi menentang aksi militer Israel di Gaza.
Foto: Reuters
Juga di Los Angeles
Di depan gedung pemerintahan di Los Angeles, Amerika Serikat, 20 Juli 2014, kelompok pro-Palestina mengadakan pawai menentang kekerasan di Jalur Gaza.
Foto: Reuters
16 foto1 | 16
Pengunduran diri Warsi terjadi setelah banyak kritik dilontarkan terhadap Cameron di dalam Partai Konservatif. Kritik terutama dilontarkan karena Cameron tidak bersedia mengecam penggunaan kekerasan oleh Israel, yang dinilai banyak kritikus di luar proporsi. Senin (04/07) Cameron mengeluhkan tingginya korban jiwa di Gaza yang dinilainya "mengerikan". Tapi ia mengelak untuk mengatakan, apakah menurutnya Israel telah melanggar hukum internasional.
Ed Miliband, pemimpin Partai Buruh yang jadi partai oposisi terbesar mengatakan Cameron tidak mengambil posisi jelas menyangkut penderitaan warga sipil di Gaza. "Pemerintah harus menyatakan sikap lebih jelas kepada Israel, bahwa aksi negara itu atas Gaza tidak bisa diterima dan tidak bisa dibenarkan," kata Miliband.